Gyahahaha..! Ini fic pertama gw..! -tepuk tangan sendiri- mohon bantuannya! Maaf kalo jelek, masih belajar buat fanfic.

Disclaimer : Bleach punya Tite Kubo -kalo punya gw kayaknya g bakal laku-

The Bandit Brothers

chapter 1 : The Bandits

Di sebuah negeri nan indah dan makmur bernama Seretei, terdapat beberapa kerajaan yang hidup rukun. Rakyatnya pun makmur dan saling menghargai, tapi akhir-akhir ini mereka menjadi gelisah sejak munculnya kawanan bandit dari barat. Mereka suka merampok dari mulai uang, emas, sayur mayur, sampai pakaian dalam (?). Mereka pun terkenal dengan nama The Bandit Brothers. Berbagai kerajaan sudah mengerahkan pasukannya, namun semua itu percuma. Mereka selalu bisa lolos dengan cara yang aneh-aneh, dan tidak pernah meninggalkan jejak. Identitas mereka juga belum diketahui sampai sekarang.

-xXx-

Pada suatu hari yang tenang, di suatu tempat di Kerajaan Senbonzakura...

"Gyaahahahaha! Serahkan semua yang kalian punya!" seorang pria bertopeng tiba-tiba muncul di sebuah restoran. Dia mengacungkan pedangnya yang superbesar, begitu juga dengan 3 orang bertopeng di belakangnya yang sudah siap dengan senjata masing-masing.

"Aaaaah..!! Banciii..! Eh, Bandit Brothers..!" seorang pengunjung yang panik langsung mengangkat kedua tangan, bahkan kakinya sehingga dia langsung jatuh.

"Sontoloyo elo ngatain kita banci..!" pria bertopeng tadi langsung mengayunkan pedangnya. Meninggalkan goresan 'BB' di tembok. "Ini kita! The Bandit Brothers!" serunya bangga, namun tiba-tiba salah satu temannya menggetok kepalanya.

"Sudah gue bilang kita nggak pakai cara ninggalin goresan 'BB' lagi! Dikira orang ntar tu bau badan lagi! Gue lagian semalem udah capek-capek njahit bendera buat tanda kita ngerampok!" seru temannya yang bersenjatakan panah dan berjubah putih sendiri, dia juga memakai google, berbeda dengan yang lain yang hanya memakai topeng karung goni butut.

"Oi elo berdua!" seru teman satunya lagi. Orang yang ini berbentuk mirip nanas karena bentuk kunciran rambut merahnya yang aneh. "Jangan pada berantem sendiri! Tu cepet ngerampok! Topeng gue udah gerah banget nih!"

"Iya iya!" pria bertopeng pertama kembali beralih ke para pengunjung yang sudah gemetaran. "Ayo! Serahkan semua harta benda kalian!" dia kembali menghunuskan pedang raksasanya membuat beberapa pengunjung pingsan saking takutnya.

Para pengunjung restoran yang sudah gemetaran tak karuan langsung mengeluarkan semua harta benda mereka. Ada yang langsung mengeluarkan beberapa bundel uang. Ada yang langsung memreteli perhiasan yang dipakainya, bahkan juga gigi-gigi emas dan rambut palsu mereka. Ada juga pengunjung yang tidak modal yang melucuti pakaian mereka karena mereka tak punya apa-apa. Semuanya dimasukkan ke kantong super besar yang dibawa oleh seorang bandit lain yang juga bertubuh super besar.

Setelah merasa cukup, bandit besar yang berkeliling tadi segera kembali bersama kelompoknya untuk memperlihatkan sekilas hasil rampasan mereka. Pria berpedang super besar mengintip sebentar. Dia mengangguk tanda sudah cukup, begitu juga kedua orang yang lain.

