Disclaimer: bukahkah seluruh karakter dalam Naruto milik Masashi Kishimoto?
Genre: Romance, Drama, Hurt/Comfort,
Main Chara: Ino Yamanaka and Shikamaru Nara
Warning: author amatiran, abal tak terkira, banyak kesalahan dalam penulisan, payah EYD, bergelimpungan typo(s), hanya berharap maklum dari para readers.
Setting: Canon, alur fict menceritakan enam tahun setelah perang ninja keempat.
Summary: Edoseika, adalah sekuntum bunga yang terlihat rapuh di luar dan begitu menakjubkan di dalamnya. Penampilanya menipu, tampak sempurna dari luar namun begitu mematikan. Lalu, dengan menggunakan bunga itu pula ia menuliskan ceritanya sendiri.
Edoseika Flower's
Seorang gadis melangkah dengan gontai menuju sebuah ruangan yang setiap sisinya dilapisi oleh kaca. Di tanganya membawa sebuah buku mengenai tanaman-tanaman obat yang ia dapatkan dari perpustakaan ninja. Ini hari liburnya, tentu tidak ada seorang pun akan bahagia bila hari bebasnya diganggu oleh hal-hal yang merepotkan. Bagaimana tidak merepotkan, saat sedang asik menyirami tanaman bunga keluarganya, seorang utusan ANBU datang dan mengatakan bahwa Hokage kelima memintanya untuk mencarikan sebuah buku yang saat ini tengah ia bawa.
Ino Yamanaka, semua orang di desa Konoha tentu sudah pasti mengenal gadis berambut pirang dengan kostum seksi berwarna ungu yang menjadi ciri khasnya. Ini hari yang sangat cerah, tapi tidak biasanya gadis yang ceria itu menjadi murung seperti ini. Sedari tadi ia hanya berjalan dan terus menundukan kepalanya. Beberapa orang yang menegur dengan memanggil namanya, hanya ia balas dengan seulas senyum tipis. Tidak, bukan karena tugas yang diberikan oleh nona tua Senju itu yang membuatnya seperti ini. Ia tengah patah hati, karena merasa cintanya sudah ditolak meski ia belum sempat mengungkapkanya.
Salah satu hal yang paling buruk di muka bumi ini adalah, menyesali waktu yang berjalan dan tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya. Mungkin, pelajaran penting itu telah dimengerti oleh seorang gadis Yamanaka ini. Dulu ia punya banyak kesempatan untuk bersama dengan orang yang ia cintai, mengerjakan berbagai hal, dan tentunya mempunyai sederet peluang untuk mengatakan rasa yang ada di dalam dadanya.
Tidak tahu kenapa, awalnya ia berani mengakui bahwa ia menyukai seseorang dari marga Uchiha, dan semenjak kepergianya menjadi seorang nuke-nin, Yamanaka muda itu beranjak dekat dengan seorang mantan anggota ANBU-Roots. Keinginan bisa mendominasi, namun waktu juga yang menentukan.
Mulai dari satu tahun yang lalu, ia menyadari bahwa rasa yang ia miliki pada dua pemuda sebelumnya hanya sebatas kagum, dan ia rasa cintanya sendiri tidak pelak kepada sahabatnya sendiri. Pemuda dengan keahlian mengendali bayangan itulah yang membuatnya berada dalam suasana buruk saat ini, Shikamaru Nara.
"Tsunade-sama,"ucapnya tepat di ambang pintu rumah kaca yang sedari tadi telah terbuka lebar. Setelah mendapati anggukan sebagai tanda izin yang diberikan, gadis itu melangkah memasuki ruangan yang di dalamnya penuh dengan berbagai macam jenis tanaman penyembuh. Jalanya terhenti tepat kurang dari satu meter dengan seorang wanita berkepang dua, memberikan apa yang ia bawakan.
