Dia

Dia

By: Remus Black

Remus Lupin sadar, dalam keadaannya yang seperti ini, sangatlah tidak bijaksana untuk berbicara urusan duniawi yang memabukkan. Cinta, misalnya.

Apa yang dapat dilihat dari dirinya? Baru-baru ini Ia bahkan menemukan teman seasramanya sendiri lupa untuk mengabsennya dalam kunjungan Hogsmeade. Ya, itulah masalahnya, kehadirannya, yang dipikirnya telah menjadi antara ada dan tiada di lingkungan pergaulannya. Dalam kehidupan remaja seusianya, sangatlah penting untuk tampil eksis. Popularitas-lah yang mengatur segalanya.

Tapi apa gunanya tampil eksis jika Ia tidak punya tampilan fisik yang tanpa cela? Luka torehan manusia serigala yang terdapat di beberapa bagian tubuhnya seakan menjawab kenyataan bahwa Ia bukanlah porselen berjalan. Remus beranggapan, kesan pertama orang adalah tampilan fisiknya. Dengan wajah pucat yang senantiasa menunjukkan keputusasaan seperti yang selalu Ia tunjukkan mana mungkin mengundang orang lain untuk sekedar bicara dengannya.

Masalah lain terdapat pada apa yang ada di dalam kepalanya. Ia selalu berpikir kalau masuk Hogwarts hanyalah keberuntungannya semata, karena kebaikan hati Dumbledore. Kalau tidak, mungkin sekarang Ia menjadi squib. Dan benar saja, begitu topi seleksi meneriakkan kata Gryffindor, Ia sungguh yakin kalau Hogwarts hanya menghargai keberaniannya, bukan potensi otaknya. Semua orang bisa menjadi pemberani. Bahasa kasarnya, semua pasti bisa masuk Gryffindor. Ditambah lagi selama ini prestasi belajarnya biasa saja, mengingat Ia selalu terjaga sampai pagi mengerjakan setumpuk esai sekian senti sebagai bahan tugas.

Ia ingin menjadi orang yang tegas, orang yang dapat menolak dan berkata tidak. Tapi kenyataannya Ia selalu tersenyum lirih setiap datang anak Slytherin yang mengerjainya menyuruh mengambilkan perkamen yang ketinggalan di kandang burung hantu. Dirinya begitu lembek, dan lagi-lagi Ia tahu, tidak ada orang yang mau berteman dengan orang tanpa dinamika seperti dia. Hidup terasa membosankan kalau kau berada di samping Remus Lupin.

Sampai suatu ketika muncullah Dia, orang yang seolah mematahkan semua aturan dan mitos-mitos yang tersirat dalam pikirannya, Remus Lupin bukanlah orang yang pantas jatuh cinta maupun dicintai. Dia, orang yang selalu membuatnya merasa ada banyak kupu-kupu di perutnya karena telah tumbuh banyak bunga di dalam situ.

Apalah arti sebuah tatapan? Bagaimana bisa satu tatapan dapat membuatnya begitu terbuai dan terbang jauh ke dalam pikirannya? Tapi sungguh hebat, Dia dapat membuat suasana menjadi nyata kembali hanya dengan segaris senyuman manis yang terdapat di bibirnya.

Dia, seperti yang selama ini Remus nantikan, orang hebat yang dapat membukakan kembali pintu hatinya yang selama ini dingin tertutup rapat dari rasa cinta. Seakan memberi harapan untuk relung hatinya yang telah beku selama ini.

Dia, yang selalu melihat Remus apa adanya, tanpa memikirkan popularitas maupun fisik. Dia yang membuat Remus selalu merasa seakan dirinya sempurna. Yang membuat Remus sejenak membuang pikiran negatifnya tentang dirinya sendiri. Hanya dengan kata-kata, Dia berhasil buai hati ini menjadi lebih bahagia bila berada dekat bersamanya.

Dialah Sirius.

tamat

CATATAN PENGARANG:

Aishhh, GOMBAAAL! lagi gak jelas... ditinggal off sama Sirius Lupin di MSN malah bikin ginian. Bukannya nerusin fic yang lama...

Ya, mungkin udah ketebak, ini adalah lagu Dia dari Maliq and D'essential. Bikinnya pun sambil dengerin lagunya. Saya rasa lagu ini cocok untuk menggambarkan hubungan Sirius dan Remus.