Aku sudah mati. Setidaknya, itulah yang aku tau dari ingatan terakhirku. Mati karena perkelahian yang kulakukan dengan seseorang karena masalah wanita. Miris memang. Hanya karena wanita kami sampai berkelahi dan membuatku mati. Hal yang kusesalkan adalah kelengahanku yang tidak mengetahui kalau lawanku ternyata membawa sebilah pisau yang pada akhirnya membuatku mati ditikam olehnya.
Aku berpikir setelahnya aku akan masuk surga atau neraka setelah aku mati. Namun, alih–alih masuk kedua tempat yang menjadi tempat terakhir setelah hidup itu, aku sekarang malah...
'Dilihat dari manapun, ini bukanlah Surga ataupun Neraka,' pikirku melihat sekitar tempat ini.
Yah, tempat ini memang bukanlah Surga ataupun Neraka bagaumanapun kau melihatnya. Karena yang dari kutahu, Surga adalah tempat yang sangat indah, dan Neraka adalah tempat yang sangat mengerikan dengan api yang berkobar dimana-mana. Sedangkan tempat ini, hanya ada kegelapan dan warna hitam yang memenuhinya. Aku bahkan tidak yakin apa yang kupijak saat ini, karena saat aku melihat kebawah, rasanya itu seperti sebuah jurang tanpa dasar.
Aku tidak sendirian di tempat ini. Ada sosok lain yang sekarang sedang berdiri di depanku sambil menatapku selama 5 menit 46 detik sejak aku membuka mata di tempat ini.
'Dan lagi, untuk apa Shinigami-sama ada di tempat ini bersamaku?'
Dilihat dari manapun, sosok di depanku ini pastilah Shinigami. Dengan jubah hitam panjang berhodie yang menutupi seluruh tubuhnya, dan perawakan tubuhnya yang seperti hanya terdiri dari tulang-belulang saja, ditambah sebuah sabit besar berwarna hitam legam ditangannya, itu sudah menunjukan dengan jelas bahwa dirinya adalah sang Dewa kematian pencabut nyawa. Ditambah aura kelam yang menguar dari tubuhnya yang terasa menyesakan dan mengintimidasiku sejak tadi, aku sangat yakin dia memang Shinigami.
"Ada yang ingin kutanyakan pada anda, Shinigami-sama." Tepat setelah 6 menit berlalu aku berada di tempat ini dan hanya diam saja sejak tadi, aku akhirnya membuka suaraku.
"Hooh, tidak kusangka kau akan tau kalau aku adalah Shinigami." Dia, Shinigami-sama, mengatakan itu dengan nada kagum.
Aku menatap datar dirinya mendengar perkataannya itu. Siapapun akan langsung tau siapa dia sebenarnya saat melihat penampilannya itu, apa dia tidak menyadarinya? AKu jadi merasa dongkol dengannya.
"Tapi, meski kau sudah mengetahui aku adalah Shinigami, kau terlihat tenang dan tidak takut padaku. Hmm, kau memang sungguh menarik," lanjut Shinigami-sama.
Aku terdiam mendengar perkataan lanjutannya. Bohong jika aku mengatakan tidak takut padanya. Walau aku dikenal tidak takut pada apapun semasa hidup oleh teman-temanku, jika dihadapkan dengan sang Dewa kematian tentu aku juga bisa merasa takut. Apalagi ditambah dengan aura yang mengintimidasiku sejak 7 menit 24 detik ini. Aku bisa terlihat tenang karena aku sudah terbiasa untuk seperti itu dalam menghadapi situasi apapun sejak aku kecil.
"Baiklah, langsung saja... Jadi, apa yang ingin kau tanyakan padaku?" tanya Shinigami-sama.
Aku menarik nafas sejenak lalu kemudian menanyakan pertanyaan yang ada di kepalaku sejak aku berada di tempat ini,
"Aku ingin bertanya, tempat apa ini, dan kenapa aku ada di sini?"
"Pertanyaan mainstream yang selalu ditanyakan seseorang saat berada di tempat yang tidak diketahui." Bukannya menjawab, Shinigami-sama malah bermonolog bahwa pertanyaanku itu mainstream dan itu membuatku merasa dongkol.