"Coba lihat bunga yang disana, Ino!" tunjuk wanita yang sangat ahli dalam bidang pengobatan itu ke arah satu tanaman di sudut kanan ruangan. Lantas secara bersamaan keduanya langsung melangkahkan kaki untuk mendekati objek yang dimaksud. Mendatangi tanaman cantik bersama pot berwarna putih yang terbuat dari tanah liat sebagai inangnya.
"Cantiknya, aku tidak pernah melihat yang seperti ini." Kagum gadis itu, sembari berjongkok untuk menyentuh kelopak bunganya yang berwarna kebiruan dan di ujung makhotanya tersisip garis-garis hitam yang melengkungi dengan sangat indah. Sekilas nampak seperti bunga mawar gurun. Akan tetapi, bunga yang satu ini tidak memiliki bongol pada batang sebagai salah satu ciri andalan adenium. Ia memiliki tangkai dominan berair seperti bunga tulip pada umumnya.
Seorang Hokage kelima tidak semerta-merta menanyakan hal tersebut padanya. Tsunade sedikit mengulas senyum tipis saat didapatinya gadis Yamanaka yang notabene pemilik usaha bunga saja tidak mengetahui apa yang baru saja ia tunjukan.
"Sudah kuduga, bunga ini terlalu langka hingga kau saja tidak tahu."
Kalimat itu yang terucap dari mulut ketua seluruh ninja Konoha ini. Setelahnya, ia nampak kembali disibukan dengan mencari-cari halaman yang harus ia temukan pada buku yang baru saja terimanya. Berjalan mendekati kursi yang telah disediakan untuknya, tetap memberikan atensi penuh pada benda di hadapanya.
"Ini dia, Edoseika!" tiba-tiba saja terdengar Hokage wanita itu kembali bersuara, jari telunjuknya menunjuk pada kertas yang menjadi kesatuan buku itu. Ino menjadi sangat penasaran, kenapa Hokage ini benar-benar tertarik untuk mengetahui bunga satu ini. Ia berjalan untuk memposisikan diri di depan meja Hokage, sedikit menengok ke arah yang dimaksudkan.
Ia mendapati beberapa sketsa yang menyerupai bunga tadi, dengan beberapa catatan khusus di bawahnya. Tsunade membalik buku itu, agar memudahkan salah satu murid didikannya untuk membaca tulisan mengenai bunga Edoseika tersebut. Ino, tanpa membuang waktu ia langsung saja menyerap informasi dari buku tanaman obat-obatan di depanya.
Edoseika, adalah bunga dengan kemampuan luar biasa. Disaat makhluk ber-kingdom sama akan layu hanya kurang dari dua hari bila tanpa air, ia masih bisa tetap menjaga eksistensinya meski tanpa setetes dalam kurun waktu sebulan. Tanaman yang terlampau langka, hingga hanya beberapa wilayah di dunia ini yang memilikinya.
Sudah ada beberapa penelitian di berbagai wilayah ninja untuk perberdayagunaan bunga ini. Namun sayang, belum ada yang mampu untuk membuat toksin tumbuhan tersebut menjadi benar-benar berkhasiat untuk manusia. Bunga dengan kekuatan dahsyat, ditinjau dari kemampuanya bertahan hidup, bunga ini diyakini mampu mengobati semua jenis penyakit dan juga memperpanjang usia. Dengan menggunakannya, hidup abadi menjadi sangat absolut untuk didapatkan.
Ino menggeleng pelan, begitu ia mendapati fakta mengenai makhluk hidup yang nampak begitu rapuh tadi memiliki kelebihan yang luar biasa. Sama sekali di luar dugaanya, bahwa bunga itu bisa sebegitu bermanfaat bila berhasil dikembangkan.
"Sayang, bunga ini tentu memiliki efek yang negatif pula," imbuh Tsunade, seraya membalik buku itu kembali padanya.
"Saya tidak mengerti."
"Bunga ini disebut juga dengan bunga kehidupan, namun juga berakibat mematikan." Mendengar jawaban dari orang di depannya, sukses membuat gadis itu mengkerutkan keningnya. Otaknya tidak berhenti berpikir, bagaimana sebuah bunga yang mampu memberikan kehidupan mampu juga membalikanya.