"Oke! Hari ini sudah cukup! Terima kasih atas pemberian kalian!" seru pria pertama tadi. Dia dan ketiga orang lainnya lantas beranjak keluar dari restoran itu, meninggalkan para pengunjung restoran dalam trauma yang dalam. Keadaan di luar ternyata cukup mengejutkan kawanan bandit tersebut. Puluhan pasukan Kerajaan Senbonzakura sudah mengepung mereka.

"Kalian berempat menyerahlah! Kalian sudah dikepung!" seru pemimpin pasukan tersebut, pria berambut spiky hitam dan bertato 69 di pipinya. Dia adalah penglima Kerajaan Senbonzakura, Hisagi Shuuhei. Tangan kanannya sudah menghunuskan pedang. Puluhan pasukan di belakangnya juga sudah siap dengan senjata mereka. Separuh dari mereka berkuda.

Keempat bandit itu hanya diam terpaku. Entah karena kaget atau hanya mencoba menjadi sok cool. Sunyi sesaat...

"Psst, Renji, gimana ini?" bisik pria pertama ke pria mirip nanas.

"Mana gue tau, bukannya elo yang mimpin?" balasnya. "Woi, Ishida, kapan bantuan dateng?" bisiknya ke pria bergoogle.

Pria bergoogle alias Ishida membuka buku kecilnya dengan cepat dan mulai menulis sesuatu. "Berdasarkan jarak, kecepatan, berat, dan gravitasi bumi, dan juga memperhitungkan makanan yang kita berikan kemarin ke kuda kita, jumlah kalorinya terlalu banyak. Maka dari itu, kuda kita akan sedikit melambat... dan jika itu maka waktu yang dibutuhkan pun bertambah dan..."

"Kelamaan lo! Kira-kira berapa lama lagi?!" gertak pria pertama ke Ishida.

"5 menit! 5 menit!" jawab ishida.

Pria pertama lalu menancapkan pedang super besarnya ke tanah. Walaupun tertutup topeng, tapi orang-orang bisa langsung tahu kalau dia sedang tersenyum dengan penuh percaya diri. "Baiklah, teman-teman, kalau begitu kita hanya perlu mengulur waktu untuk lima menit!" ujarnya ke teman-temannya. Teman-temannya mengangguk dengan optimis. "Hei kalian!" dia mengacungkan pedangnya ke arah pasukan kerajaan. "Maaf saja, tapi kami The Bandit Brothers tidak akan pernah menyerah!"

"Hoero Zabimaru!!" Renji langsung mengayunkan pedangnya yang unik. Sabetan pedangnya yang bisa memanjang langsung menyapu barisan terdepan pasukan, kecuali Hisagi yang bisa menahannya. Ishida langsung memanahkan 10 anak panah sekaligus, bukan ke arah pasukan, tapi ke arah bendera raksasa di atas gedung yang tepat ada di atas pasukan. Bendera itu langsung putus dan menutupi barisan belakang pasukan berkuda sehingga mereka tak bisa melihat apa-apa. Hisagi dan beberapa pasukan yang belum terkena masalah berusaha menyerang mereka.

"Chad! Bantu aku!" ujar pria pertama seraya mengayunkan pedangnya untuk memblok serangan Hisagi. Pria yang paling besar diantara mereka berempat mengangguk dan hanya dengan satu ayunan lengan, beberapa pasukan lain langsung terlontar. Hisagi juga ikut terlontar.

"Ichigo! Tu kuda-kuda kita udah dateng!" Renji heboh sambil menunjuk-nunjuk ke arah lain. Memang benar, empat kuda warna-warni, mulai dari hitam, putih, merah, dan coklat terlihat dari jauh. Kedatangan mereka lebih cepat dari perkiraan Ishida.

"Oh bener, gue bisa liat dari sini!" pria pertama alias Ichigo melambai-lambai tak jelas ke kudanya. Lagi-lagi kepalanya digetok, kali ini bukan oleh Ishida, melainkan Renji.

"Nggak usah dadah dadah begitu mereka bakal ke sini tauk! Supaya lebih cepet kita yang ke sana aja!" seru Renji. Ichigo langsung menangguk dan membopong pedang raksasa di pundaknya.

