Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadatoshi

Living Together? © Lala Yoichi

Warning: Fic abal, gaje, typo bertebaran, garing, ide pasaran, judul tidak sesuai dengan isi dan lain-lain.

Don't Like Don't Read. But review, please? #plakk :v

Happy reading~

Dua orang pemuda dengan surai warna berbeda saling melempar tatapan sengit sementara tangan mereka terkepal erat di udara, siap melayangkan pukulan kapan pun, jika saja tidak ada pemuda bersurai merah yang mempunyai tinggi badan paling 'pendek' berdiri di antara mereka dan menjadi penengah. Kedua tangannya menahan dada bidang kedua pemuda yang tengah dibakar amarah itu agar tidak berdekatan dan saling melukai satu sama lain.

"Sei, menyingkir lah! Biar kuhabisi keparat ini!" teriak salah satu pemuda yang mempunyai surai berwarna merah gelap. Urat nadi terlihat menyumbul di kedua sisi pelipisnya dengan rahang yang mengeras dan alis yang menukik tajam, tanda jika dia sedang sangat marah saat ini. Tidak jauh berbeda dengan ekspresi pemuda dim yang berdiri di hadapannya. Dia terlihat siap menelan pemuda bersurai merah gelap hidup-hidup detik ini juga.

"Heh, menghabisiku?! HAHAHA." tanyanya seraya tertawa remeh, "Jangan membuat lelucon! Di sini aku lah yang akan menghabisimu, brengsek! Orang lemah sepertimu bukanlah tandinganku!" tambahnya berteriak nyalang yang membuat pemuda bersurai merah gelap semakin tersulut emosi.

"KAU-!"

"BERHENTI KALIAN BERDUA!" Teriak Akashi, pemuda merah yang ada di tengah, seraya menatap tajam pemuda bersurai merah gelap dan dim yang terus berseteru. Dia mendorong pelan Kagami –pemuda bersurai merah gelap- dan Aomine –pemuda dim- hingga mereka berdua terdorong satu langkah ke belakang. Kagami hendak protes atas tindakan yang kekasihnya lakukan, tapi dengan cepat Akashi memotong dan menyuruhnya diam. Seketika, si mantan Ace Seirin itu diam karena kekasihnya saat ini terlihat sangat menyeramkan. Begitu pula dengan Aomine, dia hanya bisa bungkam melihat kekasihnya mulai naik darah.

Kekasih? Ya, mereka berdua adalah kekasih dari seorang Akashi Seijuro dan itu lah penyebab kedua pemuda itu ingin saling membunuh. Karena mereka berdua sama-sama ingin mempertahankan Akashi di sisi mereka dan tidak rela jika sang kekasih bersama orang lain. Bingung kenapa Akashi bisa menjalin hubungan dengan kedua pemuda seksi tersebut? Begini ceritanya, semua dimulai seusai pertandingan Vorpal Swords melawan Jabberwock beberapa tahun silam. Saat itu lah Kagami dan Akashi menjadi semakin dekat dan secara diam-diam menjalin hubungan meskipun pada akhirnya teman-teman mereka mengetahuinya. Kagami mengikat Akashi dengan sebuah cincin bermanik rubi setelah mereka lulus SMA, karena dia akan melanjutkan studinya di Amerika. Tahun pertama, hubungan mereka berjalan baik, tapi memasuki tahun kedua, Akashi mulai kehilangan kontak dengan Kagami dan itu membuat Akashi merasa sedikit frustasi. Di masa frustasinya, Akashi berkunjung ke Tokyo karena urusan bisnis. Tanpa disengaja dia bertemu dengan Aomine yang tengah mengalami hal sama sepertinya. Kise meninggalkannya ke Paris dan mereka kehilangan komunikasi. Merasa memiliki nasib yang sama, membuat mereka saling bertukar cerita dan sering menghabiskan waktu bersama.

Hari demi hari, mereka menjadi semakin dekat dan merasa nyaman satu sama lain. Pada awalnya, tidak ada perasaan khusus di antara mereka berdua, tapi seiring berjalannya waktu dan berakhirnya hubungan antara Aomine dan Kise membuat semuanya mulai berubah. Menjadi semakin rumit. Tumbuh perasaan di antara mereka. Akashi pernah mengatakan jika perasaan mereka salah karena dia masih terikat dengan Taiga, tapi Aomine mengatakan jika tak ada yang salah karena apa yang mereka rasakan terjadi begitu saja. Pemuda bersurai navy blue itu mengatakan jika dia tidak ingin berhenti dan terus melanjutkan apa yang sedang mereka jalani meskipun jauh di dalam hatinya, dia tidak rela membagi Akashi dengan Kagami. Karena pada faktanya pemuda merah itu masih mencintai kekasihnya. Semenjak hari itu, mereka berdua menjalin hubungan dengan Akashi yang masih terikat oleh Kagami. Dan puncaknya adalah hari ini, saat Kagami mengetahui hubungan gelap antara Aomine dan kekasihnya. Pemuda beralis cabang itu ingin Akashi memutuskan hubungannya dengan mantan Ace tim basket Touo, tapi pemuda berkulit tan menolak mentah-mentah karena dia juga mencintai Akashi dan tidak ingin melepasnya.