"Saat kau ingin mendapatkan sesuatu, kau juga harus siap kehilangan sesuatu. Seperti itulah sistem Edoseika bekerja." Hal ini semakin membuat Ino tidak mengerti, seandainya saat ini Sakura tidak mengambil cuti karena baru saja menjalani proses bersalin, tentu mereka berdua akan cengo bersama.
"Dari berbagai riset, bunga ini mampu memberikan kekuatan yang luar biasa. Ia memang bisa menyembuhkan berbagai luka. Tapi sebagai gantinya karena belum sempurna, bunga ini memperpendek usia."
Mungkin sama dengan jurus regenerasi diri yang hampir dimiliki tiap iryo-nin. Namun rasanya, efek dari bunga ini jauh lebih mengerikan dari teknik peremajaan tersebut. Mendapatinya, gadis itu hanya mampu menggigit bibir bagian bawahnya, sembari sedikit menganggukan kepalanya pelan.
"Setahuku, Shiryu dari Iwagakure sempat menggunakan toksin dari bunga ini untuk menyembuhkan luka yang di deritanya setelah peperangan ninja keempat. Cacatnya sembuh hanya dalam beberapa jam, namun ia meninggal karena efek racun dari Edoseika beberapa bulan kemudian."
Mata sipit seorang Yamanaka secara otomatis terbuka lebar, ia bahkan dengan refleks menutup mulutnya yang menganga dengan kedua telapak tanganya. Ia ingat, Shiryu adalah salah satu ahli tim medis saat terjadi peperangan beberapa tahun yang lalu. ia sempat mengalami luka parah ketika di hadang musuh dan kejadin itu membuatnya lumpuh total.
Ino sama sekali tidak mengira bahwa hidup shinobi satu itu akan berakhir oleh tumbuhan seindah Edoseika. Benar adanya, bahwa jangan mempercayai sesuatu dari apa yang terlihat saja, hal itu benar-benar bisa menipu!
"Apa kau akan mengunjungi Sakura?" pembicaraan teralih oleh Hokage kepada gadis yang juga memiliki nama yang sama seperti bunga di musim semi, Sakura. Ino seketika memberikan jawaban dengan sebuah anggukan pelan, tanda mengiyakan.
"Sakura sudah keluar dari rumah sakit tiga hari yang lalu. Saya dengar besok malam akan diadakan pesta kecil-kecilan menyambut Uzumaki baru." Tsunade memberikan ulasan senyum tipisnya, menumpukan berat badanya pada kedua lengan di atas meja. Menyilangkan jari-jarinya hingga menempel pada tiap ruas jemari lain untuk dijadikan penopang dagunya.
"Kau sendiri, kapan mengikuti jejak Sakura?"
Menerima pertanyaan demikian langsung dari seorang Hokage, menjadikan gadis itu lebih memilih untuk menundukan kepala. Apabila bukan seorang Kage yang memberikan kalimat tersebut, sudah pasti sang gadis akan memberikan tatapan sarkatis dan berlalu pergi.
"Jangan jadi wanita sepertiku!" imbuhan beberapa fonem dari Tsunade membuat gadis itu mendongkakan kepalanya untuk menatap lawan bicara, spontan ia menggigit bibir bawahnya.
"Masa kau kalah dengan Chouji? Dia saja sudah setahun menikah dengan Ayame dan memiliki putra. Lalu Shikamaru..."kalimat Kage Konoha itu menggantung, sedangkan Ino sendiri begitu mendengar nama pembuat patah semangatnya langsung tersentak ringan. Ia kembali menundukan kepala.
"Setelah acara Naruto, ia akan kukirim ke Suna untuk urusan deklarasi antar desa. Aku yakin, dengan ini hubunganya dengan Temari akan dekat dan kita hanya menunggu waktu sampai undangan tersebar."
Berhasil, ucapan Tsunade Senju itu sukses membuat rasa perih di hati Ino semakin teriris.
