THE BEAUTIFUL MOMENT IN LIFE Pt.2
The Only One
JUNG HOSEOK..
Satu hati yang paling terluka
.
.
.
.
.
.
.
Kabar pengosongan jadwal telah tersebar. Juga desas-desus kepulangan para member ke kampung halaman masing-masing telah diketahui publik secara menyeluruh. Bahkan kabar tentang kedatangan Bang Shihyuk PD-nim ke ruang dance practice boygrup naik daun ini telah jadi perbincangan hangat disana sini oleh kalangan ARMY dan tentu pihak managemen tidak bisa menyembunyikannya lagi.
"Bangtansonyeondan di liburkan"
Begitu kata salah satu manager mereka yang kini namanya mulai terseret-seret dikalangan penggemar, Sejin hyung. Manager berbadan tinggi dan berkaca mata itu secara resmi mengabarkan pada anak-anak didiknya sebelum dirinya sendiri pamit undur diri dan meninggalkan tujuh pemuda disana dengan helaan nafas lega yang membumbung tinggi di udara
" Hahhhhhh... "
Namjoon, yoongi, jimin, seokjin dan yang lainnya berjalan masuk, menyeret langkah menyusuri anak tangga yang berhubungan langsung dengan pintu asrama kecintaan. Suhu seoul yang minus dan lelah yang membunuh usai perform dan latihan sudah jelas membuat siapapun diposisi mereka begitu membutuhkan istirahat saat ini.
Dan benar saja, begitu pintu asrama ditutup dari dalam, hoseok yang biasanya berceloteh dan bertingkah lucu kali ini tidak bersuara saat semua membernya menghambur ke tempat masing-masing. hanya menggeleng pasrah saat tatapan lelahnya bertemu dengan pemandangan malas-malasan namjoon dan Jin di ruang tengah yang begitu meng-irikan
" hyung.. aku lapar, masak ya? "
Jin mendelik dengan wajah cemberut yang manja "shireo.. aku akan tetap mogok masak kalau kau tidak memberiku izin berlibur dengan teman-temanku. Ken dan sandeul, kami bertiga sudah lama menunggu waktu ini " rajuknya dengan nada rendah namun penuh harap
" kalau begitu kau harus membiarkanku juga pulang ke ilsan dan bertemu keluargaku" balas namjoon seadanya. Disampingnya, jin mendongak menatapnya dengan tatapan kesal yang sudah ia hafal betul ke mana arahnya
" kau pikir aku semudah itu mempercayaimu? Bilang saja kalau mau bertemu mantan kekasihmu kan di ilsan?"
" tidak—"
" —hah.. sudah kuduga. Sangkalanmu itu semakin membuatku yakin "
" Oh demi tuhan Jin, kenapa kau selalu seperti ini? cemburu, merajuk, mogok masak, dan menyengsarakan perutku hanya karena prasangka gilamu—" member berdimple itu menghela nafas, sejenak melirik Jin yang masih setia mengerucut bibir, tidak ada tanda-tanda akan bergerak memasak untuknya "—Kalau tahu begini mending kusuru sejin hyung menemaniku saja di rumah sakit sampai keadaanku benar-benar pulih " putusnya lalu beranjak bangun meninggalkan Jin
" GEURE... KHA! KHARAGU! PERGI SANA! PULANG KE ILSAN DAN JANGAN MENEMUIKU LAGI !"
.
.
.
.
.
.
Jungkook membulatkan mata dan menoleh spontan ke arah pintu dengan bibir sedikit terbuka. Sambil memasang radarnya, ia memicingkan mata dan menemukan Namjoon menyeret kaki cideranya menuju kamar lamanya yang kini sudah disulap jadi kamar bernuansa pink oleh leader dan siapa lagi kalau bukan Seokjin.
