Every Times
Rated T+; Romance & Family; ZoroSanji; AUY;
Disclaimer; One Piece itu punyanya Eiichiro Oda
Warning; First YAOI, gajeness, tidak nyambung mungkin? J, some french kiss and... perebutan?
...
Chapter 1. When We First Met
Sekolah itu tetap tidak mau senyap. Ada saja yang selalu menjadi bahan permasalahan bagi murid-muridnya. Entah karena sedikit menubruk, mata terlalu meremehkan, atau karena duel. Bagi kepala sekolahnya, itu tidak masalah. Yang penting sekolahnya populer dan berprestasi. Berprestasi? One Piece High School bukanlah hanya sekolah para berandalan, kau juga bisa menemuka madame dan sir disini. Para berandalannyapun berkelas, alias Yakuza atau gangster, dan mereka berprestasi dalam dunia olahraga.
Dan... pagi itu... lagi-lagi terjadi sebuah masalah...
...
"Kau tetap tidak mau minta maaf, ya?" tanya pria berambut pirang sebahu tersebut. Bibirnya yang ditindik terlihat menyeringai, sementara itu, dia memakai topeng yang menutupi wajahnya sampai ujung hidungnya, menyisakan pipi dan mulutnya serta lubang hidungnya.
"Aku sudah mengatakannya tadi. Kenapa kau terlalu gila hormat, sih?" jawab pria berambut hijau tersebut. Yang berambut pirang kesal, kemudian yang berambut hijau segera berlalu. Tak lama, bahu Si Hijau ditarik kuat. Mereka berdua bergumul. Yang pirang melancarkan tinjunya, begitu juga yang hijau. Kemudian...
"Hei... cepat hentikan! Sanji sudah datang!" seru salah satu teman si pirang.
"Cih! Siapa itu 'Sanji'?" tanya si hijau melecehkan. Tapi dia berhenti meluncurkan tinjunya ketika menyadari si pirang terdiam pucat sambil menundukkan kepalanya di hadapan seorang laki-laki yang juga berambut pirang. Bedanya... alisnya yang terlihat seperti kumis orang Spanyol yang menjadi koki. Bisa dikatakan... si hijau berpikir itu adalah alis yang dipuntir? Dia ingin sekali tertawa, namun bila dilihat-lihat lagi...
Si pirang beralis aneh itu sepertinya punya kekuasaan lebih di sekolah ini. buktinya pirang belagu menundukkan kepalanya dengan hormat dan takut. Sebenarnya siapa si 'Sanji' ini? pikirnya dalam hati.
"Killer... hah... aku sudah katakan padamu, bukan?" ujar Sanji.
Si pirang belagu itu ternyata bernama Killer. Keren juga... pikir si hijau.
Sanji segera menepuk-nepuk pelan kepala Killer dengan buku tulis yang panjang. Killer hanya bisa terdiam, tapi si hijau tahu kalau dia sepertinya tersenyum senang diperlakukan seperti itu. Cih... sebenarnya apa yang terjadi? Pikir si hijau tidak tenang. Dia melirik kepada semua laki-laki dan perempuan yang tersipu-sipu, tertawa kecil, dan sedikit kesal.
Dia melirik kepada Sanji, pria itu sedang tersenyum pasrah, sepertinya dia sudah pasrah menghadapi si Killer itu. Kemudian dia menulis di buku tersebut. Kemudian dia menatap Killer.
"Kuberikan kau hukuman menyapu halaman nanti sore. Cukup halaman dekat kantin saja, oke?" ujar Sanji sambil tersenyum.
Si hijau tertegun. Manis sekali... jangan-jangan... dia segera tersadar ketika Sanji menoleh kepadanya. Sanji tersenyum pasrah juga.
"Siapa namamu? Pasti murid kelas 1, ya?" tanyanya. Si hijau terdiam. Dia bisa mengetahui Sanji sedang mengecek penampilannya yang kacau. Ya... kacau... wajah sangarnya, seragam tidak dimasukkan, tidak mengancingkan kemejanya pula, sehingga menunjukkan kaos hitamnya, tiga anting panjang, dan sepatu sport yang harusnya dilarang di sekolah. Tak lama, dia mendengar Sanji menghela nafas lega.
"Syukur saja penampilanmu tidak separah mereka semua. Jadi... siapa namamu?" tanya Sanji sambil nyengir, si hijau melirik lagi ke arah semua orang, mereka seperti sedang menahan nafsu untuk mencium dan bermesraan dengan Sanji.
"Zo... erm... Roronoa Zoro. Itu namaku, senpai." Jawabnya tergagap. Sanji segera membuka isi bukunya, mengecek nama anak tersebut. Lalu dia tersenyum.
"Anak kelas 10-3, ya? Mm... baiklah Zoro..." ujarnya sambil berpikir.
"Karena kau anak baru, aku hanya akan menghukummu dengan membantu Pak Tua Brook menyusun alat-alat musik yang baru dibeli. Kau harus berikan surat ini nanti pada walimu, oke?" tanya Sanji, tersenyum. Senyum yang sesungguhnya membuat semua orang terpesona padanya. Zoro terdiam, dia melirik surat yang diberikan Sanji kemudian mengambil dan menganggukkan kepalanya.
"Permisi semua. Jangan buat keributan lagi, ya?" ujar Sanji sambil melambaikan tangannya, diikuti sorakan riang dari semua murid, tak lama, Sanji sudah menghilang bersama dua orang laki-laki berambut pirang berjambul dan laki-laki berambut hitam acak-acakan. Mereka pasti anggota OSIS.
