Disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto.

23 September 2014

Pesta meriah di sebuah restoran mewah untuk merayakan ulang tahun ke-17 seorang gadis pirang malam itu baru saja usai. Tepat pukul 11, ia diantar oleh sang kekasih pulang ke rumah kakek-neneknya. Senyum masih melekat sejak pemuda itu meninggalkannya di depan gerbang, namun tak sampai jauh ia memasukinya, senyumnya lenyap begitu ia melihat seseorang berjalan cepat menuju belakang rumah dan sempat menoleh ke arahnya. Kakinya pun serasa terpatri di tanah.

"Nona ... !" panggil seorang penjaga yang sedang tersungkur, membuat gadis itu terlonjak. Suaranya sangat serak menahan sakit. "Tolong ... Tuan ... Besar!"

"Paman Kisame, Paman Kakuzu!"

"Cepat!"

Ia merasakan kerja paru-parunya semakin berat ketika bau anyir menyengat menguar dari dalam rumah hingga membuatnya mual. Saat itulah ia kembali menemukan kekuatan untuk berlari. Ia bahkan tak memedulikan suara pagar yang dipukuli, kemudian sampailah ia dibuat terguncang oleh sesuatu yang mengerikan ketika sudah berada di dalam rumah. Sang kakek tergeletak bersimbah darah. Tanpa nyawa. Air matanya terjun bebas, deras, namun tak ada suara sampai sang nenek muncul dari balik meja kayu jati dengan sempoyongan, lalu pingsan.

"To ... ." bisiknya karena lemas. "Tolong ... TOLONG! TOLOOONG!!!" Gadis itu berhasil meraung.

MADDENING RIDDLES

o

o

o

o

o

Riddle #1: The Beginning

Enam bulan diwarnai oleh empat kasus pembunuhan keji yang belum terselesaikan, Konoha kembali memberi cerita baru yang membuat kepolisan naik tensi. Pembunuhan yang menjadikan Dan Kato, pria berusia 65 tahun, direktur utama sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang pertambangan emas, sebagai korban kali ini adalah kasus kelima. Semoga saja kasus itu dapat segera dipecahkan sebelum kepala para polisi yang pecah.

Menentukan mana yang lebih cerdik antara penjahat dan polisi bagai terjebak dalam hirearki ayam-telur. Para penjahat yang berhasil memasuki rumah seorang Dan Kato pastilah cerdik. Andai salah satu penjaga rumah Dan tidak bertahan sebentar dan memukuli gerbang dengan batu sekencang yang ia bisa sebelum ia tewas, mungkin para warga tidak akan tahu dan salah satunya, Matsunaga Hideo, tak akan segera melaporkan kejadian ini.

"Hanya ada tim Ebisu dan tim Omoi, Komisaris! Sementara, tim Aoba baru saja turun," ujar asisten Temari. "Aa ... Flamingo masih mengikuti seminar Interpol di Azerbaijan dan baru tiba lusa," potongnya saat Temari hendak membuka mulut.

"Cari tahu di peta ... ." geram Temari. "DI MANA AZERBAIJAN BERADA!" serunya sambil membanting vas bunga.

Sabaku Temari, Superintendent Biro Investigasi Kriminal Konoha MPD (Metropolitan Police Department), naik pitam. Ia hampir kehabisan personil sebab kebanyakan dari mereka sudah menangani empat kasus pembunuhan misterius sebelumnya, sementara yang lain bertugas dalam pengejaran gembong narkoba dan mafia senjata ilegal. Belum lagi, kasus yang dianggap mangkrak oleh media pejajaran dan masyarakat terkait penyerangan seorang anggota Komite Anti Korupsi militan dan dugaan makar oleh beberapa tokoh aktivis. Personil yang tersisa rencananya akan turun untuk menangkap para pelaku trafficking dan ia tidak mungkin meminta bantuan pada Korps Lalu Lintas, demi Tuhan!

Di tengah keruwetan pikirannya, seseorang masuk dan ia pun mendongak. Temari diam, gengsi mengakui bahwa pria itu adalah bala bantuannya. Dan, tetap saja baginya masker itu mengganggu mata dan rambut peraknya seakan ... sudahlah.

"Yo!" sapa pria itu, lalu ia melihat pecahan-pecahan vas di lantai. "Wah, aku punya vas bagus. Besok kubawakan, kau pasti akan suka bentuknya," lanjutnya dengan mengarahkan kedua telapak tangan ke dada tanpa menyentuhnya, lalu tertawa kecil.