Kuakui pertanyaanku itu mainstream. Tapi jika dipikirkan dengan logika, pertanyaan itu masuk akal untuk dipertanyakan saat kau berada di tempat yang tidak kau ketahui.
"Tapi baiklah. Akan kujawab pertanyaanmu."
Aku mengangguk mendengar itu dan menajamkan indra pendengaranku agar tidak ada satupun penjelasannya yang terlewat olehku.
"Tempat ini, adalah batas antara kehidupan dan kematian."
Dahiku berkerut. Batas antara kehidupan dan kematian? Ternyata ada juga tempat seperti itu di dunia. Kukira tempat itu hanya ada dalan novel fiksi saja, seperti yang pernah kubaca dulu.
"Batas antara kehidupan dan kematian... jika begitu, itu artinya saat ini aku tidaklah hidup tapi juga tidajlah mati, iya'kan?" tanyaku memastikan apa persepsiku benar.
"Yap, kau benar."
"Tapi bukankah aku sudah mati?"
"Memang benar, dan seharusnya sekarang kau berada di Surga. Tapi aku membawa jiwamu ke tempat ini sebelum memasuki Surga."
Alisku terangkat mendengar jawabannya. Aku, masuk Surga dia bilang? Tidak kusangka orang sepertiku bisa masuk Surga mengingat seperti apa perilaku dan perbuatan yang kulakukan semasa hidup. Tapi lupakan itu. Ada hal yang lebih penting untuk di pertanyakan sekarang.
"Kalau begitu, kenapa anda membawa ku ke sini?"
Keheningan terjadi selama 7 detik setelah aku menanyakan alasan Shinugamui-sama membawaku ke tempat ini sampai kemudian Shinigami-sama membuka suaranya.
"Namikaze Naruto, apa kau masih ingin hidup?"
"Apa maksud anda?" tanyaku pada Shinigami-sama dengan nada yang cukup tajam, namun juga penasaran.
Shinigami-sama diam selama 5 detik sebelum akhirnya membuka suaranya berniat menjawab pertanyaanku.
"Namikaze Naruto, aku akan memberimu pilihan. Hidup kembali namun di dunia yang berbeda dengan duniamu sebelumnya, atau meneruskan kembali perjalananmu yang tertunda masuk ke Surga."
Sekarang giliran diriku yang terdiam. Cukup lama sekitar 7 detik karena aku cukup terkejut dengan apa yang dikatakannya. Namun kemudian aku menatapnya cukup tajam dan membuka mulutku untuk membalas,
"Shinigami-sama... apa, kau bersungguh-sungguh dengan pilihan yang kau berikan padaku?"
"Apa maksudmu?" tanya Shinigami-sama padaku dengan nada yang tajam dan tak lupa aura intimidasi yang sejak tadi menguar darinya meningkat menjadi semakin besar.
glek*
AKu meneguk ludah secara kasar merasakan aura intimidasi darinya yang meningkat. Rasanya sangat menyesakan sekarang, seakan ada sebuah tangan yang mencengkramku dengan erat.
Aku mengerti kenapa Shinigami-sama meningkatkan aura intimidasinya. Itu karena perkataanku tadi yang seakan meragukannya. Siapapun pasti akan merasa kesal jika diragukan. Terlebih, dia, Shinigami-sama adalah entitas superior. Sang Dewa kematian, entitas yang memiliki hak untuk mengakhiri hiduo seseorang. Diragukan olehku yang notabenenya seorang manusia, tentu membuatnya merasa marah.
Tapi bagaimanapun juga, aku memiliki alasan untuk meragukannya yang memberi pilihan yang akan menentukan takdirku selanjutnya.
"A-Aku yakin.., Anda.., tidak bersungguh-sungguh.., memberikan kedua pilihan itu.., padaku'kan?" kataku dengan nada yang tersendat karena tekanan aura yang dikeluarkan oleh Shinigami-sama membuatku susah bernafas.
Tepat setelah itu, tekanan aura yang kurasakan dari Shinigami-sama mulai berkurang sampai akhirnya tidak terasa. Mungkin Shinigami-sama menyadari bahwa tekanan auranya yang mengintimidasi itu membuatku kesulitan bernafas hingga dia menarik kembali tekanan auranya.