" mereka mulai lagi " gumam sang magnae pelan tanpa sadar wajahnya tiba-tiba dihujani oleh lemparan boneka kunamon kecil kesukaan salah satu hyungnya "—astaga Tae-hyung.. yoongi hyung akan memangkas tangan kita berdua kalau tahu bonekanya kau lempar seenaknya begini"
Sang tersangka menggeleng angkuh "jangan pernah berharap menemukan yoongi hyung disini kalau jimin sudah mengunci pintu kamar mereka dari dalam " dalihnya tepat sasaran dan langsung mendapat teriakan malas dari Hoseok di ranjang seberang "lakukan dengan tenang eoh? Jangan membuat keributan atau atau suara sekecil apapun. Aku mengantuk"
Mendengarnya, Taehyung dan jungkook hanya menyengir lebar, sembari memperbaharui gerakan hand shake mereka, canda tawa mengalun tanpa aturan didalam ruangan itu; saling mengejek satu sama lain sampai keduanya jatuh terbaring di ranjang bawah milik taehyung
" aku akan pulang ke Daegu.."
Butuh waktu beberapa menit bagi jungkook untuk mencerna kalimat pendek itu. dia tidak rela kalau boleh jujur.
" oh..joha. Dan aku akan tetap disini dengan yoongi hyung " tukas sang magnae dengan nada lesu. Taehyung tentu sakit mendengarnya, namun satu tarikan senyum tampan buru-buru ia tampakkan
" tidak lebih dari 3 hari oke? Dan kupikir kau juga harus pulang karena aku tidak akan membiarkanmu mati bosan melihat Jimin dan yoongi berdua-duaan di dalam dorm "
"—Jimin akan ke busan, besok" potong jungkook, berharap hyung kesukaannya itu mengerti bagaimana dirinya tanpa canda tawa seorang taehyung
" oh ya? Kalau begitu kau yakin bisa bertahan dengan cerewetnya yoongi hyung selama lima hari penuh di dalam disini ?" Taehyung berbalik menatap langsung ke mata sang adik " kook-ah.. ibumu merindukanmu, eoh? Pulanglah.. meskipun hanya sehari"
Ditatap sedalam itu oleh taehyung, jungkook tahu ia tidak akan pernah sanggup bertahan Bahkan untuk berpura-pura. Mata bulatnya bergerak menatap putus asa "Tidak bertemu mereka aku sudah terlatih hyung. Tapi tidak bertemu denganmu, tidak ada seorangpun yang pernah memberitahukanku caranya" sambungnya dengan suara bergetar.
Mengerjap, Taehyung berusaha menormalkan detak jantungnya yang menggila. Dan alih-alih menjawab, jemari kurusnya perlahan bergerak mengusap kulit rahang hingga leher jungkook yang selalu jadi kesukaannya
" boleh sekali ini saja hyung... aku ingin egois dengan hanya menahanmu disini bersamaku. Sekali ini, bisakah kita melupakan semuanya? menghabiskan waktu berdua menganggap ocehan yoongi hyung seperti angin lalu dan mengabaikan Jimin hyung yang terus menerus menengahi kita dengan aturan-aturannya yang membosankan seperti yoongi hyung?"
Taehyung tentu tercengang, hubungannya dengan jungkook yang selalu tampak sempurna dari luar kali ini harus kembali direnunginya; seberapa berat sakit yang selama ini jungkook pikul karena ulah nakalnya bermain kesana kemari, berapa banyak waktu kebersamaan di belakang layar yang terbuang karena keegoisannya melakukan apapun tanpa perduli satu hati yang sedang kesepian tanpanya.
" ikutlah denganku !" taehyung bersuara di tengah dinginnya malam, jemari kurusnya meraih tubuh jungkook untuk mendekat padanya hingga dahi mereka bersentuhan " ayo ke Daegu.. bertemu orangtuaku dan menghirup udara daegu yang sejuk di pagi hari " lanjutnya penuh semangat
Sementara jungkook masih diam menikmati terpaan nafas taehyung di wajahnya, hyung yang lebih tua itu tanpa izin menggerakkan wajahnya, menempelkan bibir tebalnya dengan bibir sang adik yang selalu terlihat basah dan merah menggoda
" Aku tidak menerima penolakan, kook-ah"
.
.
.
.
.
.
.