Bibir Temari terkatup rapat. Bukan saatnya mengumpat dan lupakan urusan personal!

"Hempaskan pantatmu di kursi dan kita akan bicara," balas Temari.

Hatake Kakashi, Superintendent Biro Investigasi Kriminal NPA (National Police Agency) Hi no Kuni, rival Temari yang juga mantan suaminya, mengangkat alis tanpa keberatan menuruti perkataan si mantan istri. Temari benci lelaki ini, tapi juga membutuhkannya.

Dengan melupakan kewibawaan dan bahwa hal itu hanyalah sampah jika berhadapan dengan Kakashi, Temari menyulut rokok setelah batang terakhir habis tak sampai lima belas menit yang lalu. Kakashi masih tak suka dengan kebiasaan itu, namun hari ini adalah pengecualian. Ia tahu Temari sedang pusing setengah mati dan salahkan dirinya sendiri yang keras kepala. Ia sudah menawari bantuan, tapi ditolak.

Seperti yang diketahui, biro kepolisian regional mana pun tidak memiliki otoritas atas Konoha MPD, namun berbeda halnya dengan NPA yang memang lebih sering bekerjasama karena letak markas yang cukup berdekatan. NPA juga memiliki kuasa untuk mengorganisir kepolisian prefektur di seluruh Hi no Kuni, termasuk MPD yang memiliki kekhususan sekalipun.

Kenyataan bahwa Kakashi berada di NPA sebagai Superintendent dua bulan setelah perceraian mereka telah membuat Temari semakin ingin mematahkan tulang bison. Di matanya, Kakashi menjadi semakin arogan. Pria itu bahkan menyebut tawaran bantuan tersebut sebagai bentuk kebaikan hati dari kepolisian negara. Temari keki bukan main.

"Lupakan dulu perasaan cintamu padaku, Temari," ujar Kakashi yang disambut dengan dengusan meremehkan. "Keadaan memasuki status darurat dan NPA perlu turun tangan," ujar Kakashi.

"Kasus itu bahkan baru masuk, Hatake," balas Temari.

Kakashi mendecak beberapa kali. Ini semakin memancing emosi, tapi Temari harus tahan.

"Kau bisa memukul bokong Aoba nanti. Dia bersaudara dengan Izumo. Kau menurunkan Aoba, kan?"

Sial!

Izumo adalah polisi berpangkat sama dengan Aoba, namun ia bekerja untuk NPA. Ia akan pertimbangkan saran Kakashi nanti, tapi untuk apa? Ia tekankan pada egonya sekali lagi bahwa ia membutuhkan NPA. Kedua manusia berusia 43 tahun itu saling menatap.

"Baiklah!" Temari menyerah.

"Uchiha Sasuke," tawar Kakashi.

Mata Temari melebar. Jujur, itu tawaran yang bagus, tapi ... .

"Bocah arogan didikanmu itu?"

Kakashi mengangguk, lalu mencondongkan tubuhnya ke arah Temari. Ia bermaksud meminta jawaban.

"Kenapa harus dia?" Temari mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

"Firasatku bagus."

Temari mendesah. Alasan omong kosong itu selalu digunakan Kakashi sejak zaman megalitikum. Tapi, pilihan apa yang ia punya? Ia tahu bahwa bocah arogan yang Kakashi sebutkan adalah seorang kepala inspektur dalam Biro Investigasi Kriminal di NPA yang tahun lalu berhasil memecahkan teka-teki kasus hilangnya katana Mifune, sang samurai legenda yang hidup ratusan tahun lalu. Selain itu, ia pernah berhasil membekuk dua teroris bersama pasukan polisi khusus, yang membuatnya langsung menjadi kepala inspektur dua tahun lebih cepat dari seharusnya.

"Baik." Temari mengalah. Lagi. "Dengan satu syarat," katanya dengan seringaian.

XxX

"Apa?!"

Uchiha Sasuke tak terima. Kesepakatan yang dibuat sang Superintendent dengan mantan istrinya itu membuat Sasuke kesal. Ia mulai curiga kalau Kakashi melibatkan urusan personal, tapi rasanya tidak mungkin juga. Pria itu bahkan jarang menengok anak-anaknya. Isi dari kesepakatan itu adalah bahwa NPA setuju untuk bekerjasama dengan dua personil Konoha MPD yang akan bergabung lusa begitu salah satunya pulang dari seminar Interpol. Otoritas khusus MPD yang merepotkan!

