Sebuah garis muncul perlahan. Mempertegas sebuah kenyataan. Meruntuhkan segala pemikiran yang kusut dikepala. Pemuda yang baru menginjak umur 21 tahun itu mematung di depan pintu kamar mandi.

"KAU PASTI BERCANDA—!", Teriak Eijun penuh frustasi kepada benda bisu di genggaman tangannya yang tremor. Wajahnya yang pucat makin memucat. Ia menutup mulutnya dengan sebelah tangan. Rasa mual yang hebat bergejolak dari perutnya. Ia kembali masuk ke kamar mandi, membuka kasar pintu sehingga menimbulkan bunyi. Entah sudah berapa kali sejak dini hari tadi, ia menguras isi perutnya yang sudah tak berisi, menyisakan cairan asam lambung yang mengiritasi mulut dan saluran pencernaan atasnya.

Setelah 30 menit ia bergulat dengan mualnya, Eijun berjalan lemas keluar dari kamar mandi dan menuju sofa di apartemennya. Merebahkan badannya yang lemas dan ngilu. Kepalanya terasa berat. Ia kembali melirik benda yang tadi ia maki dan masih ia pegang. Berharap garis itu menghilang, tapi justru makin memperjelas garisnya. Eijun membuang nafas kecewa.

Benda bisu itu segera ia letakkan di atas meja kerdil di sampingnya. Meletakan benda itu menemani 2 benda lain yang sama tapi berbeda merek dan model. Tiga kali ia mencoba tiga kali hasil yang sama ia dapatkan. Positif. Eijun kembali mendesah lelah dan menutup matanya dengan sebelah lengannya. Kepalanya cukup pening. Ia masih tidak percaya. Tangan sebelahnya bergerak ke perutnya bagian bawah. Di situ ada sesuatu. Sesuatu yang hidup. Miliknya dan kekasihnya, Miyuki Kazuya.

Eijun bersyukur Kazuya sedang tidak ada di apartemen mereka saat ia mulai uring-uringan, mual dan muntah di tengah malam atau dini hari sampai siang hari seperti sekarang ini. Pemuda kacamata itu tengah mengikuti training camp di klub baseball universitasnya. Ya ia dan Eijun berbeda universitas. Eijun sendiri merasa bersyukur karena waktu SMA, Seido mau menerimanya dan membiarkan dirinya, seorang omega bermain di pertandingan baseball bahkan ke koushien.

Masalahnya setelah 2 minggu lamanya kekasihnya itu pergi, malam ini atau besok pagi Kazuya akan pulang. Eijun awalnya mengira ia hanya menderita masuk angin. Tapi makin lama kondisinya makin parah, membuat hati kecilnya gelisah. Ia mulai mencocokkan gejala sakitnya dengan gejala sahabatnya yang berambut pink itu, kini telah dikaruniai seorang putra. Walau ada beberapa yang berbeda tapi tidak terlalu melenceng jauh.

Kemarin sore ia memberanikan diri membeli sebuah alat deteksi kehamilan dini. Ia sempat bingung untuk memilih yang mana karena petugas apoteker menawarkan berbagai macam, pada akhirnya ia membeli 3 karena uang yang Eijun bawa hanya cukup membeli 3. Tapi keberaniannya untuk mencoba alat itu baru terkumpul tadi pagi. Hasilnya yah, cukup membuatnya shock.

Haruskah ia ke rumah sakit?. Tidak, tidak. Eijun cukup anti dengan tempat itu. Eijun menghela nafasnya panjang. Kepalanya terasa makin berat dan pening. Selama 2 minggu terakhir ini tidurnya tidak nyenyak. Ia sering terbangun di tengah malam dan tidak kembali tidur karena dirinya pasti akan terbangun kembali akibat mual yang hebat. Mata bagian bawahnya terlihat menghitam kontras dengan kulit pucatnya. Setidaknya Eijun berusaha tetap makan. Walau berakhir ia muntahkan.