Saling mengumpat, jimin tidak pernah menemukan dirinya berkata sekasar dulu lagi saat bersama yoongi; satu-satunya makhluk di dorm ini yang mampu membelokkan niatnya— Berbeda saat bersama taehyung, hoseok bahkan jungkook sekalipun—. karena bagi jimin, Yoongi adalah jelmaan lain darinya yang dikemas dalam wujud berbeda dimana dunia sekeliling seolah tidak pernah ada; yoongi menyukai keheningan dan selalu menempatkan tidur di atas segalanya setelah musik, lagu buatannya dan tentu saja —Park Jimin, kekasihnya.
Hingga moment-moment berdua-kapanpun akan selalu pasangan ini isi dengan obrolan kecil yang hangat dan menyenangkan, terkadang mengundang gelegar tawa tanpa mengurangi rasa saling menghargai diantara mereka berdua—jauh berbeda dengan Taekook yang biasanya tertawa sambil adu pukul, atau Namjin yang tertawa sambil melempar panci ke muka pasangannya.
Biasanya jimin hanya akan mengganggu yoongi dengan menyimpan barang milik kekasihnya itu sebagai miliknya (tentu tanpa persetujuan sang pemilik asli), berpura-pura tidak mengerti dengan penjelasan panjang lebar yang yoongi utarakan hingga pemuda berkulit pucat itu akan mengomel tanpa henti dan berakhir dengan dirinya yang berada dalam kungkungan jimin, tersipu dan tersenyum karena dominasi jimin yang selalu bisa membuatnya bertransformasi menjadi gadis kemarin sore yang sedang kasmaran
.
" apa benar aku terlalu jelas?—" suara berat itu mengalun di udara, dan seolah tahu maksud pertanyaan kekasihnya, jimin yang berdiri di ambang pintu hanya mengulas senyum kecil di bibirnya sebelum merapatkan pintu kamar.
" —Tapi bukankah memang aku yang paling berpeluang untuk itu? selain posisiku yang tidak jauh darimu, tinggi badan kita juga sama jadi kau tidak akan kesulitan meraih jasmu " —lanjut sang suara dengan nada malas namun sarat akan sanggahan
" sejak kapan kau mau memikirkan hal sekecil itu hm?" Jimin yang gemas-pun memotong. Usai mengunci pintu dan berganti pakaian, dengan santai tungkainya bergerak ke sisi sebelah ranjang dan menempati daerah kosong disamping yoongi "lagipula, itu tidak buruk kok. Kau memang tipikal istri yang perhatian " gurau jimin yang jelas di sambut bantahan
" aku tidak memikirkannya—" yoongi menapik sembari meletakkan ponselnya di sisi bantal kemudian ikut berbaring disamping jimin yang tersenyum konyol sambil menyangga kepalanya dengan lengan, entah memikirkan apa "—dan berhenti memberiku julukan itu jimin, kita bahkan belum menikah "
Disisinya, Jimin terkekeh penuh arti. Matanya menyipit karena terlalu menghayati tawanya yang menyebalkan, menurut yoongi. " geure..pertahankan tawa itu sampai aku pulang ke daegu besok huh?"
Seketika itu derai tawa jimin terhenti di udara hampa; menghilang diantara angin malam yang dingin. sepasang mutiaranya mendelik tidak suka, begitu tajam dihiasi aura gelap yang menjalari wajah tampannya
" khajima! Amudedo khajima! Jangan kemanapun!" jimin bersuara, pelan namun menuntut. Ia menghela nafas sejenak sebelum memutar badan ke arah yoongi-menunjukkan bagaimana kehampaan yang tergambar jelas di dalam bola matanya hanya dengan mendengar keinginan-pulang kekasihnya ke Daegu
" hanya tiga hari, jimin-ah" tukas yoongi secepatnya. Tahu tatapan tajam namun sendu yang terpancar dari sepasang mata kesukaannya. Namun jimin masih menolak. Rahangnya mengeras seiring puppy eyes yang kian gencar kekasih manisnya itu arahkan padanya
"Tidak, hyung!"
