Suara langkah kaki, terdengar terlalu jelas, iris mata yang bewarna ungu itu menyimpan perasaan yang tertenggelam, rasa marah akan orang-orang itu, terhadap dirinya, dan terhadap dia yang terlalu selfless. Membuka pintu yang seperti mengejek dirinya itu, ia melangkahkan kakinya dan menuju ke buchou yang ia dulu hormati, dengan satu gerakan cepat ia memukul nya. Sebelum yang lain bisa berkata apapun, ia melangkah menuju Sanada-san dan memukulnya juga, dengan lebih cepat ia memukul Atobe. Dia hanya bisa memandang sinis ke Yukimura-san dan Fuji-sempai,
Ia melangkah ke arah panggung, dan memulai pidatonya "Aku mempunya seseorang yang sangat ku sayang, tapi aku hanya bisa melihat dia menderita, tangisan dalam kediaman yang sudah sering ku lihat. Air mata itu terus turun, aku hanya bisa memberi pelukan hangat dari seorang sahabat. Karena, walaupun aku mencintai dia, dia tidak bisa mencintaiku. Bukan tidak mau, tapi tidak bisa, Aku gak sombong, tapi aku yakin kalau dia juga mau mencintaiku kembali. Tapi, kami berdua tau kalau itu tidak mungkin. Memang rasanya sangat pait, tapi kami masih bisa merasakan manisnya persahabatan. Aku belajar untuk menyisihkan perasaan ini dan mencintai orang lain, tapi sungguh sayang, karena dia tidak bisa melakukan hal yang sama. Tapi ia tetap terbang, dengan membawa beban perasaan nya dan ia sampai di puncaknya. Berdiri di atas kita, layaknya seseorang yang sudah meng-claim bahwa dia adalah seorang dewa, seorang raja. Sekarang aku hanya bisa melihat dia pergi, meninggalkan kita semua. Aku mempunyai 1 kalimat untuk semua oramg disini"
Ia melirik ke lima orang itu, menarik napas dan bertahan untuk memberhentikan air maa yang akan pasti keluar dari tempatnya, ia ucapkan perlahan "Ima made arigatou...soshite, sayonara"
Melangkah turun dari panggung itu, ia dengan secepat mungkin lari. Lari sejauh mungkin dari tempat itu. "ahh...kamu harus belikan ku sekilo burger sehabis ini semua ini, Ryoma" seraya mengusah air mata nya. "che, uissu Sempai" dan mereka terus berjalan ke arah pintu yang akan menuntun mereka ke permulaian yang baru.