"Teman-teman! Kita langsung ke sana!" Ichigo langsung berlari ke arah kuda-kuda yang datang diikuti Renji, Ishida, dan Chad. Beberapa pasukan yang sudah pulih mencoba mengejar mereka. Tapi kawanan bandit tersebut sudah berhasil naik ke kuda mereka masing-masing dan berbalik arah menuju ke gerbang kerajaan.

"Pasukan berkuda yang di belakang! Kejar mereka sekarang!" Hisagi sudah panik. Meskipun tubuhnya sudah babak belur dan pegal-pegal, tapi dia tetap semangat untuk menangkap mereka. Benar-benar panglima sejati. Beberapa pasukan berkuda langsung berbondong-bondong mengejar kawanan bandit tersebut, namun karena mereka terburu-buru dan panik maka mereka langsung memacu kudanya tanpa mempedulikan apapun yang ada di depan mereka. Hisagi salah satunya. Dia tertabrak oleh puluhan pasukan berkudanya sendiri. Beruntung, dia masih mengenakan baju perang sehingga hanya 10 tulangnya yang patah.

"Woi Ichigo kita dikejar tuh!" teriak Renji ke Ichigo yang sedang asyik memacu kudanya seperti orang gila.

"Biarin aja! Kalo mereka kejar kita tinggal lari kan! Gyahahahahaha!" Ichigo tertawa histeris, sampai-sampai topeng yang dia pakai nyaris sobek.

Teman-temannya yang lain hanya bisa sweatdrop. Tiba-tiba ada dua orang pasukan kerajaan yang berhasil menyusul sampai ke sebelah kuda Renji. Mereka berusaha menjatuhkan Renji dari kudanya, namun malang nasib mereka karena mereka malah terkena tendangan Chad sehingga terlempar sejauh 20 meter.

"Thanks!" Renji mengacungkan jempol ke arah Chad yang balas mengacungkan jempol. Seperti pepatah, jempol dibalas jempol.

Mereka berempat terus memacu kuda ke arah gerbang keluar kerajaan, diikuti puluhan pasukan berkuda kerajaan di belakangnya. Tapi sialnya, gerbang kerajaan sudah ditutup ditambah lagi ada sekitar 5 lusin pasukan berkuda yang menjaganya lengkap dengan tombak dan perisai. Ichigo dan kawan-kawan terpaksa berbelok arah ke kanan untuk menghindari mereka, melewati rumah-rumah penduduk dan pasar.

"Yo Ichigo! Tu mereka tambah banyak tuh!" Renji kembali heboh, tapi terus memacu kuda merahnya yang mirip simbol Ferrari. "Apa kita nggak sebaiknya lewat mmph...!" ternyata ada jemuran penduduk yang tidak sengaja menutupi wajahnya. Dia langsung berkutat sendiri dan untungnya berhasil melemparkan jemuran itu dengan cepat. Alhasil jemuran itu melayang dan malah menutupi wajah Chad di belakangnya, sehingga dia tak bisa melihat apa-apa dan menabrak sebuah rumah penduduk hingga jebol. Beruntungnya, rumah penduduk itu rubuh dan menimpa selusin pasukan kerajaan yang sedang lewat. Jemuran tadi ternyata cukup membawa berkah untuk geng Ichigo.

"Tu liat sendiri kan! Tenang aja, kita pasti lolos euy!" Ichigo nyengir di depan sembari menengok ke arah Renji. Sisa pasukan kerajaan di belakangnya berkurang selusin. Rintangan yang sebenarnya ada di depan mereka. Pasar kerajaan Senbonzakura yang sangat ramai. Ichigo yakin dengan kelincahan kuda-kuda mereka, mereka pasti bisa lolos dari pasukan kerajaan.