Kapten Uchiha Sasuke memang bukan orang yang mudah dan tak suka disentuh. Ia adalah seorang serigala penyendiri yang dipaksa bekerjasama dan jika ia mau bekerja dengan tim, maka itu adalah kemajuan. Ayal, kesepakatan itu membuat darahnya mendidih sebab itu melanggar aturan pribadinya dan aturan itu tak berdaya di hadapan sistem. Sekarang, jadilah ia serigala penyendiri yang akhirnya terpaksa memiliki sisi dualis.

"Ini Dan Kato, Sasuke. Direktur Freeport," ujar Kakashi.

"Karena bayarannya akan tinggi dan Anda kehilangan prinsip?" tuduh Sasuke.

Kakashi menaikkan alis kirinya. "Salah satunya, tapi bagaimanapun juga, prinsip utamaku adalah-"

"Firasat," potong seorang wanita dengan dua cepol rambut yang masuk bersama tiga rekan sesama sersan dan seekor anjing pelacak bernama Akamaru. Ketiga sersan lain adalah Kankurou, Sai, dan Inuzuka Kiba.

Tenten adalah satu-satunya polisi wanita di NPA yang tidak membuat Sasuke merasa tak tahan. Ia wanita yang cukup tomboy, pemberani, handal dalam menggunakan berbagai senjata termasuk senjata manual, dan dapat bergerak cepat.

"Jadi, kalian turun atau tidak?" tanya Kakashi.

Pria dengan rambut hitam itu menahan diri agar tidak menghela napas. Ia merasa, entah mengapa, kalau syarat itu akan membuat rambut bagian belakangnya bertambah mencuat dari aslinya. Ia tak punya pilihan selain menelan perkataan Kakashi. Kasus ini penting juga sebagai bekal kecil kenaikan pangkatnya kelak. Hanya pembunuhan konglomerat, kan? Toh, dua polisi MPD itu masih akan kembali lusa. Ia masih bisa menyembunyikan beberapa penemuannya dari polisi-polisi MPD itu.

Setelah mengangguk, ia bersama empat anak buah dan rekan kerjanya, Namikaze Naruto, pergi ke tempat kejadian perkara. Ia lebih suka memanggil Naruto sebagai rekan daripada anak buah. Naruto adalah seorang inspektur yang memiliki insting kuat dan sangat membantunya.

XxX

Pukul 01.12

Garis polisi sudah melintang di mana-mana, sementara jenazah dua penjaga rumah Dan telah diamankan. Sasuke menunjukkan lencana, tanda pengenal, beserta surat tugas, barulah Aoba mengizinkan mereka masuk. Masing-masing anak buah Sasuke memulai investigasi sesuai pembagian kerja yang Sasuke buat. Setelah mereka bubar, Sasuke melakukan pengamatan pada seisi ruangan dan menjadi heran. Untuk keadaan rumah yang katanya dirampok, rumah ini terlalu rapi. Hanya guci antik, kaca lemari buku, dan kaca meja yang pecah. Benda lain adalah tongkat golf yang juga menjadi saksi terjadinya pembunuhan dan pastinya perlawanan.

Selanjutnya, tiga polisi MPD yang telah berada di sana mendekati Sasuke. Mereka ingin tahu bagaimana cara kerja sang polisi NPA yang terkenal dingin dan arogan itu ketika ia mulai mengenakan sepasang sarung tangan untuk melakukan observasi pada jenazah Dan yang wajahnya sudah sulit untuk dikenali. Tengkorak belakang Dan pecah, sementara luka tusukan dan sayatan ada di mana-mana. Jika dihitung, Dan memiliki 9 luka tusuk dan 9 luka sayatan, termasuk di kedua matanya. Ketiga polisi lain bersungut-sungut tak suka lantaran merasa kinerja mereka seperti dipertanyakan, namun Sasuke dan sikap apatisnya (atau sikap superiornya) tidak memedulikan hal tersebut.