Aku bernafas lega setelah terbebas dari intimidasi aura milik Shinigami-sama. Gila! Tadi itu sangat mengerikan. Seperti itukah rasanya di ibtimidasi oleh Dewa kematian?! Aku belum pernah merasa se-tersiksa seperti tadi hanya dengan tekanan aura intimidasi.
"Kenapa kau bisa menyimpulkan seperti itu?" tanya Shinigami-sama.
Aku mengambil jeda waktu sejenak selama 7 detik untuk menormalkan kembali pernapasanku yang tersengal-sengal akibat tekanan intimidasi yang dikeluarkan oleh Shinigami-sama tadi, lalu kemudian menjawab,
"Karena sebenarnya, anda memang berniat untuk menghidupkanku di dunia lain, bukan?"
Hening. Itulah yang terjadi setelah aku mengatakan itu. Shinigami-sama tampak diam tidak membalas perkataanku. Entah dia terkejut karena perkataanku itu tepat sasaran atau karena hal lain, aku tidak tau pasti. Namun 98% aku yakin Shinigami-sama terdiam karena perkataanku itu tepat sasaran. Sedangkan 2% nya sisanya karena dia tau aku akan melanjutkan perkataanku lagi.
"Anda memberikan kedua pilihan tadi karena anda tidak mau langsung mengatakan maksud dari tujuan sebenarnya anda membawaku kesini. Karena itulah anda tadi sempat diam sejenak selama 12 detik saat aku menanyakan tujuan anda nembawaku kesini karena anda sedang memikirkan cara untuk menutupi tujuan anda yang sebenarnya." lanjutku.
Suasana kembali hening setelah aku melanjutkan perkataanku. Shinigami-sama masih tetap diam tidak membalas perkataanku. Tapi hal ini memudahkanku karena aku masih belum selesai.
"Tujuan anda yang sebenarnya membawaku ke tempat ini pada dasarnya adalah untuk menghidupkanku kembali ke dunia lain untuk melakukan sebuah tugas. Karena itulah anda sampai mau repot-repot membawa ku ke tempat ini."
Masih hening. Shinigami-sama masih tetap diam sampai sekarang. Jika dihitung, dia sudah diam selama 49 detik sampai sekarang. Menurutku itu sebuah rekor terdiam cukup lama.
Namun keheningan itu berakhir saat Shinigami-sama tiba-tiba tertawa dengan keras. Hal itu sempat membuatku sedikit terperanjat karena kaget.
"Hahahahahaha... mengagumkan. Tidak kusangka kau bisa mengetahui tujuan sebenarnya aku membawamu ke tempat ini. Seperti yang diharapkan darimu. Hahahahahaha," ucap Shinigami-sama dengan nada terkagum sambil tertawa.
Aku hanya menatapnya datar saat melihat Shinigami-sama tertawa keras. Walaupun rasanya terlihat mengerikan melihat tengkorak hidup sepertinya tertawa keras seperti itu.
"Huft, sungguh, kau benar-benar sangat mengagumkan, Namikaze Naruto."
"Terima kasih atas pujiannya, Shinigami-sama."
"Sama-sama. Tapi bagaimana kau bisa tau tujuanku yang sebenarnya membawamu ke sini?"
Aku terdiam cukup lama mendengar pertanyaannya, sebelum kemudian menghela nafas. Maa, ini akan panjang.
"Seperti yang kukatakan tadi, aku mengetahui maksud dari tujuan anda membawaku ke sini karena diamnya anda saat aku menanyakan tujuan anda membawaku ke tempat ini. Ditambah anda yang mau repot-repot membawaku ke tempat ini, dan juga kedua pilihan tidak logis yang anda berikan padaku."
"Pilihan tidak logis? Maksudmu?"
Aku menghela nafas lelah mendengar pertanyaannya. Entah kenapa, aku sekarang meragukannya sebagai Dewa kematian.