Inilah buah penyesalan terbaiknya, saat dimana ia menyadari perasaan yang ia miliki sebenarnya, di waktu yang sama objek yang maksud tidak mungkin lagi bisa ia dapatkan. Terlambat, terlalu terlambat hingga pria itu dimiliki oleh wanita lain. Membalas dengan senyuman yang dipaksakan terlihat alami, gadis itu juga menambahkan anggukan pelan. Tsunade menghela napas pendek, seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi, ia terus saja memberikan tatapanya pada gadis yang sama.
"Ambilah Edoseika itu! Aku yakin kau bisa merawatnya jauh lebih baik dari pada orang-orang disini. Lagipula, aku tidak akan mengektrak tanaman itu menjadi obat." Anggap saja itu sebuah hadiah spesial. Tsunade sepertinya bisa membaca apa yang disembunyikan oleh Ino, dan berharap apa yang ia berikan bisa menjadi pengobat khusus si gadis. Tapi ia juga sadar, bahwa itu tidak mungkin.
Ino tersenyum, membungkukan badan sebagai pemberian hormat kepada Hokage-nya. Berjalan mendekati tempat dimana pertama kali ia menemukan Edoseika, dan membawa bersama langkahnya pergi meninggalkan ruang itu.
Sepeninggal Ino, Tsunade terus saja menatapi buku di hadapanya, "kalau begitu, buat apa aku memintanya untuk mencari buku ini?" gerutu sang Hokage, sembari memasukan buku tersebut dalam laci mejanya. Kembali menyandarkan punggung pada sandaran bangku, dan bersiap untuk mengambil istirahatnya sejenak.
o
O
o
Dari kemarin, sebenarnya Ino sudah berada di tempat yang sama seperti saat ini. Ia ikut sibuk membantu Sakura untuk mempersiapkan pesta kecil yang didedikasikan untuk Uzumaki Sucia, buah cintanya dengan calon Hokage keenam. Gadis mungil memiliki rambut seperti ibunya, mata dan prilaku aktif ayahnya, terus tertidur pulas dalam baby box-nya. Usianya memang tidak lebih dari tiga minggu, tapi ia seperti membawa anugerah senilai tiga ribu tahun bagi Naruto.
Lelaki itu bahkan sangat jarang berpindah tempat dari sisi putrinya, bahkan ia tolak semua misi yang biasa membuatnya begitu bergairah sebagai ninja. Sedikit-dikit tersenyum sembari mengelus pelan pipi bersih si anak, amat senang begitu mendapati Sucia sedikit bergerak karena sentuhanya. Naruto masih saja melakukanya tanpa menyadari sang istri yang sebelumnya sibuk di dapur, kini telah berada di ambang pintu kamar.
"Sudahlah, Naruto! Kau hanya menggangu tidurnya. Lebih baik, kau pergi untuk mengingatkan teman-teman yang lain agar datang ke acara nanti malam," intrupsi istrinya. Jengah juga Sakura terus saja melihati pemandangan yang sama. Naruto sedikit beranjak untuk lebih tegap, bibirnya terlihat manyun ke depan. Sama sekali tidak suka kegiatanya diganggu oleh ibu dari anaknya.
"Mereka pasti ingat." Pembelaan dari Naruto, seraya kembali ingin melakukan aktivitas lamanya.
"Narutooo..!" suara Sakura semakin meninggi, membuat suaminya itu sukses tersentak dan seketika mendirikan tubuhnya. Bersiap untuk meninggalkan tempatnya saat ini, namun sebelum meninggalkan raga istrinya, ia masih menyempatkan mencium kening Sakura dan menghilang begitu saja.
"Ia terlalu menyayangi Sucia," ucap Sakura begitu ia kembali pada tempatnya semula sebelum meminta Naruto pergi, menyibukan diri dengan mengiris bawang bombay. Ino tersenyum tipis, "memangnya, kau tidak menyayangi anakmu?" pertanyaan Ino itu kontan membuatnya menerima sebuah pukulan pelan di lengannya, ditambah sebuah deathglare ibu beranak satu itu pula.