"Sial, bagaimana cara menjelaskan ini ke Kazuya?" gumam Eijun. Tiba-tiba ia mulai terisak. Eijun merutuki emosinya yang semakin labil. Padahal dulu Kuramochi bahkan Kanemaru sering mengatainya sebagai remaja labil. Tangisnya makin pecah. Meluapkan segala rasa ketakutannya. Terutama dirinya dan Kazuya masih terlalu muda untuk menjadi orang tua.

Kumohon jangan tinggalkan aku Kazuya—tolong jangan membenciku dan anak ini.

Eijun memohon disela-sela tangisnya. Lama ia menangis hingga dirinya terlelap dalam buaian mimpi akibat kelelahan.

.

.

.

.

.

.

Ace of Diamond (Daiya no A)

There is belongs to Terajima Yuuji-sensei

Kuro tidak mengambil keuntungan apapun hanya untuk dokumen kesenangan pribadi

This plot is mine

WARN

This is BL fanfiction

Omegaverse Mpreg

MIYUKI KAZUYA X SAWAMURA EIJUN

(they are dating and living together. They are in college)

BL = Shonen ai = Yaoi = BxB

TIDAK SESUAI EYD, TYPO, AU, Boysromance, fluffy, gaje, alur cepat, OOC (I'M SORRY)

Happy reading

Enjoy

.

.

.

.

.

.

.

Kazuya berulang kali mengecek ponselnya. Menatap gusar layar ponselnya. Berulang kali mengecek kotak pesannya. Menatap kapan terakhir Eijun membaca dan membalas pesannya, 1 minggu yang lalu, bahkan hanya dibaca saja. Tidak ada balasan apa pun setelahnya. Seperti sekarang Kazuya tengah berada di dalam perjalanan pulang ke apartemen mereka. Ia dan Eijun menutuskan tinggal satu apartemen semenjak mereka akhirnya resmi pacaran atau lebih tepatnya setelah keduanya sadar cinta merekanya akhirnya bermekaran saat Eijun baru lulus. Pemuda kacamata itu telah mengabari ke kekasihnya itu sekitar 3 jam yang lalu bahwa ia segera pulang dan akan sampai sore ini.

Kazuya melewatkan acara terakhir training campnya yaitu, sekedar acara makan-makan. Ia sukses dibuat khawatir selama 1 minggu ini oleh Eijun. Ia rutin memberi kabar pada Eijun, sedangkan Eijun sendiri tidak pernah mengabarinya. Kazuya menggeram kesal. Dasar alpha over protektif dan posesif. Kalau pun ponsel Eijun rusak, hilang, atau ketinggalan entah dimana, pemuda berisik itu pasti akan mengabarinya dengan ponsel milik orang lain contohnya, Haruichi atau Kanemaru. Jika ada apa-apa Kuramochi duluan yang akan mengabarinya.

Ahh.. Sialan. Rasanya Kazuya ingin mempunyai kekuatan teleportasi, seperti dalam cerita fiksi. Kazuya mempercepat langkahnya. Begitu sampai lobby apartemennya ia langsung berjalan mengarah lift dengan tidak sabaran menekan-nekan tombol lift. Persetan dengan tatapan orang-orang. Dengan terburu Kazuya langsung masuk ke dalam lift begitu pintu lift terbuka lebar. Ia menekan angka 6. Setelah sampai ia segera berlari kecil, menekan cepat password pintu masuk.

Gelap dan hening. Tidak ada suara apa pun. Bahkan suara langkah kaki pun tidak ada. Kazuya mengernyit heran. Apakah Eijun sedang pergi keluar?. Kazuya segera melepas sepatunya dan menyimpannya di rak sepatu. Matanya menyipit. Semua sepatu Eijun tersimpan rapih. Menandakan pemuda berisik itu harusnya ada di apartemen mereka. Kazuya menghembuskan nafasnya lelah. Kemungkinan besar Eijun ketiduran.