" —tapi eomma merindukanku jimin. kau tidak boleh egois dengan menahanku disini sementara ada waktu yang bisa kumanfaatkan bertemu ibu "
" oh hyung.. ayolah, ini hanya pengalihan. Kau tahu, Army mengkritik managemen habis-habisan karena jadwal kita yang begitu padat belakangan ini dan kepintaran Bighit selalu tidak terprediksi, mereka memberi waktu libur dan izin pulang agar fans merasa lega melihat idolanya berkumpul, bersenang-senang bersama keluarganya"
Yoongi tercengang. Dengan satu decakan spontan ia menghentakkan kaki kecilnya di ujung ranjang sambil membuang pandangan dan membalikkan tubuhnya membelakangi jimin
" hyung.."
Jimin memanggil. Melembutkan suara dan pandangannya pada bahu sempit disisinya. Seharusnya tidak begini. Seharusnya yoongi mengerti maksudnya, mengerti ketakutannya; bagaimana bayang-bayang ayah yoongi yang selama ini menentang cita-cita dan cinta mereka; melarang yoongi bermusik bahkan berkali-kali menyuruh yoongi kembali kerumah meninggalkan jimin dan cita-citanya,
—Tidak. Jimin tidak akan rela semua itu terjadi.
Mendekat, Jimin mengulurkan salah satu lengannya. Menarik yoongi ke dalam dekapannya yang hangat kemudian menenggelamkan wajah di ceruk leher pemuda manis itu; kebiasaan lama yang selalu berguna untuk mengembalikan mood kekasihnya yang buruk
Lama terdiam, sejenak jimin mengintip ke sisi wajahnya dan menemukan yoongi memejamkan mata-begitu indah dengan sepasang bulu mata gelap dan bibir kecil merekah yang seolah mengundang untuk dikecup
" hyung.." jimin memanggil lagi, menunggu jawaban yang tidak kunjung terdengar dari bibir sang kekasih " ah... apa aku harus mengalah?" dia menjeda, menambahkan kata "Lagi?" untuk memancing pemuda di dekapannya
" Baiklah.. aku menyerah. Kau bisa Pulang ke Daegu!"
.
.
.
.
.
.
.
Derap langkah kaki kian dekat terdengar di pertengahan pagi dan siang kala itu. sunyi sekali, hingga telinga hoseok hanya mendengar derap langkah menuntut itu sebagai satu-satunya suara yang mengisi pendengarannya yang tajam.
Tap Tap Tap..
Sampai beberapa menit, sang moodmaker berpikir. Masih dalam mode mengantuk dengan wajah terlipat-lipat-begitu marah karena aktifitas tidurnya terganggu oleh ketukan di pintu yang entah siapa pelakunya. Ia mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya matahari yang menuntut masuk menyilaukan mata hingga desahan malas ia loloskan di langkah pertamanya menapaki lantai kamar yang berantakan
Sempat ia mencibir, menggumamkan nama Taehyung berkali-kali karena ia tahu persis, alien pluto itu satu-satunya penyebab segala kekacauan dikamar ini.
Kim taehyung gila
Alien
Sampah
masyarakat
Kampret
Setan
Psikopat
Penjahat kelamin
Eh—cakep —_—"
" Nu- Nuna ?"
Hoseok mengusap kelopak matanya. Berpikir mungkin ia sedang bermimpi melihat dua malaikat cantik didepan matanya di siang buta.
Sementara dua malaikat yang masih berdiri didepan pintu asrama itu terlihat heran dengan tingkah sang tuan rumah, dan oh, apa tadi ? Nuna? Demi Tuhan, mereka berdua bahkan masih memiliki batang itu—dan bahkan bisa berdiri.