"Aku lebih menyayangi Sucia lebih dari aku menyayangi diriku sendiri, Buta-chan."
"Wah, aku jadi ingin tahu rasanya menjadi seorang ibu."
Sadar atau tidak, kalimat itulah yang keluar dari mulut gadis bersurai pirang itu, seketika mendengar kalimat tersebut menjadikan Sakura menghentikan aktivitas tangannya. Memberikan tatapan intens pada sahabat di sampingnya. Ino yang menyadari gelagat Sakura pun ikut-ikutan mengambil tindakan yang sama, membalas tatapan Sakura.
"Aku pasti orang yang paling pertama mendukungmu, Buta-chan."
Menerimanya, Ino cuma mampu membalas dengan anggukan kepala ringan. Tangan Sakura bergerak untuk merengkuh pundak sahabatnya, "kalau begitu, siapa yaa ayah yang cocok untuk bayimu? Hmmm...bagaimana kalau Shikamaru saja?" wanita merah muda itu hanya mengatakan candaanya. Sama sekali tidak bermaksud benar-benar menyarankan. Ino masih terdiam, membalas ucapan Sakura dengan senyuman yang dipaksakan.
Sakura, kau benar-benar sahabat dari Yamanaka itukan? Lalu kenapa kau tidak mengerti juga..?!
Merasa pekerjaanya harus segera terselesaikan, Sakura langsung kembali melanjutkan kegiatanya memotong-motong sayur. Mereka berdua terus saja direpotkan dengan berbagai menu-menu tambahan yang akan dihidangkan, hinggaa...
Tok..tok..tok..! Suara ketukan pintu membuat nyonya rumah memberikan perhatian pada orang yang sekiranya menjadi tamunya. Ia yakin sekali bahwa itu bukan suaminya, karena Naruto takkan semanis itu untuk memasuki kediamanya sendiri. Sakura langsung mengembangkan senyum sumringah begitu mendapati sosok orang yang mengunjungi kediamanya.
Wanita Hyuuga yang dulu pernah mencintai suaminya, yang saat ini telah menikahi bungsu Uchiha datang bertamu. Bukan sekedar bertemu, tentunya nyonya Sasuke itu berniat membantu.
Yaaa...!setelah peperangan berakhir, dalam kurun waktu enam tahun mampu merubah seorang Uchiha Sasuke yang dulu yang termakan obsesi akan balas dendamnya kembali mencintai tanah kelahiranya. Pada akhirnya, menikahi gadis Hyuuga yang saat ini mengganti marga menjadi Uchiha, serta memberikanya seorang putra.
"Maaf aku terlambat, Sakura-chan. Hiasha-kun sedang rewel-rewelnya. Ia tidak mau ditinggal di rumah keluargaku," Hinata langsung memberikan alasan atas keterlambatanya.
"Tak apa, Hinata. Kau mau datang saja, aku sudah merasa sangat terbantu," Sakura berkata, sembari membuka jangkauan luas pintunya agar memudahkan Hinata masuk.
"Jadi, sekarang siapa yang menemani Hiasha?"
"Sasuke-kun. Hiasha baru berusia enam bulan, tapi seperti anak berumur enam tahun. Ia seperti sudah bisa mengenali aku dan Sasuke, sehingga hanya mau ditinggal oleh salah satu diantara kami," Hinata menjawab, bersamaan langkah keduanya langsung mengarah pada dapur. Hinata langsung kembali menampakan senyumanya begitu didapatnya sosok yang juga dikenalinya.
"Inooo-chaaan..!"ia sedikit memekik, namun langsung ia tutup mulutnya karena mengingat adanya seorang bayi di rumah ini.
Tidak tahu apa yang selanjutnya dibicarakan oleh ketiga perempuan itu, yang jelas tangan dan mulut mereka sama geraknya untuk bekerja. Tak terasa, waktu dua jam berlalu begitu cepat. Tuan Uzumaki pun sudah dari lima menit yang lalu kembali ke rumah, dan bisa ditebak, ia langsung memposisikan diri di dekat bayinya. Mengucapkan beberapa kalimat yang tidak terdengar jelas oleh istrinya.