Observasinya pun selesai sebelum salah satu dari ketiga polisi MPD itu menekankan bahwa hasil yang mereka laporkan sama dengan hasil yang ia dapat. Namun, alih-alih peduli, ia malah semakin membuat mereka tersinggung tanpa berani melawan dengan hanya memberi isyarat pada mereka untuk mengamankan jasad Dan sebelum media berdatangan. NPA memang mulai membuat kebijakan untuk membatasi kebebasan pada pers untuk mengambil gambar-gambar jasad kasus pembunuhan siapa pun guna mengurangi liarnya penyebaran foto-foto dengan konten kesadisan di masyarakat.

Di tengah penyidikannya terhadap barang-barang bukti lain, Kankurou kembali dari investigasinya saat Naruto masih menanya-nanyai beberapa warga, juga tim Aoba yang sudah di sana sejak satu jam yang lalu. Wajah sang sersan sedikit menampakkan keraguan.

"Tidak ada kerusakan sedikit pun pada semua pintu, Kapten," lapor Kankurou.

Sasuke mengangguk sambil melepaskan sarung tangan sebelum Tenten kembali dari pertemuannya dengan tim forensik dan melaporkan hasil yang ia dapat. Berdasarkan keterangan, darah segar ditemukan di beberapa titik mulai dari teras sampai belakang rumah dan saat ini tim forensik sedang melakukan tes DNA untuk mencocokkan darah milik siapa itu. Pelaku, Dan, atau saksi kunci yang masih hidup. Hanya ada kemungkinan tersebut sebab saksi kunci yang merupakan istri korban dilarikan ke rumah sakit, sedangkan penjaga tak berkutik di tempat di mana ia diserang. Pria bernama Hoshigaki Kisame dan Kakuzu itu mendapat benturan keras dengan patung batu di dekat pos penjagaan.

"Tidak ada barang yang hilang, Kapten. Bahkan tidak ada lemari yang terbuka dan bagian dalamnya rapi. Trackimo-ku juga tak menunjukkannya," lapor Sai.

"Aku pun tak menemukan sesuatu yang hilang. Tidak ada goresan sedikit pun di tempat-tempat penyimpanan barang berharga termasuk dokumen-dokumen, kecuali goresan yang menujukkan hasil konfrontasi. Dan, Anda sudah memeriksanya sendiri. Akamaru juga tak menemukan jejak benda berharga di luar tempatnya. Hanya darah saja, tapi ... ." Kiba menggantung kalimatnya.

"Tapi?" tanya Sasuke menuntut.

"Entahlah. Kurasa sebaiknya kita menunggu hasil dari tim forensik," jawab Kiba, lalu melirik Akamaru yang bertingkah aneh.

Anjing itu bahkan tak berlari ke arah darah korban dan malah berputar-putar sambil menunduk. Selanjutnya, suaranya terdengar seperti rintihan.

"Hentikan, Akamaru!" hardik Kiba saat Akamaru mulai melolong hingga semua orang saling berpandangan ngeri, kecuali Sasuke yang hanya sedikit memicing pada si anjing pelacak.

Motif perampokan gugur seketika. Motif termudah kedua adalah dendam atau masalah pribadi.

"Tenten, periksa sidik jari pelaku di semua tempat! Minta tim forensik memberikan hasil pemeriksaan sidik jari pada dua jenazah, kemudian cari identitas semua penghuni rumah!" perintah Sasuke.

"Baik!"

"Kiba, periksa semua CCTV yang dipasang di semua jalan sampai sejauh 200 meter dan kau, Sai, gunakan pelacak satelit dan tembak sampai radius 500 meter! Lihat semua nomor telepon genggam yang aktif mulai dari empat jam yang lalu sampai sekarang dan kau tahu apa yang harus kau kerjakan!" perintah Sasuke.

"Siap!" jawab mereka serempak.

"Kau ikut aku, Kankurou!" ujar Sasuke yang dibalas dengan anggukan.

Ketiga polisi NPA langsung melesat setelah mendapatkan perintah, lalu Kankurou pun mengikuti Sasuke untuk menghampiri Aoba yang hendak mencopoti kamera-kamera pengawas itu. Sang kapten berhasil menahan Aoba untuk meneruskan tugasnya dengan dalih bahwa ia harus memeriksa isinya sebelum CCTV itu dijadikan barang bukti. Sekarang, mereka hanya harus mendatangi ruang kerja Dan yang menurut informasi Aoba merupakan tempat di mana semua saluran CCTV di rumah itu berada.