" mana Jin ?" keduanya kompak bertanya. Salah satunya mendongak kedalam dan satunya lagi mengedarkan pandangan sejauh yang ia bisa untuk menemukan sosok berbahu lebar dan berjari lentik yang mereka cari
" ASTAGAAAAAA, SANDEUL B1A4—KEN VIXX " hoseok fangirling sendiri. Dia memekik girang dengan ekspresi yang dilebih-lebihkan seolah dirinya adalah bagian dari salah satu fangirl dua boyband berbeda itu
—_—'
" tuh kan, Lebay "
" tidak pake lengkap juga kalik Seok,—oh oke, Jhope"
Sandeul menggaruk tengkuknya malu-malu. Menjadi moodmaker tetap di grupnya yang tidak kalah beken dari BTS dia tentu canggung bertemu sesama moodmaker yang ternyata lebih gila dari dirinya ini, jadi dengan membuang sedikit rasa malunya ia mencoba mengulurkan tangan; rencananya mengajak Hoseok ber hi5 tapi suara melengking nan halus dari balik tubuh Hoseok lebih dulu terdengar
" aku disini teman-teman. Kaja~ "
Hoseok melongo di tempat. "trio uke ceritanya lagi liburan bareng " gumamnya disusul senyum konyol sembari menutup pintu dorm
Baru Hoseok berbalik, kedua matanya kembali dikejutkan oleh kehadiran leadernya bersama satu koper besar dan setelan Kim Daily-nya yang menyilaukan mata
" Wow.. " hoseok terkejut. Senyum mengejek terbit di bibirnya begitu alami "bagus ya? yang satu liburan bareng temen ukenya. Yang satu minggat. Wkwk"
" shut up Jhorse!"
Setelahnya namjoon berlalu begitu saja— meninggalkan hoseok yang menyimpan heran dalam suara tawanya —yang sungguh itu melukai nurani namjoon sebagai kepala keluarga sekaligus suami yang ditinggal istri
" Good Luck leader! Sukses reuni mantannya di Ilsan "
Dari jauh, kepalan tangan berperban Namjoon terlihat meninju udara. Dan itu tandanya hoseok dalam siaga satu. Dan daripada mengejek Namjoon, ia memilih untuk kembali ke kamar; membereskan sisa-sisa kenakalan taehyung di dalam sana
Namun lagi-lagi, belum sampai tungkainya di depan kamar sepasang telinga dan matanya-lagi harus di suguhi pemandangan mengherankan yang lain didepan pintu kamar kecintaannya
" Tae hyung jangan nakal-nakal ya di Daegu?"
" dengan ucapan yang sama, Kook-ah. Jangan lupa chat hyung kalau sudah tiba di Busan. Jangan keluar sembarangan, nanti fans mencurimu dariku "
BLUSH
" YA YA anak kecil ngapain disitu? Eh koper juga.. dua lagi. pada mau kemana sih?"
Taehyung berbalik dengan senyum absurdnya sementara jungkook mengerut alis; selalu saja, hoseok hyungnya tidak jauh berbeda dengan Jimin. suka mengganggu acara berduaannya dengan taehyung
" eomma sakit " jungkook merespon pertama dengan nada sedikit ketus namun menyiratkan kesedihan disetiap katanya, entah sedih karena berpisah dengan taehyung atau karena eommanya sakit
" padahal rencananya kami akan ke daegu.. tapi kabar itu tiba-tiba datang " taehyung menambahkan, tidak kalah sedihnya diiringi tatapan sendu ke arah jungkook
" permisi hyung.. kami harus berangkat "
.
Seketika itu, asrama BTS dilingkupi kesunyian luar biasa. Tidak ada suara canda tawa jungkook bersama Taehyung yang selalu mengundang hoseok untuk bergabung, tidak ada suara musik dari speaker super ribut milik Namjoon, tidak ada pekikan ala gadis-Jin saat masakannya di curi Jungkook, tidak ada teriakan absurd taehyung yang dikejar Jimin karena mengerjai Yoongi, dan —
" Eh Jimin dan yoongi ?" hoseok memuji ingatan cemerlangnya, dua orang itu sejak tadi memang belum muncul layaknya dua pasangan lain yang mengacaukan acara tidurnya yang seharusnya masih berlanjut siang ini.
Jadi dengan langkah yang sedikit dipelankan moodmaker itu melangkah menuju kamar terdamai, membenarkan asumsinya tentang yoongi yang sudah pasti masih tertidur kemudian memutuskan untuk mendorong pintu saat alasan ke-belum munculan jimin tidak juga ia temukan.
"apa yang anak itu lakukan?" hoseok menggumam sembari menyepak pintu kamar yoongi yang sulit dibuka, terlalu putus asa..dan yang benar saja tanpa diduga tendangannya itu berbuah manis dengan tampaknya dua pemuda yang tengah bergelut didalam sana.
