Ide absurd tingkat dewa ditulis dengan alur yang ambigunya mendewa pula. Fic ini semacam parodi iklan-iklan yang ada di TV :D


Axis Powers Hetalia © Hidekaz Himaruya

Mie Sedap Kari Ayam Special © Wings Food

Warning: OoC TINGKAT DEWA DEWI KHAYANGAN, Parodi, Garing, Absurd, Highly ambiguous, and makes you say "What the f**k is with this story?"

Mohon maaf bila kebetulan ada kesamaan ide di FHI atau FHE atau manapun.

Ini hanya sekedar parodi, tidak dimaksudkan untuk menimbulkan konflik atau kontroversi. Harap maklumin otak saya yang absurd ini.

Just for fun :D

Maju FHI!

Happy reading~~


Di suatu pagi yang cerah dan 'kelihatan' normal seperti biasa…

Tampaklah seorang pemuda dengan pakaian SMA yang tengah menenteng tas ransel dan berjalan keluar rumah dengan langkah yang kelewat riang. Sebelah tangannya mengelus-elus sebuah burung kuning imut yang bertengger di kepalanya. Pemuda itupun berteriak dengan volume yang mendewa, "WOI, ADEK! AKU SEKOLAH DULU EAAAAAHHH!" tak lupa dengan kealayan dengan tingkat dewa pula.

Dan si adik pun tetep masang muka stoik bak tidak mendengar apa-apa. Ya, maklum sih. Di telinganya terpasang headset dengan volume musik yang mendewa pula.

Entah kenapa fic ini penuh dengan kata-kata 'mendewa' ==

Skip time…

Si anak SMA overaktif dan ga nyadar umur itu kini terlihat berlari tergopoh-gopoh dengan napas terhembus keras-keras. Pintu rumah yang tertutup langsung ia tendang sehingga otomatis jatuh gedubrak keras. Ia lalu langsung melesat menuju dapur dan melihat si adik berambut pirang tengah menaruh sesuatu di piring.

Si Kakak berambut perak yang masih memakai seragam SMA awut-awutan khas anak yang ga niat sekolah, langsung mencengkeram kerah kemeja sang adik dan memberi pelototan yang aduhai tingkat dewanya –Oh, stop it!

Si adik terkejut –tentu saja, siapa yang tidak? Dan belum sempat ia berbicara, si Kakak langsung menyembur dengan keras hingga menimbulkan angina kecil yang meniup-niup rambut depan sang adik ke belakang.

"LUDWIG, BURUNGKU MANAH? Hosh… hosh… hosh…."

.

.

Errrr… oke, kita dengarkan sejenak nyanyian jangkrik di siang bolong.

Krik krik krik.

.

.

"Errrr…. 'burung'?" si adik, antara yakin dan tidak yakin, antara takut dan tidak takut, bertanya heran. Jangankan Ludwig, Author sendiri merasa ada ambiguitas tingkat dewa yang terkandung di pertanyaan sang Kakak barusan.

"Hosh… Hosh…," sedangkan si Kakak, alih-alih menjawab, malah ber-hosh-hosh ria layaknya banteng dipamerin Bendera China.

Si adik hanya menghela napas, lalu dengan muka yang stoik dan datarnya masaolloh, berucap, "Sssudah. Makan dulussanah. Ada scone spesial dari Arthur tetangga kita, tuh," ujarnya sembari meletakkan piring dengan makanan yang ditulis dengan cetak tebal, miring, dan garis bawah di atas.

Berhubung lapar dan pikirannya resah akan kehilangan burungnya –errr… apapun itu maksudnya, si Kakak yang bernama Gilbert itu (akhirnya namanya disebutkan!), langsung duduk saja di kursi.

Entah karena frustasi ingin bunuh diri atau emang dasarnya kelaparan, tanpa pikir panjang akan apa yang tengah ia lakukan, ia lahap saja makanan tersebut dan langsung ia tel–

"HOEKH! CUIH! B*NGSAT! INI MAKANAN ATAU APA? BUSUK BANGET! BANGKEEEEE!"

–lan.

Dan si adik hanya memasang wajah datar saja, meski dalam hati ia bersyukur nista bahwa ia tidak memakan scone tersebut. Meskipun dikasih embel-embel spesial, 'burung kenari bawa mikropon, sekali scone tetep aja scone'.

Ah, sejak kapan kau jago ngelenong, Lud?

Dan Gilbert kembali teringat pada masalah hidupnya yang lebih darurat daripada pencarian korban pesawat Sakaw di salah satu negara Asia Tenggara.

Ia pun kembali berteriak dengan suara ala rocker yang lebih mendewa, lebih masyaolloh, dan lebih aduhai kerasnya, tak lupa dengan acungan jari tengah pada Author yang tengah mengetik cerita aduhai nistanya ini.

"BURUNGKUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU?"

Dan entah itu burung dalam arti hewan atau burung yang lain, biarlah imajinasi pembaca yang menentukan.

Oke, ini iklan mesum.


Dan tiba-tiba pemandangan beralih ke seorang berambut pirang ikal sebahu, brewok, dan dengan seekor burung kecil berwarna kuning bertengger di kepalanya.

.

.

Apa?

.

.

Lelaki itu mengedip jijay ke arah kamera dan berucap, "Scone special oleh Arthur. Terasa sadisnya! Honhonhon…"

Okaaaayyyy… Tawa yang agak mengerikan itu tolong acuhkan saja.


Note:

Tanggapan? :D Maaf iklan di atas sangat-sangatlah absurd. Yeah, I know it T.T

Status fic: Complete? No? Jika berminat, boleh pasang rikues parodi iklan lainnya. Mudah-mudahan saya sanggup membuatnya ^^v

Kritik/saran/pendapat/pujian/sanjungan diterima dengan lapang dada :D Boleh disampaikan juga di fic saya yang lainnya ^^v *dihajar, dirajam massa*

Terimakasih.

Warm regards,

-d.i.s.-