Kazuya melangkahkan kakinya masuk. Ia menyalakan lampu di ruang tengah apartemennya. Sebuah senyum simpul terlihat di sudut bibirnya. Eijun ketiduran di atas sofa. Kazuya menggeleng kepalanya pelan, tidak habis pikir. Dasar, memangnya kau itu bocah umur 3 tahun, huh?. Batin Kazuya agak kesal.

Kazuya mendekati Ejiun dan melekatkan tas besarnya di sebelah sofa dekat kepala Eijun. Seringai muncul diwajah Kazuya bersamaan dengan idenya untuk mengusili Eijun yang tengah tidur.

"Eijun—"

Tubuh Kazuya menegang mendadak. Matanya melebar dibalik kacamatanya. Dengan perlahan Kazuya bergerak maju. Ekspresinya sulit diartikan. Ia mengambil salah satu benda yang tergeletak di atas meja secara acak. Dilihatnya dengan teliti. Kemudian pandangannya berganti ke 2 benda yang lain di atas meja. Tanda yang diberikan ke-tiga alat itu menunjukkan hasil yang sama. Berbagai pemikiran dan memorinya berputar, membuat suatu rangkaian panjang. Sebuah titik terang, menghancurkan segala dugaannya dari 1 minggu yang lalu. Kazuya mendengus geli dan mengacak surai coklatnya.

Senyumnya mengembang. Kazuya merasakan sesuatu meledak di dadanya. Ia tidak bisa menahan senyumannya. Rasa cemas dan kesalnya berlalu begitu saja dan digantikan sesuatu yang melebih rasa senangnya. Ia membalikkan badannya. Tiba-tiba hatinya terasa nyeri. Mendapati wajah Eijun terlihat agak pucat, juga warna hitam di bawah mata. Rasanya ia agak menyesal meninggalkan Eijun. Kazuya mendudukkan dirinya di lantai. Memposisikan dirinya di dekat kepala Eijun. Tangan besarnya menelusuri rambut yang lebih gelap daripada miliknya. Dengan lembut Kazuya mengelus kepala Eijun.

"Hey, Eijun bangun. Ini sudah gelap. Sampai kapan kau mau tidur diluar? Bangun Eijun.". Kazuya mencoba secara halus membangunkan Eijun. Tapi hanya dibalas oleh suara erangan kecil. Eijun masih enggan meninggalkan mimpinya. Kazuya tertawa kecil melihat sikap Eijun.

"Kau kalau mau tidur jangan disini. Bangun pemalas! Kau boleh melanjutkan tidurmu di kamar.". Kazuya masih saja tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menggoda kekasihnya. Guratan tidak suka di tampilkan. Sepertinya Kazuya harus menambahkan catatan bahwa Sawamura Eijun masih bisa menyadari dalam tidurnya jika seseorang tengah mengejeknya.

"Eijun bangun, hey! Kau bisa sakit jika tidur disini.". Kazuya menepuk-nepuk pipi Eijun. Sungguh kali ini ia harus benar-benar membangunkan Eijun. Walau Eijun mengenakkan hoodie dan celana panjang tetap saja Kazuya merasa khawatir. Bagaimana jika Eijun sakit karena terlalu lama tidur diluar?. Cukup Kazuya Kau berlebihan. Eijun kembali mengerang kesal dan perlahan mata emas itu terbuka beberapa kali berkedip menyesuaikan dengan pencahayaan lampu.

"Tadaima Ejiun, dan selamat pagi puteri tidur. Tidurmu nyenyak?", Ucap Kazuya dengan seringainya yang menyebalkan. Mendengar suara yang tidak asing tepat di sebelahnya Eijun menoleh cepat. Mata emasnya melebar dan dipenuhi rasa keterkejutan. Rasa kantuknya langsung menghilang seketika begitu melihat Kazuya tepat di sebelahnya.

"O-okaeri, Kazuya. Kau sudah pulang?", balas Eijun dengan gugup. Kazuya mendengus geli. Pertanyaan macam apa itu.

"Kalau aku belum pulang lalu siapa ini yang ada dihadapanmu bakamura?", Kata Kazuya geli. Kazuya bisa melihat wajah Eijun yang tadinya seperti anak hilang berubah menatapnya jengkel. Sungguh perubahan yang cepat.