Benar saja, pasar itu memang sangat ramai. Jalanan antara 1 kios dengan yang lain sangat sempit. Sungguh sangat sulit dilewati oleh banyak kuda sekaligus. Keadaan ini menguntungkan Ichigo dan kawan-kawan.

"Sayuuuur-sayuuuuuur......" seorang pedagang sedang mempromosikan dagangannya. "WOI! SONTOLOYO! SAYUR GUE...!" tiba-tiba dia berteriak. Kuda geng Ichigo baru saja meloncati gerobaknya dengan mulus. Mereka juga tidak lupa menyambar dagangan sayur pedagang itu. Bandit sejati selalu bisa mencuri kapanpun di manapun saat ada mangsa.

Belum selesai pedagang itu mengumpat, kali ini gerobaknya sudah dihantam oleh pasukan kerajaan. Sayur sudah hilang, sekarang gerobaknya juga hancur. Pedagang itu bangkit perlahan, beberapa detik kemudian, pasukan berkuda lain yang di belakang gantian menghantamnya. Maka tamatlah riwayat pedagang itu bersama gerobak dan sayurnya.

Ishida mengengok ke belakang, mengecek apakah pasukan kerajaan masih mengejar mereka. "Kurosaki, habis ini belok ke mana? Kita harus cepat-cepat keluar dari kerajaan ini untuk lolos!"

"Bentar, gue pikirin!" seru Ichigo. Dia dan kudanya tengah meloncati sebuah kios daging. Banyak daging yang tertancap di pedang raksasanya sehingga sekarang bentuknya sudah seperti sate raksasa. "Ikutin gue aja pokoknya!" perintahnya.

"Elo jamin nggak kesasar atau ketangkep kan?" tanya Renji. Tangan kanannya memegang tali kekang dengan erat sementara tangan kirinya menyambar pisang-pisang di kios buah yang dia lewati. Julukan 'The Baboon King' memang pantas untunya.

"Nggak nggak! Pokoknya ikutin gue aja!" Ichigo percaya diri. Kudanya dipacu semakin cepat. Ketiga temannya hanya bisa mengikutinya dengan hati harap-harap cemas. Maklum, selama ini Ichigo dikenal sebagai orang yang buta arah.

Ternyata benar, Ichigo memang buta arah. Setelah melewati pasar (yang sekarang sudah hancur berantakan), Ichigo berbelok ke kiri. Teman-temannya langsung miris, tapi sudah terlambat untuk mengingatkan. Mereka juga tak bisa meninggalkan Ichigo sendiri yang terus memacu kudanya dengan semangat dan tanpa beban. Jalan tersebut menuju ke istana yang pengamanannya super ketat. Nyaris mustahil untuk lolos di sana, belum lagi ada pasukan berkuda yang mengejar mereka. Mereka bisa dibilang terkepung sekarang.

"Woi Ichigo!" Renji sekarang panik. "Ini ke istana dodol! Kita nggak bakal bisa lolos kalo kaya begini!"

Ichigo mengengok ke belakang dengan wajah innocent. "Emang iya? Kok gue nggak tau ya?"

Ishida dan Chad cuma bisa geleng-geleng, sementara Renji sudah terlihat kesal. "Lo gimana sih! Kalo kita ketangkep gimana! Hah!? Hah!?"

Tampang Ichigo berubah serius sekarang. "Nggak! Gue jamin nggak bakal ketangkep!" kudanya malah semakin cepat dipacu. Teman-temannya kembali sweatdrop dan dengan pasrah mengikutinya.

Gerbang istana sudah terlihat. Di depan gerbang, ada dua orang penjaga.

"Uh, apaan tuh? Kok rame bener?" tanya penjaga 1.

"Coba gue liat," penjaga 2 meneropong ke arah situ. Matanya langsung terbelalak.

"Eh, ada apa?" tanya penjaga 1 setelah melihat reaksi temannya.

"Wuih, ada cewek cakep..." kata penjaga 2 bernafsu, sampai-sampai mengiler.

