Shia: Waiiii!! Akhirnya aku memutuskan untuk memenuhi request yang Extraordinary Ball. Tapi kayaknya nggak sebagus versi Inggrisnya (padahal yng Inggris juga nggak bagus-bagus amat, hiks T~T)

Yah, pokoknya ini yang terbaik, special 4 HiruMamoaholic! Please enjoy! *wink* (^.~)

Disclaimer: I don't own Eyeshield 21

An Extraordinary Ball

By: Shinku Amakusa a.k.a Shia

Ch 1 ~ The problem's beginning ~~ Day 3

Semua cewek di Deimon High tidak akan rela ketinggalan pesta dansa yang meriah itu, begitu juga Mamori. Bagaimana tidak? Itu adalah salah satu event terbesar selama SMA. Masa-masa indah SMA yang harus dilewati dengan berbagai pesta dansa yang menyenangkan. Tapi… kenapa tidak ada satu orang pun yang mengajak Mamori ke pesta dansa itu ya?

3 hari sebelum pesta dansa…

Mamori melangkah dengan langkah seberat baja ke arah ruang klub. Sebenarnya, dia sama sekali tidak ingin pergi ke klub dengan perasaan seperti ini. Perasaan kecewa, marah, sedih, dan sebagainya.

'Semoga tidak ada orang di ruang klub…' pinta Mamori. 'Aku benar-benar tidak tahu harus berwajah seperti apa…'

Mamori membuka pintu ruang klub dan mengintip perlahan-lahan.

Tidak ada suara.

"Bagus… sepertinya semua sedang berlatih di luar…" Mamori berkata pada dirinya sendiri. Mamori melangkah masuk dan duduk di satu-satunya sofa yang ada di ruang klub, mengambil nafas dalam, dan kemudian menutup matanya pelan-pelan. Mamori mencoba menenangkan dirinya dari berbagai dugaan-dugaan buruk.

"Tenang Mamori…" kata Mamori pada dirinya sendiri, matanya masih terpejam. 'Tidak mungkin tidak ada yang mengajakmu pergi ke pesta dansa. Tapi, walaupun ada yang mengajak pun, aku juga nggak ada menyetujuinya langsung. Tapiii…. Apa itu berarti aku harus pergi ke pesta dansa sendirian tahun ini? Tidaak!! Tidak untuk tahun ini!!' Mamori menjerit dalam pikirannya, membuat keningnya berkerut-kerut.

Mamori terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri sampai-sampai tidak menyadari suara pintu ruang klub yang dibuka dan langkah kaki yang perlahan-lahan mendekatinya.

"Oho… Apa yang sedang dilakukan yang terhormat tuan putri Anezaki Mamori di sini?" tanya seseorang dengan nada menyindir.

Mamori membuka matanya. "Hiruma-kun…"

"Apa-apaan wajah itu? Sepertinya tidak ada seorang pun yang mengajakmu menjadi partner mereka di pesta dansa, benar kan?" kata Hiruma lagi, kali ini dengan nada setengah mengejek, setengah menghina, dan setengah menyindir, kombinasi yang sempurna untuk memancing kemarahan Mamori.

"Jangan berkata seolah-olah kamu sendiri punya partner untuk pergi ke sana!!!" bentak Mamori kesal.

"Tch, pesta dansa konyol hanya untuk orang bodoh!" jawab Hiruma disambung dengan tawa setannya yang menyebalkan.

"Apa maksudmu?! Kamu mau bilang kalau aku bodoh?!"

"Kamu sudah bilang sendiri"

"Hirumaaaaaa…… Kauuu…." geram Mamori sambil menggertakan giginya dan mengepalkan tangannya. "Kau sial—"

"Ahahaha!! Lalu, lalu…" Suara Sena dan Suzuna yang sedang asyik bercengkrama terdengar mendekat dari luar, dan mereka membuka pintu tepat di saat Mamori hampir mengeluarkan kata-kata umpatannya yang pertama.

"Mamo-nee? You-nii?" tanya Suzuna kaget dan Sena yang hanya berdiri tegak dan mengedip-ngedipkan matanya heran. "Apa yang kalian lakukan di sini?"

"S, Sena…? Suzuna…?" tanya Mamori, bingung. "La, latihannya sudah selesai ya?" tanya Mamori, mencoba untuk tersenyum.

"Ya, banyak yang sudah pulang malah…" jawab Sena.

"Apa yang kalian berdua lakukan di sini?" tanya Suzuna dengan senyum nakalnya. "Dua orang—di ruang klub yang gelap—sendirian" Suzuna menggoda.

"Suzuna!! Bukan seperti itu!! Jangan berpikiran yang bukan-bukan! Kita tidak melakukan apa-apa kok, ya kan, Hiruma?" Mamori menoleh ke arah Hiruma yang sedang meniup balon dari permen karetnya sampai sebesar wajahnya, berharap untuk sebuah jawaban penyelamat.

"Sayang sekali kalian masuk tanpa mengetuk pintu. Aku hampir saja mendapatkan sesuatu yang bisa kumasukkan ke dalam daftar blacklist-ku dari manajer sialan ini! Kekekekeke!!" Hiruma tertawa lagi, kali ini ditambah aura setan yang menjalar ke mana-mana.

"!#$%^&*()_+_)(*&^%$#!" Sena dan Suzuna saking kagetnya sampai tidak bisa berkata-kata. Pikiran mereka mulai membayangkan halyang tidak-tidak mengenai 'sesuatu yang bisa di blacklist' antara Mamori dan Hiruma.

"Hirumaaa!!! Jangan bilang seperti itu!!! Suzuna, Sena, jangan menanggap serius ucapan Hiruma barusan ya? Dia cuma bercanda kok!" Mamori berusaha mengembalikan pikiran Sena dan Suzuna ke jalan yang benar.

"A… ahaha… se, sepertinya kita harus pergi sekarang supaya tidak mengganggu, ya kan, Sena?" tanya Suzuna.

"Uh, oh, benar… Sa, sampai jumpa, Mamori-neechan!" Sena tersenyum kaku sambil segera berjalan meninggalkan ruang klub bersama Suzuna.

"Tu, tunggu! Kalian berdua…" Mamori berusaha menghentikan, tapi gagal.

"Daaah, You-nii!" kata Suzuna, yang berjalan semakin jauh, jauh, jauh… sampai menghilang ditelan bumi. Eh, nggak, maksudku menghilang dari pandangan Mamori.

"Bagus. Aku mengharapkan bantuan dan kamu malah memberi masalah. Tidak bisakah kamu hidup dalam damai tanpa selalu membawa masalah kepada orang lain?!?!" Amarah Mamori mulai mendidih lagi.

"Aku tidak punya masalah untuk dibawa-bawa kok…"

"Kamu tidak punya, tapi kamu membuatnya!!! Dan kamu baru saja menambah satu masalah untukku!! Terima kasih! Aku sangat menghargainya! Bye!" Mamori berteriak-teriak sambil berjalan keluar dan membanting pintu ruang klub, meninggalkan Hiruma sendirian di ruang klub.

"Dasar manajer sialan bodoh…" kata Hiruma sambil tersenyum misterius.

~*~*~*~*~*~ To be Continued ~*~*~*~*~*~

Shia: Waiiii!! Gimana? Gimana???? Akhirnya aku translate juga yang ini. Perlu dilanjutkan atau nggak? Komen plisss…. Maaf untuk segala OOCness dan yang lain-lain! _(-.-)_ *bow*

Apa yang sebenarnya direncanakan Hiruma sih????? Wait for the next chapter (kalo jadi)!! Thanks 4 reading! Review, please?