Tapi, apa-apaan? Bukannya adegan ranjang yang didapati hoseok, yang tampak hanya kegiatan tidur-lelap Jimin dan yoongi yang begitu menenangkan. "Kenapa pasangan ini selalu terlihat begitu saling mengasihi? " iri hoseok pada dirinya sendiri.
Sekilas bayangan dirinya dan Taehyung yang dulu begitu mesra terpampang dihadapan matanya, begitu indah sekaligus menyakitkan baginya yang kini hanya bisa duduk sendu melihat kedekatan mantannya itu bersama Jungkook
Hoseok kuat
Karena semua kuda pasti kuat
Dengan ancang-ancang pasti, pemuda harapan itu bergerak maju. Melayang tinggi di langit-langit kamar sebelum mendarat di tubuh jimin yoongi yang ternyata dengan cepat menyadari situasi hingga dua tendangan sekaligus membuat hoseok telempar jauh di permukaan lantai
BUGH
AWW
Hati hoseok patah-patah, perasaannya cidera, dan kejadian barusan telah membuatnya sadar sekaligus membuka mata; bagaimana dunia yang kejam ini telah mempermainkan dirinya dengan kejam
Ini bahkan lebih sakit dari gagal totalnya acara liburan berdua yang diimpikan namjoon pada Jin, lebih mengecewakan daripada batalnya rencana pengenalan keluarga taehyung pada jungkook, dan lebih menyebalkan daripada rencana kepulangan yoongi ke Daegu yang harus berakhir karena pelukan protektif jimin yang seolah tidak mengizinkan siapapun untuk membangunkan mereka.
Ini sakit,
Hoseok sakit,
Dan Gwangju satu-satunya tujuannya kalau sudah begini
.
.
.
"Hoseok hyung pulang ke gwangju"
Jimin menyeringai. Begitu tajam setelah ekspresi berpura-pura sedih yang ia peragakan didepan pintu dorm saat Hoseok mendorong koper untuk ke gwangju. Berkata tidak sengaja dan meminta maaf ia berhasil menipu hyungnya itu hingga ia mendapat satu pengabulan maaf dan senyum yang tulus. Namun setelah pintu di tutup, tendangan bebas ke udara dan teriakan Yes menggema di dalam ruangan, mungkin sampai di luar. Jimin yang melakukannya. Ia begitu bahagia atas kekosongan asrama yang kini dihuninya bersama yoongi.
" Kau licik" yoongi mencibir. Masih terlalu malas untuk berpindah dari zona nyamannya, diatas tempat tidur.
" bukankah ini bagus untuk kita hyung?"
" Ya.. bagus bagimu yang telah menggagalkan rencanaku bertemu ibu"
Derai tawa jimin mengalun bebas. namun bukannya muak, yoongi malah merasa terhibur mendengarnya. Ia menyembunyikan senyum kecil dan desiran halus dari kekasihnya. "apa yang akan kita lakukan ? semuanya meninggalkan kita " dalihnya gagal total karena jimin sudah menghapus jarak diantara mereka.
" Membuatmu hamil, mungkin "
KYAA~
.
.
.
.
.
.
.
CHAPTER 1
END
COMEBACK guys. Minki comeback. Katanya banyak yang kangen tulisan Minki. Duh terharu banget T_T buat semua yang udah bela-belain PM thank you so much. And So, Hwayangyeonhwa pt1 udah berakhir kemaren jadi giliran pt2 yang maju. Wkwk
Ada yang teriak pas yoongi bela-belain bawa jas buat jimin di Gayo Daechukjae? Kya~ *YOONMINISREAL
Atau ada yang curiga kenapa pas liburan kmren MiniMini nggak update apa-apa d twt? Ketahuan kan, dua-duanya gak kemana-mana. Di dorm aja *Smirk cakep*
—Eh tapi Min, kookie juga nggak update kok?
Calm.. Kookie emang nggak update, tapi ada fans yg upload video kuki lagi di kafe (katanya di Busan) pake jaket merah pake bannie. Sendirian aja. duh.. lagi kan? Nggak dengerin kata abang Taehyung. ntar kalo ada yg nyulik gimana? Wkwk
Review Juseyo!