Setelah mereka berdua diam, Akashi menghela nafas panjang. "Kalian berdua tenang lah. Tidak ada gunanya kalian bertengkar. Aku sudah memutuskan dengan memberi kalian dua pilihan."

"Pilihan?" Aomine menaikkan sebelah alisnya. Akashi mengganguk.

"Apa itu, Sei? Cepat katakan!" Kini giliran Kagami yang bertanya.

"Meskipun ini terdengar egois, tapi kalian harus memilih." Ucapnya yang kembali menghela nafas, "Satu, aku akan menikah dengan kalian berdua dan kita bertiga akan tinggal bersama atau yang ke-dua adalah aku tidak akan menikah dengan salah satu di antara kalian berdua dan menetap di London."

Seketika kedua pemuda yang pernah menjadi pemain andalan di tim basket mereka itu melayangkan protes.

"Sei! Kau tidak bisa begitu! Kau harus memilih di antara kami!"

"Apa?! Tinggal bersama si idiot ini? Heh. Jangan bercanda, Akashi! Karena leluconmu saat ini tidak lucu sama sekali! Melihatnya saja aku sudah muak, apalagi tinggal bersamanya! Kau mau membunuhku, he?!" Perempatan muncul di kening Kagami mendengar penuturan si pemuda berkulit tan eksotis.

"Kau pikir aku mau apa tinggal bersamamu, bodoh?! Melihatmu saja aku tidak sudi apalagi tinggal bersama?! Bunuh saja aku, Sei!"

"Heh, dia benar, Akashi! Bunuh saja dia! Jadi kita berdua akan tinggal bersama tanpa adanya pengganggu!"

"Apa kau bilang?! Membunuhku?! Berani sekali kau menyuruhnya melakukan hal semacam itu? Dasar kau manusia penuh daki!"

"Ternyata selain idiot kau juga punya memori yang pendek ya, Bakagami?! Kau sendiri kan yang menyuruhnya untuk membunuhmu?! Jadi bukan salahku jika aku berkata seperti itu! Dan apa itu, manusia penuh daki?! Apa kau buta? Ini bukan daki, tapi ini kulit coklat nan eksotis! Bilang saja kau iri karena aku lebih seksi darimu!"

"Heh, iri?! HAHAHA. Kau membuatku tertawa, Aho! Mana mungkin aku iri dengan gangguro bodoh sepertimu?! No way! Aku jauh lebih seksi darimu! Tanya saja pada Sei!"

Seketika kedua pemuda itu menatap ke arah Akashi.

"Apa benar itu, Akashi? Dia lebih seksi dariku?"

"Katakan saja, Sei! Kau tak perlu takut. Aku akan selalu melindungimu dari manusia idiot ini!"

"Idiot?! HAHA. Lihat siapa yang bicara? Apa kau tidak sadar, jika kau jauh lebih bodoh dariku?!"

"Oh. Akhirnya kau mengakui jika kau memang bodoh."

"Apa kau bilang?!"

"BO-DOH."

"KAU! AKU AKAN MEMBUNUHMU!"

"HEH. COBA SAJA KALAU KAU BISA!"

Kedua pemuda it uterus beradu argument satu sama lain. Sementara di lain sisi, pemuda bersurai merah menyala kini tengah menahan diri untuk tidak meledak. Kedua tangannya terkepal, urat di pelipisnya mulai timbul dan telinganya memerah mendengar setiap ocehan yang keluar dari mulut kedua kekasihnya. Tidak bisa, dia sudah tidak bisa menahannya lagi. Amarahnya sudah sampai ke ubun-ubun. Dia akan meledak,

"DIAM!" Nafas Akashi terlihat terengah dengan manik merah yang menyalang tajam, "Hentikan argumen bodoh kalian! Aku lelah mendengarkannya!"

Seketika dua pemuda yang semenjak tadi beradu mulut kicep. Akashi masih menatap mereka dengan tatapan tajamnya. "Kau dan kau," ucapnya seraya menunjuk Aomine dan Kagami yang diam-diam menelan ludah. Keringat dingin terlihat mengalir di pelipis mereka.

"Sekali lagi aku bertanya kepada kalian, kalian akan menikah denganku dan kita bertiga akan tinggal bersama atau aku tidak akan menikah dengan satupun diantara kalian lalu pergi ke luar negeri? Cepat katakan mana yang kalian pilih!"

Kagami dan Aomine tampak berfikir keras. Mereka bimbang, tentu saja. Mereka ingin hidup bersama Akashi, tapi di lain sisi mereka tidak ingin berbagi. The hell! Siapapun tidak mungkin mau membagi orang yang dia cintai untuk orang lain. Tidak ada yang ingin. Jujur saja, mereka sangat tidak setuju dengan pilihan egois yang Akashi berikan. Hanya saja… mereka tidak punya pilihan lain. Menghela nafas, kedua pemuda pecinta burger itu saling beradu pandang dan mengangguk mantap,

"Baiklah, Sei/Akashi. Kita terima pilihan pertamamu. Kami akan menikahimu dan kita akan hidup bersama!"

Dan semenjak itu, hidup baru menunggu mereka.

.

.

.

Tbc.

Review?