"Lo liat ke arah mana sih!?" penjaga 1 langsung merebut teropongnya dan meneropong sendiri. Ekspresinya langsung berubah panik.

"Cewek cakep itu kenapa?" tanya penjaga 2. Penjaga 1 lantas menggetok kepalanya.

"Ngaco lo! Itu kawanan bandit itu! Lagi dikejar sama yang lain! Langsung bunyikan bel!" dia langsung bergegas ke posnya, membunyikan bel tanda bahaya.

"Apa kita perlu nutup gerbangnya?" penjaga 2 bersiap-siap.

"Nggak perlu! Biarin mereka masuk! Mereka nggak akan bisa lolos lagian!" jawab penjaga 1, dia masih menbunyikan bel.

Beberapa saat kemudian, kawanan bandit itu melesat memasuki istana, diikuti puluhan pasukan berkuda yang lain. Beberapa pasukan kerajaan lain berusaha menghalau mereka, tapi semuanya ditabrak dengan sadis. Mereka terus melaju dengan kecepatan penuh.

Di dalam istana....

Raja Kuchiki Byakuya sedang memberi makan ikan-ikan koinya setika seorang pengawal masuk.

"Yang Mulia, ada laporan bahwa geng bandit itu tengah memasuki kompleks istana. Pasukan berkuda kita sedang mengejarnya," lapor pengawal itu.

Byakuya berdiri dengan anggun. Makanan ikan masih di tangannya. "Pancing mereka ke halaman depan! Aku akan ikut menangkap mereka sendiri," ujarnya dengan suara dingin.

"Baik!" pengawal itu menunduk dan bergegas keluar ruangan.

Byakuya lantas mengambil pedangnya di atas meja. Dia memandangnya sebentar. Sudah lama dia tak memakainya. Jurus-jurusnya terlalu berbahaya. Namun demi menangkap kawanan bandit yang meresahkan rakyatnya, maka dia akan berbuat apa saja. Dia memasukkan pedangnya ke sarungnya dan beranjak keluar ruangan.

Kembali ke kawanan bandit di luar...

"Kurosaki! Gimana caranya lolos dari sini!?" teriak Ishida. Kudanya putihnya tengah menubruk 2 orang pasukan. "Musuh kita semakin banyak!"

"Lewat gerbang satunya! Di depan kita belok ke kiri!" Ichigo membelokkan kudanya ke kiri. Tapi dia terhenti sesaat. Gerbangnya sudah tertutup.

"Ugh, kita lewat sana!" Ichigo memacu kudanya kembali karena pasukan berkuda kerajaan sudah semakin dekat. Sekarang mereka tepat menuju ke halaman depan istana.

Mata Ichigo terbelalak. Dia langsung memberhentikan kudanya. Teman-temannya yang lain juga.

Walaupun mengenakan topeng tapi mereka jelas terlihat panik. Ratusan pasukan ada di depan mereka, lengkap dengan persenjataannya. Sementara di belakang mereka, ada puluhan pasukan berkuda. Mereka benar-benar terkepung sekarang. Kuchiki Byakuya turun dari tangga depan istana, menuju ke arah mereka. Jubahnya melambai-lambai.

"Kalian menyerahlah, kalian sudah dikepung," kata Byakuya dengan nada monotone. Sorot matanya menusuk mereka dengan dingin.

Ichigo terdiam sebentar. Renji benar, kemungkinan lolos sangat kecil, ditambah dengan Byakuya yang berada di sini. Semua orang tahu jika Raja Kuchiki Byakuya mempunyai jurus yang sangat mengerikan.

"Sayangnya kita nggak akan menyerah," balas Ichigo percaya diri. Teman-temannya tampak seperti jantungan sekarang. "The Bandit Brothers nggak akan pernah menyerah!" Ichigo melemparkan beberapa benda ke arah pasukan di depannya. Benda itu meletup dan mengepulkan asap hitam, menutupi pandangan pasukan. Ichigo dan yang lain menggunakan kesempatan ini untuk kabur.