"Aish, bukan itu maksudku. Kau menyebalkan sekali.". Eijun membuang mukanya kesal. Mengabaikan Kazuya yang mulai tertawa geli.

"Kau saja yang jarang mengecek ponselmu. Aku sudah mengirimimu beberapa pesan tapi kau sama sekali tidak membalasnya, bahkan tidak membacanya sama sekali. Seminggu ini apa yang kau lakukan huh?" Keluh Kazuya. Ia berpura-pura tidak tahu. Ia penasaran apa yang akan dijawab oleh Eijun. Tubuh Eijun menegang. Eijun tidak berani membuka pesan dari Kazuya. Ia takut kelepasan memberitahu keadaannya. Dan membuat Kazuya khawatir.

"Hahahaa Miyuki Kazuya kau pikir aku tidak punya kesibukan.", Kata Eijun canggung sambil berusaha tertawa. Mata emasnya menatap lurus. Meyakinkan Kazuya. Kazuya mendengus geli.

"Kesibukkan apa? Tugas di kampus? Seorang Sawamura Eijun yang ku kenal tidak tahan mengerjakan tugas.". Kazuya terkekeh pelan. Ah.. Wajah Eijun selalu cepat berubah tadinya gugup sekarang mencebik kesal.

"Kau ini, aku selama ini tidak pernah tidak menyelesaikan laporan dan tugas bagianku!". Eijun mencoba membela diri. Wajahnya tertekuk sebal. Kazuya menarik seringainya.

"Dengan seseorang yang harus terus mengingatkanmu." Balas Kazuya dengan nada jahil. Kazuya memberikan penekanan pada kata 'seseorang'. Wajah Eijun merona kemudian membuang mukanya menatap langit-langit apartemennya serta umpatan terlontar di mulutnya. Kazuya tersenyum lembut sepertinya ia terlalu berlebihan. "Kesibukan apa yang membuatmu sampai kurang tidur seperti ini?".

Kazuya mengusap lembut pipi pucat Eijun. Mata emas dan wajah itu menegang kembali. Eijun ingin menjawab tapi lidahnya kelu. Kazuya masih setia menunggu sabar jawaban Eijun.

"Ah—i, itu bukan apa-apa.", Jawab Eijun dengan pelan. Ada getaran di kata-katanya barusan. Ia tidak bisa menatap Kazuya. Eijun menggigit pipinya dalam. Tanpa sadar Eijun meremas hoodienya dibagian perutnya.

Jangan sampai Kazuya tahu, Jangan sampai Kazuya tahu, kumohon Kami-sama!.

Eijun terus merapal kalimat itu dalam hatinya. Kazuya menghela nafasnya. Eijun tidak mau jujur dengannya.

"Sawamura Eijun. Tatap lawan bicaramu. Aku ini senpai dan pacarmu kalau kau lupa.". Kazuya yang tadinya mengusap pipi Eijun sekarang menarik pipi itu gemas hingga yang punya mengaduh sakit.

"A—aduh! bisa tidak sih atur tenagamu, bakazuya sakit tahu.", Keluh Eijun sambil mengelus pelan bagian pipinya yang dicubit tidak tanggung-tanggung oleh Kekasihnya. Mulutnya maju beberapa mili, yang membuatnya terlihat sangat menggemaskan di mata Kazuya. Kazuya kembali mengulum senyum.

"itu hukumanmu. Karena berani mengabaikanku seminggu ini—.", Ucap Kazuya dengan seringainya. "—dan tidak jujur padaku.". Kata-kata Kazuya membuat Eijun menoleh. Mata emasnya membelalak lebar. Mulutnya sedikit terbuka. Demi apa pun wajah Eijun terlihat sedikit—oke bukan, konyol. Kazuya berusaha menahan tawa dan seringainya di wajah tampannya.