"Seharusnya nada tau, Shinigami-sama. Normalnya, siapapun yang diberikan kedua pilihan itu pastinya akan memilih untuk masuk ke surga dibandingkan hidup kembali, termasuk aku. Jadi, kupikir pilihan yang anda berikan tidak logis karena sebenarnya jawabannya sudah pasti," jelasku.
"Hmm, benar juga. Kenapa aku tidak kepikiran sampai ke sana?"
'Aku benar-benar ragu apakah dia itu memang Dewa kematian?'
Aku menatap datar pada Shinigami-sama yang terlihat mangut-mangut setelah mendengar penjelasanku. Dia benar-benar tidak kepikiran sampai situ? Apa benar dia itu Dewa kematian?
"Maa, karena kau sudah mengetahui tujuanku yang sebenarnya membawamu ke sini, aku tidak perlu repot harus memindahkanmu secara paksa sekarang."
Lagi. Aku menatap dirinya dengan datar se-datar-datarnya yang bisa kulakukan. Entah sudah yang keberapa kalinya aku merasa dongkol oleh Shinigami-sama di depanku ini.
"Jadi, apa tugas yang harus kulakukan di dunia tempat aku akan hidup kembali Shinigami-sama?" tanyaku.
Shinigami-sama tidak menjawab. Dia malah mengangkat sabit di tangan kanannya dan mengarahkannya padaku.
Aku sempat terperanjat melihat itu, namun kembali tenang saat melihat dia hanya menyentuhkan ujung mata sabitnya pada pucuk kepalaku.
"Persiapkan dirimu"
"Hmm?"
Aku sempat bingung dengan perkataannya, namun itu tak lama karena setelahnya, sabit miliknya mulai bersinar redup dan setelah itu kepalaku terasa sangat sakit.
Bruk!
"Ugh!"
Aku jatuh terduduk sambil memegangi kepalaku yang terasa sangat sakit karena berbagai informasi yang masuk ke kepalaku secara tiba-tiba.
13 detik setelahnya, rasa sakit yang menyerang kepalaku mulai berangsur-angsur menghilang. Aku kembali berdiri setelahnya.
"Jadi itu misiku yah," gumamku.
"Yah itulah misi yang harus kau lakukan di dunia yang akan kau tempati nanti."
Aku hanya diam mendengar balasan dari Shinigami-sama.
Berbagai informasi yang masuk ke kepalaku tadi, yang membuat kepalaku terasa sangat sakit, semuanya berisi informasi tentang dunia seperti apa yang akan ku tempati itu, sejarah dunia itu, pengetahuannya, dan hal lainnya. Juga misi yang harus ku lakukan di dunia itu.
"Tapi kau tau bukan Shinigami-sama, misi seperti itu mustahil untuk kulakukan mengingat aku hanya manusia biasa," kataku pada Shinigami-sama.
"Kau tenang saja, selain memberikan informasi tentang dunia yang akan kau tempati dan misi yang harus kau lakukan, aku juga memberimu kekuatan agar kau bisa melaksanakan misi itu. Kau hanya tinggal melatih kekuatanmu itu nanti di dunia yang akan kau tempati," balas Shinigami-sama.
Aku hanya diam mendengarkan tanpa membalasnya. Sepertinya Shinigami-sama sudah mempersiapkan semuanya agar aku bisa melakukan misi itu.
"Dan juga..."
Aku menatap bingung pada Shinigami-sama yang terlihat mengangkat tangan kirinya ke depan.
"Aku akan memberikanmu senjata yang akan membantumu untuk melakukan misimu itu."
Tepat setelah Shinigami-sama mengatakan itu, berbagai senjata tiba-tiba muncul di hadapanku entah dari mana. Aku sempat terperanjat melihat kemunculan semua senjata itu yang secara tiba-tiba.
"Semua senjata ini memiliki kekuatan di dalamnya yang akan membantumu dalam melakukan misi yang akan kau jalani,"kata Shinigami-sama.
Aku hanya mengangguk mendengarnya dan menatap keseluruh senjata di depanku.
Berbagai senjata yang ada di depanku terdiri dari pedang, belati kembar, tombak, busur, dan sabit. Kesemuanya melayang dengan tenang di depanku.
"Saa, pilihlah salah satu dari semua senjata ini."