"UWAAAH... Sanji menepuk-nepuk kepalaku! Senangnya!" seru Killer sambil berputar-putar kesenangan. Semuanya melirik kepadanya dengan pandangan membunuh. Seolah-olah mereka tidak rela Sanji memberi perhatian padanya. Tak lama kemudian, Killer dikeroyok semuanya.
Zoro yang melihat kejadian tersebut hanya bisa menganga lebar. Sebenarnya ada apa, ya? Memang sih pria itu sangat mempesona... tapi masa' pria juga terpesona? Zoro terdiam, kemudian dia menyadari suatu hal. A... aku'kan juga tadi ikut terpesona! Teriak batinnya. Tiba-tiba bahunya ditepuk. Ia segera melirik ke belakang, tampak ada gadis berambut oranye panjang sedang tersenyum padanya.
"Kak Nami..." ujar Zoro lirih.
"Kau bikin masalah lagi?" tanyanya sambil nyengir kuda.
"Iya. Oya, sebenarnya orang yang dipanggil Sanji itu siapa, sih?" tanya Zoro polos.
Nami yang tadinya nyengir kuda kini menatap Zoro dengan tajam. A... apa-apaan ini?! tanya Zoro keheranan.
"Masa' kamu tidak kenal! Dia itu ketua OSIS kita! Terkenal akan kepintaran dan kemanisannya! Aduuuh! Mana dia jago masak, kaya, dan punya restoran terkenal lagi! kamu tidak tahu restoran Baratie?!" teriak Nami panjang lebar.
Zoro menjentikkan jarinya.
"Oh! Eh! Dia koki disana?!" tanya Zoro terkaget-kaget.
"Yep! Dia anak pengelolanya! Aaaahh! Uangnya pasti banyak!" ujar Nami dengan mata Berry-nya, namun Zoro tidak peduli.
Zoro terdiam.
"Memangnya dia pintar dalam hal apa?" tanyanya sedikit tersaingi, karena dia bodoh.
"SEMUA. Matematika, sejarah, IPA, olahraga, akuntansi, bahasa asing, dan kerajinan. Jika kau melihat rapornya, kau tidak akan pernah menemukan nilai 75! Pasti 85 ke atas!" jawab Nami. Zoro terdiam. Jelas Sanji bukan saingannya.
"Dan lagi, semua orang disini menyukainya. Tak terkecuali laki-laki!" tambah Nami.
"Eh?"
"Ya... setiap valentine dia pasti dapat banyak cokelat. Dia orang yang baik, semua cokelatnya diberikan pada anak panti asuhan. Sayangnya senpai lumayan mesum." Jawab Nami.
"Mesum?" tanya Zoro meminta kepastian. Nami mengangguk.
"Terkadang dia sengaja masuk ke kamar mandi wanita, alhasil dia langsung diusir." Ujar Nami.
"Ck... ternyata orang sempurna punya retak..." ujar Zoro sambil menyeringai. Nami segera menepuk kuat-kuat puncak kepala pria tersebut.
"Dasar! Kau bahkan tidak sebanding dengannya jika kau menyukainya!" seru Nami.
"Aku tidak menyukainya!" teriak Zoro.
"Alasan. Nanti palingan seperti Killer yang juga membantah tapi kali ini jadi budak cinta."
Zoro tercengang... se... separah itukah makanya dikatakan budak cinta? Merasa mengetahui isi pikiran Zoro, Nami segera melanjutkan penjelasannya lagi.
"Kau tahu... seperti meminjamkan payungnya ketika hujan, naasnya senpai sendiri selalu sedia payung, menawarkan makanan namun senpai jago masak, dan selalu membuat onar untuk mendapat perlakuan dari senpai. Bukankah itu bisa disebut budak cinta?" tanya Nami. Zoro mengangguk, ternyata dia sedikit terpengaruh dengan kata-kata Nami. Tak lama kemudian, bel sekolah berbunyi, Zoro yang tersadar setelah melihat surat dari Sanji segera pergi ke kantor guru dan lari ke ruang musik.
Sial! Tiba-tiba dia tersadar saat sedang membantu Pak Tua Brook mengangkat dus berisi suling.
Kenapa aku mau dengan mudahnya menuruti perintah si alis melingkar itu?! Teriak batinnya cemas. Perutnya terasa campur aduk, pedih, tidak nyaman, dan seperti ada yang beterbangan di dalam.
Aduh... apa aku salah makan, ya? Tanyanya yang belum mengerti perasaannya sendiri.
Author: Ye... akhirnya... fic yaoi pertama saya... rasanya saya harus nahan nosebleed saya, rasanya akan ada yang meledak-ledak dari dalam! Aduh... Sanji... maaf ya membuatmu jadi objek kepuasan duniawi. Dan Zoro... tolong terima kenyataan, ya... aku akan membuatmu tersiksa di setiap chapter #nangis.
Zoro: Akan kutebas kau... #pandangan membunuh dan dua pedang di kedua tangan, mulut yang menggigit pedang, BERSIAP MENEBAS!
SANTO RYU! ASHURA!
GYAAA!
#Pemirsa, tadi baru saja terjadi pembunuhan berdarah-darah yang menyebabkan FFn ini menjadi genre Gore, sekian.
