perfect places to steal kisses
[1]
kim mingyu x jeon wonwoo
au, ooc, fluff, yaoi, etc.
typo(s), gaje, etc.
peck on lazy sunday
[]
Satu larik cahaya terdifraksi dari sela-sela tirai cerah yang terpancar sinar di bagian timur kamar Jeon Wonwoo, menyelinap masuk dan jatuh menyilang di wajah pucatnya, yang memang pucat karena kulitnya, bukan karena ia sakit. Larik cahaya itu tidak peduli jika mungkin Wonwoo tengah mengutuk dalam hati, aku ingin tidur sehari lagi! sebuah siklus yang selalu muncul setiap ia dan teman-temannya selesai minum-minum di malam hari.
Dan ia memang ingin tidur sehari lagi. Atau mungkin dua, tiga hari lagi. Tapi mengingat besok itu sudah Senin, ia mengurungkan niat. Bisa-bisa ia ditendang keluar dari kantor pusat oleh bosnya yang punya tubuh lebih kecil tapi tenaga kuda itu. Tapi ia masih tenang, hari ini hari Minggu, dan hari Minggu itu jadi lebih terasa seperti Minggu ketika Kim Mingyu ada di rumahnya.
"Sayang,"
Dan hari ini, dibalik sedikitnya cuti liburan yang diberikan bos restoran pada koki terbaik mereka (a.k.a Kim Mingyu), nyatanya pemuda itu bisa juga mampir, ingin melalui hari dengan kekasihnya tercinta.
"Won,"
Wonwoo masih tidak ingin bergerak pada kedua kali Mingyu memanggil. Aku ingin tidur! Wonwoo memang ingin tidur. Jika ia bangun dan menuju posisi duduk dengan gerakan tiba-tiba, mungkin perutnya akan langsung bergejolak dan ia berakhir di kamar mandi, memuntahkan apa yang sudah dikonsumsinya sepuluh jam terakhir. Efek alkohol dan hangover itu mengerikan.
"Hei, Cinta,"
Wonwoo ingin tersenyum. Kadang-kadang Mingyu memang jadi semanis gula-gula di pasar malam.
"Bangun, aku sudah masak,"
Walau matanya terpejam, ia dapat merasakan pemuda yang lebih tinggi itu melesak di sebelahnya… atau mungkin merambat ke atasnya?—ia dapat merasakan dua lengan kokoh Mingyu berada di samping-samping lengan kurusnya, memenjara tubuhnya. Mingyu baunya seperti sup hangat dan rempah-rempah, memanjakan olfaktori Wonwoo yang masih setengah sadar mencerna bau-bauan. Akhirnya ia mengerjap perlahan, buram matanya bersisian pertama dengan wajah Mingyu, yang tersenyum lembut.
"Hei, pagi." sapa Mingyu, selalu bangun lebih awal jika mereka saling menginap.
Wonwoo tersenyum, mendadak idenya soal tidur sehari lagi itu tidak ada artinya. "Pagi."
"Bagaimana keadaanmu?"
Bagaimana keadaanku di pagi hari disambut dengan senyum lembut yang jaraknya tidak sampai lima inchi? Baik sekali.
Tapi Wonwoo bukan tipe yang jujur soal hal-hal cheesy seperti itu, jadi ia menjawab dengan jujur dalam topik lain, "Agak pusing."
"Coba saja kalau aku tidak ada, bisa-bisa kau ditinggal sendirian di sana." kata Mingyu. Wonwoo jadi ingat kalau harusnya ia tidak minum terlalu banyak sehingga masih bisa pulang dengan bus, tapi pada akhirnya ia malah menelepon Mingyu dengan suara serak sebelum akhirnya tertidur di bar.
"Iya, Mingyu, aku berhutang sangat banyak padamu."
Mingyu tertawa. "Tidak masalah. Yang penting kau selamat."
Wonwoo tidak menjawab, malah memerhatikan wajah Mingyu yang bagus sekali, seperti dipahat dengan hati-hati. Poni gelap berantakannya itu, juga senyum tipis dengan gigi taring yang seperti itu, memang Kim Mingyu sekali. Tanpa sadar, ia sudah meletakkan telapak tangannya di pipi Mingyu.
"Won…u."
Wonwoo mengerjap lagi.
"Jangan menatapku seperti itu," kata Mingyu, telinganya sedikit merah karena malu. Wonwoo ingin tertawa melihatnya, tapi ditahan.
Malahan ia berbisik, "Memang kenapa?"
"Kau tidak tahu ya bagaimana ekspresimu tadi? Bagus sekali." kata Mingyu, lalu ia tampak berpikir. "Boleh kucium, tidak?"
Wonwoo bisa merasakan pembuluh darah di pipinya memanas, "Ya, terserah."
Lalu Mingyu menciumnya dengan cepat, hampir seperti burung yang mematuk. Wonwoo kira ia hanya akan dicium sekali dengan ciuman panjang, style Mingyu yang biasanya, tapi kali ini ia mencium dengan cara begitu. Ia hampir saja kecewa ketika sepersekian detik wajah Mingyu sudah terlihat lagi, tersenyum jahil, bertanya, "Lagi, ya?"
Wonwoo menggerutu dalam hati, kenapa juga ia harus bertanya.
Maka Mingyu menciumnya lagi dengan cara yang sama.
Mereka bertatapan sebentar.
Lalu lagi.
Lagi.
Dan lagi.
Wonwoo tergelak sebentar. "Kau seperti anak burung minta makan pada ibunya."
Mingyu menciumnya lagi sebelum menjawab. "Aku gemas."
Ia menggesekkan hidungnya pada hidung Wonwoo, "Hmmmmm, gemas, gemas."
"Mingyu, kau kenapa, sih?" Wonwoo kegelian. "Aku jadi lapar. Makan, yuk."
Tapi sebenarnya Wonwoo malu saja, jadi ia mengalihkan topik dan berusaha keluar dari sela lengan Mingyu. "Cium lagi, ah."
Maka Mingyu menciumnya lagi, kali ini lebih lama dari yang tadi.
"Kita begini saja, yuk. Pagi-pagi, di kasur. Seperti ini," kata Mingyu. Wonwoo menggeleng.
"Nanti supnya jadi dingin!"
"Itulah salah satu faktor kenapa ada api, Won. Untuk menghangatkan kembali." kata Mingyu, tapi Wonwoo tahu mereka sudah harus berhenti sebelum binar Mingyu berubah jadi lebih bahaya.
"Sudah, sudahlah! Ayo, makan!"
"Cium sekali lagi, ya?" Mingyu memelas, wajahnya seperti anak anjing kelewat manis. Wonwoo menyerah, helaan napas.
"Iya, sekali lagi, ya?"
Mingyu menatapnya, lembut dan hangat sekali sampai rasanya Wonwoo ingin meleleh. "Terima kasih," katanya, lalu ia menciumnya.
end
AH! apa yang merasukiku sampai buat fanfic model-model begini!? KYA!
ini gara-gara aku tertekan, try out terus yastagaaa
btw, ini ceritanya nanti semua couple di svt, moga-moga cepet selesai.
dan joshua rambutnya ungu! astaga.
dan hoshi!
dan jihuni!
dan—dan—dan—aku mati…
support me? /wink-wink