"KA—KAU—!, bagaimana bisa?", Kata Eijun setengah berteriak sambil bangun dari posisinya. Eijun kehabisan kata-kata. Ini diluar prediksinya. Matanya melolot tidak percaya pada benda yang dipegang Kazuya. Seharusnya tidak berada di tangan kekasihnya sendiri. Eijun menundukkan kepalanya. Ia menggigit bibir bawahnya.

"Kau meletakkannya diatas meja. Kalau ingin memberikan kejutan—?! He-hey, Eijun kau menangis?". Kazuya mulai panik begitu melihat bagian sofa yang basah karena beberapa tetes air mata. Eijun menggeleng cepat menahan isakannya keluar dari mulutnya.

Kazuya menghela nafasnya. Ia benar-benar sudah kelewatan. Pemuda berkacamata itu perlahan membawa pemuda yang lebih muda darinya kedalam dekapannya. Memeluk Eijun dengan hati-hati. Seakan jika ia memberikan tekanan yang berlebihan, Eijun bisa hancur. Membiarkan Eijun menangis di dalam pelukannya. Eijun membalas pelukannya, meremat pelan baju seragam baseballnya yang masih melekat di badannya.

"Maaf Eijun, pasti seminggu ini terasa berat bagimu—"—dan membuatku setengah mati mencemaskanmu. Kazuya mengucapkannya dengan pelan sambil mencoba mengeleus punggung Eijun yang bergetar hebat. Berharap itu akan meredakan tangis Eijun. Tapi justru tangis dan isak Eijun pecah. Ia menangis sejadi-jadinya. Mencengkam kuat baju Kazuya. Mulutnya terus-terusan melafalkan kata maaf.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

2 jam. Selama itu Kazuya harus bersusah payah menenangkan Eijun. Eijun sendiri tidak tahu kenapa tangisnya tidak bisa berhenti. Kini matanya merah dan bengkak. Eijun membiarkan Kazuya mengusap wajahnya pelan dengan tisu basah. Menghilangkan bekas-bekas air matanya di wajahnya.

"Sudah tenang huh?, tanya Kazuya pelan. Eijun hanya membalasnya dengan anggukan. Tatapannya masih sendu, dibalik warna emasnya itu terbesit rasa cemas dan takut. Kazuya menyadari masih ada yang mengganjal di kepala kekasih ya. "Apa lagi yang kau pikirkan, Eijun?". Eijun tersentak kecil. Mata emasnya menatap mata amber Kazuya yang menuntut jawaban.

"Kazuya, kau benar-benar tidak keberatan dengan hal ini? Maksudku kita saja masih kuliah.", Eijun menghela nafasnya pelan.

"harus berapa kali kubilang, aku sama sekali tidak keberatan. Dan sebentar lagi aku akan lulus. Bukannya kau bisa cuti 2 semester? Dan Kominato bisa menemanimu." Kata-kata Kazuya sebagian membuat Eijun merasa muak. Terkutuklah otak encer Miyuki Kazuya.

"Menikah saja belum. Mana bisa dapat Izin cuti 2 semester." Gumam Eijun kesal. Kazuya kembali menyeringai. Anak ini terlalu banyak pemikiran. Batin Kazuya. Hak khusus bagi omega yang sudah menikah dengan alpha ia diperkenankan cuti sebanyak 2 semester di mana beberapa kampus mungkin hanya memperolehkan mahasiswanya cuti 1 semester.

"Hal itu gampang tinggal diurus. Bakamura sebaiknya kau jangan terlalu banyak berpikir.", jawab Kazuya cepat dengan masih menyusap wajah Eijun. Eijun memasang wajah cemberut. Menatap datar Kazuya. Kazuya mengulas senyum, lalu mencubit gemas hidung Eijun dengan tangan yang ia tadi gunakan untuk mengusap wajah Eijun. Eijun memekik sakit.

"Sakit! Apa yang—". Kazuya menangkup wajah Eijun, membuat pemuda yang muda itu menatapnya lurus. Diam tidak bergerak. Bagaikan terjerat dalam suatu perangkap. Kazuya mendekatkan wajahnya hingga dahi dan ujung hidung mereka bersentuhan. Memperjelas kilauan warna emas dan membiarkan wajahnya diterpa nafas hangat dari pasangannya.