Aku sempat bingung mendengar perkataan Shinigami-sama yang menyuruhku memilih salah satu dari semua senjata di depanku. Kukira dia akan memberikan semuanya, tapi ternyata tidak. Tapi tidak masalah, aku yakin ada alasan kenapa dia tidak memberikan semuanya.
Aku mengangguk lalu kembali menatap semua senjata di depanku. Semuanya memiliki penampilan yang berbeda yang aku yakin itu mencirikan kekuatan dari tiap senjata. 1 menit aku habiskan untuk memilih sampai akhirnya pilihanku jatuh pada senjata yang berupa pedang.
Pedang itu berjenis Katana yang kuperkirakan memiliki panjang 80 sentimeter. bilahnya berwarna hitam begitu juga gagangnya, dan dipangkal pedangnya terdapat lambang cross. Pada bilahnya, terdapat ukiran bunga mawar.
Tangan kananku bergerak ke arah pedang itu yang melayang tepat di depanku dan memegangnya. Aku cukup terkejut saat memegang pedang itu karena merasakan beratnya lebih ringan dari dugaanku. Beratnya bahkan seringan sebuah bokken. Aku jadi ragu apakah ini memang benar sebuah pedang?
"Jadi kau memilih pedang itu yah. Hmm, cukup bagus. Tapi boleh kutahu alasan kenapa kau memilihnya?"
Aku diam sejenak dan hanya menatap pedang di tanganku sebelum akhirnya menjawab,
"Aku hanya merasa, pedang ini akan sangat membantuku dalam menjalankan misiku nanti."
"Hmm, jawaban yang membingungkan tapi tidak masalah," kata Shinigami-sama.
"Baiklah, karena kau sudah mengetahui apa misimu, dan juga semua keperluanmu sudah kuberikan, mungkin ini saatnya untukmu pergi ke dunia itu dan menjalankan misimu," lanjunya lagi.
Aku hanya mengangguk mendengarnya.
"Tapi sebelum itu, apakah masih ada pertanyaan yang ingin kau tanyakan padaku?" tanya Shinigami-sama.
Aku terdiam sejenak berpikir lalu kemudian membuka mulutku berniat membalas,
"Sebenarnya ada satu hal yang ingin kupastikan pada anda."
"Dan apa itu?"
"Apakah setelah aku menyelesaikan misiku, aku akan masuk Surga?"
"Tentu saja."
Aku mengagguk mendengar jawabannya.
"Apa masih ada lagi yang ingin kau tanyakan?"
Aku hanya menggeleng sebagai jawaban. Pertanyaan yang tadi kutanyakan adalah pertanyaan terakhir yang ada di kelapaku. Jadi tidak ada lagi yang bisa kutanyakan atau pastikan pada Shinigami-sama.
"Baiklah kalau begitu, sekarang aku akan mulai menghidupkanmu kembali ke dunia yang akan kau temlati untuk menjalankan misimu," kata Shinigami-sama dan aku hanya mengangguk.
Shinigami-sama lalu mengetukkan sabitnya ke tempat kami berpijak dan setelah itu, sebuah lingkaran berpola rumit muncul di tempatku berpijak dan mengeluarkan cahaya yang semakin lama semakin terang.
Cahaya dari lingkaran berpola rumit itu semakin terang dan menyilaukan pandanganku. Dan setelahnya, kesadaranku tiba-tiba menghilang.
.
.
.
.
.
Aku membuka kedua mataku saat merasakan silaunya cahaya. Apa yang kulihat pertama kali setelah membuka mata adalah gedung. Setelah itu aku menggerakan sendi-sendi di tubuhku mencoba bangun dari posisi terlentang. Setelah berdiri aku mengedarkan pandanganku. Dan yang kulihat di sekitarku hanyalah sekumpulan gedung dengan berbagai ukuran. Tempat aku berada saat ini seperti sebuah kota metropolitan namun yang anehnya, tidak ada siapapun di sini selain aku.
Tapi, melupakan semua hal itu, yang paling mengejutkan adalah saat ini aku sedang berdiri di salah satu gedung. Bukan di atapnya, melainkan di bagian sisi gedung secara horizontal. Entah bagaimana bisa seperti ini aku tidak tau.