Kankurou menyalakan layar dan mereka mulai memerhatikan isinya dengan cermat. Mata Sasuke menyipit begitu sesosok manusia yang mengenakan pakaian serba hitam polos nampak sedang memasuki halaman. Pakaian yang paling sulit untuk dikenali. Pintar. Herannya, sosok itu berjalan santai seakan ini rumahnya sendiri setelah ia berhasil mencelakai Kisame dan Kakuzu tanpa kesulitan yang berarti.

Dari penampakannya, Sasuke mengira kalau sosok itu adalah pria dengan tinggi yang kurang lebih sama dengannya; 178 sentimeter, jika ia tak meleset. Ia hanya menaksir dari panjang tangan pelaku yang terulur untuk membuka pintu dan entah bagaimana caranya ia melakukannya dengan mudah. Sialnya lagi, wajah pria itu sama sekali tidak nampak.

Namun, dari semua itu, Sasuke tak percaya dengan sebuah fakta bahwa pembunuhan itu dilakukan oleh pelaku tunggal. Hal itu juga yang semakin menguatkan dugaan bahwa motif pelaku bukan perampokan. Dalam CCTV itu, Dan keluar dan nampak geram, lalu terjadilah perkelahian tak imbang. Dan Kato jelas kalah karena sudah tua. Tak ada suara yang terdengar jelas kecuali benda-benda pecah. Tsunade keluar setelahnya, namun langsung limbung dengan sekali tamparan.

"Apa mungkin dia seorang psikopat? Lihatlah, dia menyakiti korban dengan santai!" ujar Kankurou.

"Bisa jadi," balas Sasuke sambil melihat adegan di mana Dan melawan sebelum ditendang sekali, lalu ditusuk dan dihujam beberapa kali.

Kankurou mengernyit ngeri. "Sial! Kurasa dia memang psikopat!" desisnya sambil mengepalkan tangan ketika adegan menunjukkan pelaku menyayat bagian mata korban. Itu belum di bagian tubuh lain. "Bagaimana mungkin wajahnya tidak kelihatan?"

Korban bermaksud menyerang balik lagi dengan meraih tongkat golf; bermaksud untuk memukul pelaku. Naas, tongkat itu direbut oleh pelaku. Tatapan Sasuke semakin tajam pada adegan di mana pelaku memukulkan tongkat itu sebanyak 7 kali ke tubuh Dan sampai akhirnya tamatlah riwayat Dan. Kemudian, pelaku berjalan cepat dan agak menyeret ke luar rumah melalui pintu depan.

Sasuke melihat pelaku menoleh, yang menurut hitungannya selama dua detik, ke satu arah yang ia tahu kalau itu menuju gerbang. Dua detik menoleh bukanlah tolehan sekilas. Dua detik cukup untuk dikatakan sebagai melihat sesuatu, maka Sasuke meminta Kankurou untuk memeriksa CCTV di dekat gerbang.

Sang sersan menggerakkan kursor dan menemukan tempat di bagian dalam gerbang, di mana berdirilah seorang gadis berambut pirang penjang yang mematung. Kankurou memperbesar gambar dan ia pun berdecak.

"Wah, wah ... Siapa bidadari hedonis ini?" gumam sang sersan.

Sasuke tak merespon ucapan Kankurou, kecuali menyetujui dalam hati perkataan sersan itu tentang hedonis.

Pemeriksaan CCTV pun berhenti di bagian setelah gadis itu meraung dan Sasuke mulai merenung. Ia ingat cara pelaku berjalan dan ia mulai yakin bahwa darah yang sedang diperiksa tim forensik adalah darah pelaku. Selama perlawanan, Dan sempat melukai kaki pelaku dengan pecahan guci, jadi seharusnya darah itu memang miliknya sebab pelaku berjalan melewati tempat di mana darah segar itu ditemukan.

Harus Sasuke akui bahwa si pelaku adalah pembunuh keji berdarah dingin. Ia bahkan mampu melumpuhkan Kisame yang memiliki badan besar dan kekar, namun ada satu hal penting yang pelaku itu lewatkan. Ia tak mengenakan sarung tangan, maka seharusnya Tenten tidak akan mengalami kesulitan dalam menemukan sidik jarinya.

"Sasuke-taichou!" Naruto memanggilnya saat ia kembali dari luar.

Sasuke dan Kankurou menoleh.

"Aku menemukan sesuatu yang bagus," lanjut Naruto.