"Sebaiknya kau pikirkan nama yang bagus untuk anak kita, Eijun.". Rasanya ada perasaan hangat bergulir dari dada, Eijun mencengkeram pergelangan tangan Kazuya. Matanya yang besar menyelidiki mata teduh kekasihnya. Mencari noda-noda namun tidak ia temukan. Mutlak kejujuran di dalamnya. "Yah ku yakin nilai sastra jepangmu setidaknya tidak buruk dibandingkan nilai matematikamu."

"Kora, Miyuki Kazuya! Jangan memulai!". Eijun kembali menekuk sebal. Kazuya tidak tahan menahan tawanya. Di sela tawanya Kazuya menggumamkan kata maaf berkali-kali. Tapi telinga Eijun makin terasa iritasi karena itu.

"hahahaa—maaf, maaf. Eijun.". Kazuya menstabilkan suaranya, dan berhenti tertawa. Ia mengulum senyum lembut. Eijun kembali jatuh dan hanyut dalam senyuman itu. Jatuh berkali-kali dan terperangkap. Kazuya mendekatkan bibirnya hingga sebuah dorongan kuat membuat punggungnya berciuman sangat mersa dengan pinggiran meja.

Eijun pelaku pendorong sadisnya berlari cepat ke arah kamar mandi meninggalkan Kazuya yang meringgis sakit di punggungnya. Ia membuka kasar dan tergesa-gesa pintu kamar mandi malang yang akhir-akhir ini ia perlakukan kasar. Sepertinya ia harus memasukan list tambahan pada list belanja bulanannya dengan Kazuya 'pintu kamar mandi baru'.

Eijun kembali menguras isi perutnya padahal ia sama sekali tidak makan apa pun hari ini. Tubuhnya makin lemas, rasa perih di tenggorokan dan mulutnya makin terasa. Eijun tidak mengerti kenapa kali ini perutnya bereaksi berlebihan.

Kazuya mencoba menahan sakit di punggungnya dan berjalan pelan menghampiri Eijun harus bergulat dengan mual di perutnya. Ia mengusap-usap pelan punggung Eijun yang bergetar. Berharap itu bisa membantu Eijun meredakan mualnya.

Setelah menguras isi perutnya Eijun merasa seluruh badannya lemas. Bahkan untuk bangkit menekan tombol 'flush' pada kloset pun ia tidak bisa, Kazuya dengan cepat menggantikannya membereskan segalanya. Rasanya ia bersyukur Kazuya ada di sisinya. Kazuya menggendongnya ke kamar dan dengan hati-hati membaringkan Eijun ke atas kasur. Empuk dan lembutnya kasur menerpa badan Eijun. Terlalu nyaman. Eijun menutup matanya, menikmati kenyamanan yang ia terima.

"Padahal yang ikut pelatihan itu aku dan bahkan tadi sempat kena KDRT.", Keluh Kazuya saat mendapati wajah nyaman Eijun. Eijun menekuk alisnya dan masih enggan membuka matanya. Ia ingin protes tapi energinya sudah habis. Jadi pemuda muda itu hanya membalas dengan mendecak kesal. Mendadakan bahwa ia tidak suka dengan pendapat kekasihnya.

"Sepertinya aku harus masak malam sekarang. Eijun kau belum makan seharian ini kan?". Kazuya mengusap rambut lembut Eijun. Eijun membuka matanya dan menatap tidak suka.

"Dan semuanya akan berakhir seperti tadi. Kazuya, aku lelah harus bolak-balik ke kamar mandi.", protes Eijun. Ia benar-benar lelah dan muak terus-menerus membuang makanannya.

"Ku jamin hari ini tidak akan terjadi lagi.", Ucap Kazuya dengan penuh percaya diri. Eijun menarik sebelah alisnya.