'Sekarang apa lagi ini?' pikirku.
Setelah sebelumnya terbagung di tempat antah berantah yang ternyata adalah batas antara kehidupan dan kematian, dan diberi sebuah tugas oleh seorang Shinigami-sama yang absurb. Sekarang aku kembali terbangun di tempat aneh yang memiliki gravitasi tak lazim. Oh ayolah, apa yang terjadi padaku sekarang ini?
"Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu secepat ini, Master."
Sepertinya aku harus menarik kembali ucapanku tentang hanya aku yang ada di tempat ini. Faktanya ada suara seseorang di tempat ini dan suara itu berasal dari belakangku.
Aku seketika berbalik dan melihat di sana ada seorang pria yang diperkirakan berada di umur 25 tahunan lebih. Wajahnya datar dengan rambutnya yang berwarna hitam panjang acak-acakan, sebuah kacamata juga tersemat di wajahnya, juga dia memakai sebuah jubah panjang dengan ujungnya yang terlihat compang-camping. Dia berdiri di atas sebuah tiang pendek yang biasanya digunakan oleh burung kakaktua untuk bertenger di kebun binatang. Dan sama sepertiku, dia berdiri secara horizontal di sisi gedung ini.
"Siapa kau?" Pertanyaan yang lumrah ditanyakan pada orang yang tidak dikenal kutanyakam pada pria itu. Dia masih tetal memasang wajah datar setelah aku bertanya padanya.
"Aku adalah perwujudan dari senjata yang kau miliki, The Sword of Darkness, Zangetsu."
Aku terdiam mendengar jawabannya. Perwujudan dari senjataku dia bilang? jika begitu, itu berarti dia-
"Jadi kau adalah roh dari senjata yang diberikan oleh Shinigami-sama padaku?" tanyaku memastikan walaupun aku yakin itu benar.
"Benar, aku adalah roh dari Zanpakutou yang diberikan oleh Shinigami-sama padamu, Master."
Sudah kuduga itu benar. Berkat informasi yang diberikan oleh Shinigami-sama padaku, aku bisa mengetahui siapa pria di depanku ini sebenarnya.
Seperti yang dikatakan olehnya, dia adalah roh dari senjata yang diberikan oleh Shinigami-sama untuk membantuku melaksanakan misiku. Dan sepertinya aku sudah tau di mana aku berada saat ini.
"Jadi ini adalah alam bawah sadarku?" Itu bukanlah sebuah pertanyaan, tapi pernyataan yang kukatakan mengenai tempat ini.
"benar, ini adalah alam bawah sadarmu, atau lebih tepatnya alam bawah sadar tempat aku berada, Master," balas Zangetsu.
Aku mengangguk mendengarnya dan setelah itu terdiam sejanak sekitar 5 detik sampai kemudian aku menatap Zangetsu.
"Baiklah Zangetsu, seharusnya mungkin aku tidak perlu mengatakan ini mengingat kau sendiri pasti sudah di tugaskan oleh Shinigami-sama untuk membantuku. Tapi..." aku menjeda perkataanku sejenak dan menarik nafas dalam.
"Mohon bantuannya untuk beberapa waktu kedepan," lanjutku sambil membungkuk.
Ini cukup memalukan. Sebenarnya sampai sekarang, baru kali ini aku membungkuk pada orang lain yang bahkan baru aku kenal. Dari dulu aku tidak pernah membungkuk pada siapapun keculai pada orang yang sangat kuhormati. Tapi aku melakukan ini bukan tanpa alasan. Karena Zangetsu adalah Roh dari senjataku yang akan menematiku beberapa waktu kedepan dalam melaksanakan misi yang diberikan oleh Shinigami-sama, maka setidaknya aku harus mendapatkan kepercayaan darinya dan membangun hubungan yang baik dengannya agar dimasa depan nanti aku tidak akan kesulitan.
"Tentu Master... Aku Zangetsu, bersumpah akan selalu membantumu dalam melaksanakan misi yang kau emban."
"Aku senang mendengarnya."
Zangetsu mengangguk mendengar ucapanku. Lalu setelahnya keheningan melanda sampai setidaknya 10 detik sampai aku kembali membuka suaraku.