Ketiga polisi NPA itu bergegas ke rumah seseorang yang terletak di sebelah rumah korban. Setelah dipersilakan dengan terbuka oleh si pemilik rumah yang juga pelapor kejadian, Matsunaga Hideo, mereka pun masuk ke dalam rumah yang hampir sama mewahnya dengan rumah Dan. Perumahan itu memang perumahan elit.

Sampailah mereka di ruang televisi, di mana terdapat dua wanita di sana. Wanita paruh baya berambut hitam itu bangkit dan memberi salam, lalu meninggalkan mereka bersama seorang gadis sedang duduk meringkuk, kepalanya ditutupi dengan kain. Sasuke melirik tajam ke arah Naruto.

"Cucu Dan dan Tsunade. Dia yang menemukan jazad korban," bisiknya bermaksud menjelaskan.

Sasuke mengerti sekarang. Perlahan, ia mendekati si gadis, lalu mengisyaratkan Naruto untuk ikut mendekat. Kain itu jatuh, mungkin karena kain dan rambut pirang si gadis sama-sama terbuat dari sutra. Terkejutlah Sasuke dan Kankurou saat mengetahui bahwa gadis itu adalah gadis yang mereka lihat dalam rekaman CCTV.

Air mata mengalir di atas wajahnya yang ketakutan seperti habis melihat iblis. Rambut sepinggangnya yang lurus itu dibiarkan berantakan dan ia masih mengenakan gaun ungu di atas lutut. Gaun itu persis dengan gaun yang nampak di CCTV.

"Selamat malam," sapa Sasuke.

Bukannya menjawab, gadis itu semakin beringsut hingga tubuhnya nampak mengecil. Sasuke pernah menghadapi korban atau saksi yang ketakutan, jadi ia sangat mengerti.

"Jangan takut! Kami dari NPA," ujarnya.

Mendengar kata 'NPA', gadis itu langsung mengubah posisi duduk hingga kini ia benar-benar menghadapi Sasuke dan nampaklah wajahnya dengan lebih jelas. Mereka tak terkejut melihat mata sang gadis. Sangat merah dan bengkak; keadaan yang sangat normal bagi seseorang yang terguncang.

"Tolong!" lirihnya sambil menatap mata hitam Sasuke hingga wajah pria berumur 29 tahun itu bertambah serius.

"Apa kau melihat wajah pelaku?" tanya Sasuke tanpa basa-basi.

Gadis itu menggeleng, membuat ketiga polisi itu kecewa.

"Aku hanya melihatnya berjalan, lalu ... dia menoleh, tapi wajahnya tidak terlihat. Paman Kisame dan paman Kakuzu ... ."

Kankurou meraih segelas air putih di meja belajar, lalu menyuruhnya minum. Ia rasa gadis itu perlu ditenangkan terlebih dahulu.

"Baiklah, Nona, bisakah kami tahu siapa namamu dan beberapa hal tentangmu?" tanya Naruto dengan sabar.

"Yamanaka ... Yamanaka Ino, 17 tahun ... Ayah dan ibuku Yamanaka Inoichi dan Yamanaka Noriko ... mereka masih di Afrika Selatan. Aku ... cucu kakek Dan," jawab Ino sebelum kembali menangis pilu.

"Kau bilang pelaku melihatmu," ujar Kankurou. "Apa kau mengenali ciri fisik lain atau mungkin gambar apa di pakaiannya?"

Ino menggeleng sebelum ia kembali terlihat panik. "Kurasa justru dia yang mengenaliku karena warna rambutku."

"Bolehkah kami tahu bagaimana awalnya kau menemukan j-" Sasuke menghindari penyebutan 'jasad' di depan cucu korban. "... kakekmu?" tanya Sasuke meski ia telah melihatnya dari CCTV tadi. Ia ingin mendengar pengakuan langsung Ino.

"Aku baru pulang dari pesta ulang tahunku ... ." Ino memejamkan mata, membiarkan air matanya menetes lagi. "Aku melihat dia, lalu ada bau anyir. Aku ... masuk dan- dan kakek ... darah ... ."

Tubuh Ino bergetar dan perlahan menekuk kedua lututnya, sementara tangannya menutupi telinga hingga wajahnya tersembunyi di antara lutut. Ketiga polisi itu saling berpandangan, kemudian kembali menatap Ino yang mulai tersengal. Naruto segera meraih tubuh Ino yang semakin tak terkendali; tubuh itu menegang sebelum akhirnya mengejang.