"hahahaa mana mungkin Miyuki Kazuya!". Eijun tertawa hambar. Kazuya memutar malas matanya. "Kalau aku memuntahkannya bagaimana?", tanya Eijun penasaran.

"hmmm.. Kau bebas meminta 1 hal padaku.", jawab Kazuya dengan sambil berpura-pura berpikir. "dan jika kau tidak memuntahkannya aku bebas meminta 1 hal padamu, bagaimana deal, Eijun?", tanya Kazuya sambil menawarkan tangannya. Eijun tertawa renyah.

"Baik, kita lihat saja! DEAL!". Eijun membalas dan menjabat tangan Kazuya. Kazuya menarik senyumannya. Pemenangnya sudah terlihat.

"Kalau begitu apa yang ingin anda makan, tuan Sawamura?", Tanya Kazuya dengan senyum jahil di wajahnya.

"sebenarnya apa saja boleh, tapi jika disuruh memilih..Kare, Aku ingin makan kare! Buatkan kare untukku chief Miyuki!", Jawab Eijun cepat. Senyum lebarnya mengembang hingga deret gigi putihnya terlihat.

"kau yakin?". Kazuya nyaris melepas tawanya. Eijun mengangguk kepalanya yakin. "baiklah, satu porsi kare siap dibuat!" seru Kazuya bersemangat. Ia melangkah keluar dan berjalan mengarah ke dapur. Tangannya dengan lihai meracik berbagai bumbu dan bahan.

Setelah kare itu jadi, ia membawa satu porsi kare dengan meja kecil ke kamar. Mata emas Eijun langsung berbinar-binar begitu melihat satu porsi kare. Ia memakan lahap kare itu. Kazuya harus berkali-kali mengingatkannya untuk makan secara pelan-pelan.

"Bagaimana? Kau merasa mual?", tanya Kazuya pelan setelah Eijun menghabiskan kare buatannya.

"Tidak sama sekali!", Jawab Eijun semangat. Kazuya menghela nafas lega. Diam-diam ia menahan gugup. Bagaimana jika tiba-tiba ditengah Eijun kembali mual dan memuntahkannya.

"Baiklah, aku menang.", kata Kazuya yakin. Eijun mengernyit heran. Tunggu apa?

"tapi aku bisa saja memuntahkannya pagi nanti.", Ucap Eijun bingung. Kazuya menarik seringainya.

"kan aku bilang untuk hari ini saja. Lagi pula sekarang sudah jam 10 malam Eijun. Lebih baik kau tidur.", Balas Kazuya polos sambil membereskan segalanya. Wajah Eijun makin kebingungan.

"Eh? EEEHH!? Jam 10? Malam?". Eijun menatap Kazuya horor. Demi apa pun, seberapa lama ia tertidur?. Kazuya mendengus geli.

"Sudah, sudah. Tidur bakamura.". Kazuya mendorong bahu Eijun pelan hingga Eijun berbaring di atas kasur. Masih dengan wajah yang kebingungan. Membuat Kazuya gemas.

"Oyasumi ne Eijun.". Kazuya mengecup pelan dahi Eijun. Menimbulkan rona pada pipi kekasihnya.

Setelah Kazuya beranjak dari kamarnya mendadak mata Eijun terasa berat. Kata-kata Kazuya barusan seperti menghipnotisnya. Sebelum terjun ke dunia mimpi Eijun sempat menggumamkan beberapa kata.

Terimakasih, Kazuya... Aku mencintaimu...

"aku selalu mencintaimu.", kata Kazuya diambang pintu. Tepat sebelum ia menutup pintu kamar kata-kata Eijun tidak lewat dari sensor pendengarannya. Kazuya kembali mengembangkan senyum, kali ini sangat lebar. Hari ini ia terlalu bahagia. Sangat bahagia.

End

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Dan berakhir tidak jelas. Wahahahahaa maafkan kuro tiba-tiba bawa fanfic bertema bau-bau anu tapi engga ada anuannya(?). Tadinya—bukan harusnya ini jadi fic multichap. Tapi dari pada jadinya kepanjangan dan kuro menemukan titik dimana kuro buntu jadinya tidak jadi kuro kembangkan. Cukup jadi 1 chap saja.