"Oke, jadi bagaimana caranya aku keluar dari sini?" tanyaku.
"Kau hanya perlu berkonsentrasi saja Master."
Aku langsung melakukan apa yang dikatakan Zangetsu. Dan setelahnya, kesadaranku seperti ditarik keluar oleh sesuatu yang tak kasat mata.
.
.
.
.
.
Perlahan aku membuka mataku dan melihat rimbunnya dedaunan di atasku. Dengan melihat itu saja aku sudah tau di mana aku berada sekarang. Kemudian aku mulai bangkit berdiri dan melihat ke sekeliling. Dan benar seperti dugaanku, aku berada di dalam hutan.
"Oke, setelah sebelumnya aku terbangun di batas antara kehidupan dan kematian, lalu di alam bawah sadarku sendiri, sekarang aku terbangun di dalam hutan. Fixs, aku sekarang sudah seperti MC dalam sebuah anime isekai." gumamku cukup jengkel.
'Master, kau mendengarku?'
Sebuah suara tiba-tiba terdengar di dalam kepalaku. Dari suaranya aku sudah tau dia adalah Zangetsu.
"Ada apa Zangetsu?" tanyaku.
'Tidak, tidak ada apa-apa Master. Aku hanya mengecek apakah link diantara kita sudah terhubung atau belum.'
"Oh Souka... kukira ada apa," balasku yang hanya dijawab dengusan oleh Zangetsu.
"Jadi Zangetsu.., apa kau tau dimana kita sekarang?" tanyaku lagi pada Zangetsu.
'Hmm, dilihat dari kondisi hutan ini, sepertinya kita berada di perbatasan antara kerajaan Elementario dan Kerajaan Angelus Master,' jawab Zangetsu di kepalaku.
"Hmm souka...mattaku na, kuso Shinigami. Kenapa dia-"
Deg!
Ucapanku terhenti saat sesuatu yang tak mengenakan kurasakan tiba-tiba. Aku langsung memasang sikap waspada merasakan aura tak mengenakan itu.
"Zangetsu, kau merasakannya?"
'Ha'i Master. Aku merasakannya dengan jelas, asalnya dari atas kita.'
Aku seketika mengalihkan atensiku keatas dimana asal dari aura tak mengenakan itu seperti yang dikatakan Zangetsu. Dan mataku membulat melihat apa yang ada di atasku itu.
Seekor ular berwarna coklat bercorak terlihat bergelantungan di dahan pohon di atasku. Matanya menatapku dengan tajam disertai desisan yang keluar dari mulutnya. Apa yang membuatku terkejut adalah ukurannya yang terlampau besar untuk seekor ular.
"Oi oi yang benar saja!" gumamku dengan tidak percaya melihat ular di atasku itu.
'Magical Beast tingkat silver, [Forest Python]. Kurasa kau sedang sial, Master."
Kudengar suara dari Zangetsu di kepalaku yang mengatakan nama dari ular di depanku ini. Aku menggertakkan gigiku sambil terus menatap waspada ular di atasku.
"Yah kau benar... aku memang sedang sial. Sangat sial malah."
Entah apa karena dosaku yang terlampau besar sampai aku bisa sesial ini, aku tidak tau. Tapi yang kutahu pasti saat ini adalah, perjalananku yang baru, sudah dimulai.
To Be Continue
.
.
.
Extra Trip
1. Misi
Disclainmer : Naruto and Other is not mine
Warning : Gaje, AU, OOC, cerita amburadul dan bahasa tidak baku karena authornya masih pemula, Isekai.
Pairing : (belum ditentukan)
A/N : Yohooo... Allena Desu~ salam kenal semuanya. aku Author baru yang mencoba untuk berpartisipasi meramaikan dunia perfanfiction-an ini.
oke mungkin cuma perkenalan saja untuk sekarang. oh iya... karena aku masih pemula yang artinya kepenulisanku masih berantakan, aku ingin meminta pada kalian semua para Readers saran dan kritikan agar kepenulisanku lebih baik. flame? gak masalah asal isinya berupa kritikan.
oke kalau begitu sampai jumpa!
peluk cium dariku pada kalian semua!