"Yamanaka-san!" pekik Naruto pelan.

Sasuke mengambil langkah cepat dengan membantu Naruto meluruskan tubuh Ino. Matanya setengah tertutup dan bibir atasnya berkedut hebat, sedangkan tangannya mengepal keras. Susah sekali untuk melemaskan jari-jarinya. Sasuke menepuk-nepuk pipi Ino, namun bibirnya berusaha membuka dan mengucapkan sesuatu seperti merasa kebas pada tangan dan kaki. Ucapannya semakin kacau seiring bibir yang nampak kaku.

"Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi kita tunda saja sampai Yamanaka tenang," ujarnya sebelum menyuruh Naruto untuk menenangkan Ino sampai gadis itu benar-benar tenang. Pria pirang itu yang paling pandai menghibur orang lain.

Tak lama setelahnya, Tenten membuka pintu. Kankurou yang memintanya untuk menyusul mereka di sana melalui pesan singkat.

"Apa yang kau temukan?" tanya Sasuke dengan suara pelan.

Tenten menatap semua rekannya dengan serius sebelum menggeleng. "Selain sidik jari penghuni rumah yang terdiri dari tiga tuan rumah, dua penjaga yang tewas, dan seorang pelayan wanita berusia 60 tahun bernama Tatsuya Shima yang sedang berada di Myoboku, aku tidak menemukan sidik jari lain, bahkan tim forensik juga tidak menemukannya pada jasad kedua korban. Pada benda-benda yang digunakan untuk memukul korban juga tidak ada."

Ketiga rekannya itu terbelalak.

"Kau yakin?" cecar Sasuke.

"Aku belum pernah melakukan kesalahan dalam hal ini, Kapten," jawab Tenten tegas.

Seketika suasana menjadi hening. Ini sangat tidak mungkin. Sasuke dan Kankurou yang melihat dengan mata kepala bahwa si pelaku tidak mengenakan sarung tangan. Sepertinya, Sasuke mulai ragu bahwa kasus ini hanyalah kasus pembunuhan biasa.

XxX

24 September 2014, pukul 10.58.

Seorang wanita berjalan di sepanjang koridor lantai tiga gedung Konoha MPD pagi itu. Ia mengenakan celana panjang hitam dan kemeja putih yang agak ketat. Suara hak ankle boots hitam setinggi dua sentimeter yang ia kenakan memantul, menghasilkan bunyi yang mengesankan bahwa langkahnya begitu pasti. Tanpa berhenti berjalan, ia melepas rambut yang ia cepol berantakan, lalu sejenak mengibaskan rambut merah muda sepunggung yang agak bergelombang itu.

Semenjak menginjakkan kaki di bandar udara Konoha, wanita itu seakan mendapat satu firasat. Rasanya seperti ada sesuatu yang menunggu dan ia akan menjemputnya hari ini. Entah apa pun itu.

Rekan pria yang berjalan di sampingnya melirik jam tangan yang tersembunyi di balik kemeja seragamnya yang berwarna hitam. Ia lebih muda dari wanita tadi. Rambutnya merah tua dan ditata cepak. Meski tanpa alis, bola mata sehijau giok China yang terbingkai oleh warna hitam pekat di seputar garis mata itu mampu membuat para polisi wanita yang berpapasan dengannya menyapa malu-malu.

Mereka berdua berbelok ke kanan dan memasuki sebuah ruangan di mana Sabaku Temari berada.

"Flamingo!"

"Haruno Sakura!"

Seru Aoba dan Temari bersamaan ketika kedua polisi tadi masuk.

"It's been a while. Apa kami terlalu cepat datang?" jawab Haruno Sakura. Suaranya cukup rendah, namun tetap feminin.

o

o

o

o

o

Bersambung...

A/N: Once again, I unleash my imagination. Thanks to FFn haha and Andromeda no Rei who encouraged me to make this kind of story and I found this very idea. Apakah cerita ini berat? Mungkin, tapi yang pasti bakalan panjang di setiap chapter. Andai buat pembaca berat, tapi cerita ini punya warna yang berbeda dari A Way. Semoga cerita ini ditemukan. Please, leave your precious reviews dan saya akan selalu menghargai segala jenis review. Saya tunggu, lho!