"Kau bicara apa, Naruto?" tanya Sakura, sambil mengangkat tubuh kecil Sucia. Bermaksud mempertemukan bayinya dengan kedua rekannya yang menunggu di ruang tamu sebelum bergegas pulang dan bersiap untuk kembali lagi.
"Suciaaaa-chaan..!" Hinata berkata, sembari menggerakan tubuhnya untuk mendekati gadis mungil dalam dekapan ibunya.
"Baiklah, aku pulang dulu yaa Sakura? Nanti aku dan Sasuke akan membawa Hiasha-kun kemari," Hinata berucap kembali. Ia pun sebelum pergi sempat menganggukan kepala pada Naruto yang cuma berdiri di ambang pintunya, mengisyaratkan pamit. Naruto mungkin masih merasa kesal karena Sucia dibawa pergi menjauh darinya. Tuan Uzumaki, kau ayah yang protektif!
"Aku juga, sebaiknya aku pulang sekarang untuk bersiap-siap."Ino bergegas berdiri dari duduknya, mendekati Sakura dan mencium pipi bulat anak sahabatnya. Bahkan, ia sempatkan dirinya untuk menggendong Sucia sebentar.
"Hahhaa..! Aku sudah mengajak semua teman-teman kita untuk hadir. Aku bahkan sukses memaksa Shikamaru untuk datang. Dia banyak alasan dengan berkata sibuk karena harus ke Suna." Suara Naruto akhirnya terdengar, ia berjalan mendekati sepasang sahabat karib itu dan mengambil putrinya dari dekapan Ino.
Jantung Ino langsung bergemuruh saat di dengarnya nama Shikamaru untuk kesekian kalinya. Ia terpaksa meneguk air salivanya sendiri, mengartikan ia tidak tahu harus berkata apa, "aku pergi!" itu pamitnya, dan kontan melesat pergi melewati pintu. Terdengar dari langkahnya ia seperti setengah berlari.
Dia memang berlari, ditemani airmatanya yang mengalir sendu dari dasarnya. Ia sendiri mengalami regresif dalam hal keyakinnya, ia menjadi tidak memiliki kepercayaan untuk mampu menatap pria nanas itu. Takut, ia khawatir akan seperti keadaanya sekarang ini bila berhadapan langsung dengan seorang pemuda Nara.
Selamat! Selamat menikmati sakit hatimu yaa, Ino? Resapi penyesalanmu!
To Be Continued...
A/N:
Apalagi yang dibuat author satu ini? Bukanya mengeksekusi C22H, atau mengupdate SS dan FH, Alleth malah buat fict baru. Pake acara setting canon pula! Cuma dilihat dari segi cerita, memang sepertinya harus canon sih. Maaf bila mengecewakan!# alleth kalang kabut di depan notebook.
Oke, saya sangat sadar bahwa yang saya buat ini benar-benar ngawur! Asli, tanaman bunga Edoseika itu ga pernah ada dalam anime atau manga Naruto. Lalu soal pairingnya Hinata, saya suka memasangkan dia di Canon dengan Sasuke, tapi kalo Fanon biasanya Neji. Soalnya, di Canon Neji meninggal#jadi galau tingkat kubik.
Fic ini, saya buat dengan niat Hurt dan dramatis sebaik yang saya mampu. Ini juga sebagai tantangan buat saya karena keseringan membuat cerita yang selalu ada unsur komedi. Di chap ini saya hanya berisi pengenalan masalah serta bunga Edoseika sendiri, bunga itu pasti akan berperan utama dalam fic ini. Saya akan benar-benar berusaha agar Hurt-nya ngena! Fict ini saya specialkan pada semua readers pecinta pairing ini, dari A hingga Z.
Saya benar-benar mengharapkan dapat banyak tanggapan mengenai kekurangan, atau apa saja yang membuat saya bisa lebih baik lagi ke depanya, dan harapan readers untuk cerita ini.
So, review pleaseeeee..!