"Ikuti mereka! Kita tidak perlu bersusah payah, mereka hanya akan berakhir terkepung di halaman belakang," ujar Byakuya tenang. Pasukan kerajaan langsung berbondong-bondong mengikuti mereka. Byakuya berbalik arah, mau masuk ke istana. Dia yakin bahwa pasukannya bisa mengontrol keadaan dengan mudah. Tapi langkahnya mendadak terhenti, dia menyadari sesuatu.

"Rukia..."

Di halaman belakang istana...

Seorang gadis berambut hitam sedang berlari-lari di taman. Dia tampak mencari-cari sesuatu.

"Chappy! Chappy! Di mana kau?" dia menunduk, meneliti taman berharap menemukan keberadaan kelinci kesayangannya itu.

"Nona Rukia, mohon jangan menginjak bunganya!" seru seorang tukang kebun sopan. "Bunga-bunga itu kesayangan Ratu Hisana dan sangat sulit perawatannya."

Rukia tersenyum ke arahnya. "Tenang saja, aku tidak kok!" dia menyadari ada sesuatu berkelebat di depannya. "Ah, Chappy!" Rukia langsung mengejarnya, menerjang apa saja di depannya termasuk bunga-bunga Hisana. Bunga-bunga Hisana sekarang penyet terinjak. Tukan kebun langsung sweatdrop.

"Rukia..." panggil suara lembut. Rukia menoleh ke arah sumber suara itu. Ibunya, Hisana sedang berdiri di ujung taman.

"Ibu, ah?" Rukia melirik ke bunga-bunga Hisana. Menyadari dia tengah menginjaknya dia langsung ngeri sendiri. "Ah, ibu maaf! Maaf!"

Hisana tersenyum. "Tidak-tidak apa-apa," dia beralih ke arah tukang kebun. "Tolong betulkan semuanya!" ujarnya, masih tersenyum. Ada aura menyeramkan yang langsung muncul di sekitarnya, berbeda dengan ke Rukia tadi. Tukang kebun itu bergegas merawat bunga-bunganya. Kini giliran Rukia yang sweatdrop.

Tiba-tiba ada suara gemuruh yang mendekati mereka. Semuanya spontan mengengok ke arah sumber suara. Puluhan kuda, dan ratusan pasukan menuju mereka. Mengerjang semuanya termasuk bunga-bunga Hisana.

"Hisana! Rukia! Awas!" Byakuya berteriak dari jauh.

"Ah, bungaku..." terlambat, Hisana sudah pingsan. Rukia langsung menghampiri tubuh ibunya yang sudah tergolek di atas taman. Byakuya dari jauh panik.

"Semua! Lindungi Ratu Hisana dan Putri Rukia!" seru Byakuya.

Mendengar itu Ichigo mendapat ide. Dia langsung menghentikan kudanya, menyebabkan teman-temannya nyaris menabraknya. Jika dia menggunakan putri sebagai sandera maka pasukan itu tak akan berani menyerangnya. Ichigo langsung menyambar tuan putri dan bertingkah seperti siap membunuhnya kapan saja.

"Jangan mendekat! Jika kalian mendekat maka akan kubunuh dia!" seru Ichigo. Pedangnya sudah siap di depan leher sang putri. Anehnya semuanya malah sweatdrop.

"Ah... eike mau diapain booow," ternyata itu adalah tukang kebun yang agak banci. Rupanya Ichigo salah menyambar orang. Ichigo langsung melamparkannya dan menyambar putri yang sebenarnya.

"Rukia!" Byakuya panik. Kali ini reaksi yang benar. Semuanya langsung terlihat panik.

"Jangan mendekat! Kalau kalian mendekat dia akan kubunuh!" ulang Ichigo. Tangan kirinya menyekap putri yang berusaha memberontak. "Letakkan semua senjata kalian!"