KURO MERASA KURANG PUAS! INI HARUS ADA SEQUELNYA IYA ENGGA SI? Ya kalo engga juga gapapa. Kuro berniat bikin kek ekstra cerita gitu kek yang ada di dounjin-doujin cerita singkat, tapi banya. Mungkin kelanjutannya ato anaknya kek mana pengen kuro tulis. Tapi kuro binggung harus kah kuro buatnya ngurut sesuai timeline aja atau loncat-loncat waktunya.

Btw beberapa ide cerita ekstra-nya kuro serahkan pada anda yang telah membaca dan meninggalkan jejak alias bole request. JANGAN YG GULAT DI RANJANG KURO NDA MAU DI AMUK MASA. TAPI PENGEN NULIS /gimanasi tapi kuro takut anda yg baca bakalan iritasi sama tulisan kuro /sekarangajajugaudahiritasi hueee.

Kalo ada yang mau... Anda yaqueen? /emangadaygmau wkwkwk

Kuro sekali lagi mengucapkan mohon maaf kepada author yang sudah bergelut lama di sini dan menciptakan karya yang indah dan bagus.. Maaf fandom ini harus tercemar sama ketidakjelasan kuro. Dan tiba-tiba kuro bawa tema hmmmm dan yang buat baca, dan meninggalkan jejak kuro ucapkan terimakasih dari hati kuro yg terdalam.

Bye bye.

Kuroshironekore

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Omake

Besok paginya, sebuah pesan singkat masuk ke dalam kotak masuk di ponsel Kazuya. Sebuah pesan yang memiliki aura membunuh serta benci memenuhi tiap katanya. Kazuya sebenarnya enggan untuk membacanya tapi firasatnya mengatakan jika ia tidak membacanya akan terjadi hal yang lebih buruk lagi.

From : Kuramochi Youichi

Subject : Datang atau ku patahkan lehermu

Ku tahu kau sudah pulang dari pelatihanmu. Jangan coba-coba mencari alasan untuk menghindariku Miyuki-teme. Dan jangan berani-berani kau gunakan Sawamura untuk melindungimu. KU TUNGGU KAU HARI INI DI CAFE RYOU-SAN JAM 2 SIANG. AWAS KAU KABUR DAN MIYUKI TIDAK ADA AMPUN BAGIMU KALI INI!

Kazuya membenarkan letak kacamatanya yang tidak bergeser. Keringat dingin berjatuhan. Sepertinya akan susah mendapatkan restu dari 'kakak' Eijun tercinta satu ini. Dan sepertinya Kazuya harus mempersiapkan dan menjaga kedua telinganya mendengar omelan dan makian dari beta galak berambut hijau itu.

"Dari siapa, Kazuya? Geh.. Kenapa wajahmu jadi pucat sekali?", tanya Eijun di sela sarapan mereka. Ia nampak bingung pasalnya Kazuya bukan tipe orang yang akan mengangkat ponselnya jika sedang makan atau ada hal penting yang harus ia urus baru ia memainkan ponsel pintarnya. Wajah Kazuya sedikit mengeras namun kembali melunak setelah bertemu dengan mata emas yang berkilauan penuh dengan rasa penasaran.

"A—ah.. Bukan hal yang penting. O,ya siang ini aku mau mampir ke cafenya Ryou-san. Ada yang kau mau titip Eijun?". Jawab Kazuya cepat dan mengganti topik pembicaraan. Eijun yang masih bingung tapi mata melebar saat mendengar kalau Kazuya akan ke cafe milik kakak temannya itu.

"Serius? Kalau begitu aku mau chocolate cheesecake-nya!!", seru Eijun bersemangat. Diam-diam Kazuya menarik nafas lega. Ia berhasil mengalihkan perhatian Eijun. Sisanya tinggal mempersiapkan diri dan memilih kata-kata yang benar. Agar dirinya tidak digantung oleh Kuramochi.