Seluruh pasukan diam, menunggu perintah Byakuya. Byakuya hanya bisa pasrah. "Letakkan senjata kalian!" ujar Byakuya lirih. Semuanya langsung membuang senjata mereka.

"Bagus," rencana ichigo berhasil. "Sekarang jangan ada yang mencoba mengejar kita, aku bisa membunuhnya kapan saja," Ichigo membopong Rukia dipundaknya layaknya barang. Byakuya sudah tampak sangat marah. Ichigo dan teman-temannya kembali memacu kudanya keluar istana. Kali ini mereka kembali lolos.

"Hyaaaaaaa bebas...!" sorak Renji. "Tumben lo jenius!"

"Gue emang pinter," jawab Ichigo sok sembari mengendalikan kudanya melewati pohon-pohon. Mereka sekarang tengah melewati hutan.

"TURUNIN GUE! TURUNIN GUE!" Rukia berontak, dia terus memukul-pukul punggung Ichigo.

Ichigo langsung memberhentikan kudanya. "Lo bisa diem g sih!?" katanya ke Rukia yang dibopong di pundak kirinya.

"Turunin gue! Lo pikir enak lo bopong gini!?" bentak Rukia.

"Ichigo, turunin aja dia. Nggak enak bener lo bopong gitu," ujar Renji.

Ichigo menghela napas dan meletakkan Rukia di depannya, seperti layaknya barang. Posisi mereka sekarang duduk berhadap-hadapan di atas pelana kuda, Untung tubuh Rukia kecil jadi tak repot.

"Apa-apaan lo, mmmph..!" Ichigo menyekap Rukia dan langsung memakaikan karung ke kepalanya dengan paksa.

"Kurosaki, lo apain dia?" Ishida ngeri melihat perlakuan temannya itu.

"Biar nggak repot aja," jawab Ichigo santai. Dia lalu membalik arah Rukia sehingga sekarang mereka sama-sama menghadap depan. Tangan Rukia diikat dengan tali kekang kuda. Sehingga hanya kakinya yang bebas sekarang.

"Nggak elo lepasin aja dia?" usul Renji yang ngeri melihat perlakuan temannya ke sang putri.

"Nggak, gue nggak mau ninggalin dia sendiri di hutan begini. Banyak binatang buas. Bisa-bisa dia pulang nggak utuh lagi," ujar Ichigo cuek. "Yuk, jalan," Ichigo kembali memacu kudanya.

Renji, Ishida, dan Chad hanya bisa berpandang-pandangan. Mereka lantas mengikuti Ichigo.

Rukia tidak bisa berpikir sekarang. Dia memang tak bisa melihat, tapi dia bisa mendengar jelas kata-kata mereka. Seorang bandit liar, tak beretika, dan kurang ajar mengkhawatirkan dirinya? Rukia tadi sempat berpikir bahwa mungkin dia akan dibunuh oleh bandit-bandit itu. Tapi ternyata tidak, malah sebaliknya. Ada yang peduli padanya. Bandit-bandit ini tak seburuk perkiraannya. Dan mungkin saja, ini adalah awal dari petualangan barunya. Petualangan yang selalu dia inginkan.

-To be Continued-

Author's note : Gyaaaa! Maaf kalo jelek! Gw baru belajar buat fanfic.. ceritanya pasaran g? Gw mau cari cerita yang rada unik.. kalo ada kesalahan mohon kasih tau dong, biat gw bisa ngebenerin. Oh ya, ada yang gw mau terangin dikit :

-Bahasa di sini rada campur aduk. Maksudnya untuk yang orang tua-tua (terutama yang di kerajaannya) pake bahasa baku. Kalo seputar anak muda pake 'gue' 'elo' gitu. Habis kalo baku semua, takutnya kaku, terus kalo gaul semua jadinya ancur. Problem g? Kasih saran dong..

tolong teken ijo2 di bawah ini buat kasih saran, kritik, pertanyaan, dll. Bahkan rayuan diterima.. Thanks bwat yang udah baca.. n maaf A/N kepanjangan...