Vocaloid © Yamaha Corporation; etc.
Betsy Beaumont adalah urban legend yang berasal dari Amerika.
Cerita ini ditulis oleh HimmeRu, Selang Regulator, dan Violetta_Mio (author wattpad).
Kami tidak mengambil keuntungan komersial dari fanfiksi ini.
.
.
.
Para siswa kelas 10 SMA Aurelia Aurita Arthuria tengah duduk rapi mengitari sebuah api unggun, seraya menghangatkan tubuh mereka yang dibalut seragam coklat khas pramuka. Hutan pinus yang lebat kini terlihat remang kemerahan. Sosok lelaki yang memainkan gitar itu duduk tak jauh dari api unggun, sambil sesekali melirik gadis yang asik mengobrol dengan temannya.
"Hei Fukase, kau terlalu sibuk memainkan gitarmu itu. Ayo ikut bertukar cerita hantu saja, pasti seru!" Kini pandangan Fukase mengarah ke seberang api unggun, tangannya masih belum melepaskan gitar di pangkuannya. Fukase menggeleng, membuat teman yang mengajaknya mengerutkan kening heran.
"Oh, iya! Miku ayo ikut acara cerita hantu kami." Kini hati Fukase terasa terganjal jika seseorang menyebutkan nama gadis itu. Terlebih lagi jika pelakunya adalah Gumiya si anak basket yang terkenal suka tebar pesona, Fukase jadi cemburu seketika. Terlihat Miku mengiyakan ajakan itu, 'Aku tak bisa tinggal diam' pikir Fukase.
"Miku, aku punya sebuah lelucon. Mau dengar?" Fukase duduk disebelah Miku, gadis itu mengerutkan kening lalu mengangguk.
"Kenapa kebanyakan toilet wanita selalu berada di kanan?" Miku berpikir keras, sampai-sampai anggota pramuka yang lain juga ikut berpikir keras. Sebenarnya ini adalah pertanyaan yang sangat mudah, tapi entahlah mungkin ini pertanyaan yang sangat sulit bagi mereka.
"Baiklah, jawabannya because women is always right" Fukase berharap lelucon yang barusan ia buat beberapa detik lalu bisa membuat gadis itu tertawa- dirinya mulai berdoa.
Fukase mulai mendengar gelak tawa yang berasal dari teman-temannya, tapi tawa gadis yang diharapkannya bahkan tidak terdengar! Gadis itu hanya mengerutkan kening seolah berpikir.
"Tidak juga, tergantung bagaimana sifat dari perempuan itu sendiri", Miku mengutarakan pendapatnya tanpa ragu.
Kan lho, gebetanmu gak setuju, mas.
Bingunglah Fukase dibuatnya, ini tidak sesuai dengan ekspektasinya!
"Nah nah, kita sudahi dulu perdebatannya dan mulailah mendengarkan ceritaku." Ujar pemuda bernama Gumiya itu, kini ia telah melepas sepatu hitamnya.
Sial! Batin Fukase. Makin hancurlah Image Fukase didepan sang pujaan hati.
Gumiya mulai membuka ceritanya, "Konon tanah perkemahan ini dulunya disumbangkan oleh seorang pria bernama Joe untuk mengenang istrinya Betsy Beaumont yang meninggal akibat kecelakaan mobil, karena itulah tempat ini diberi nama Beaumont. Sama seperti sekolah kita, karena pak kepala sekolah begitu mencintai istrinya dan ubur-ubur jadilah nama sekolah itu", Miku yang mendengar lelucon Gumiya tertawa kecil, sementara wajah Fukase mulai mendatar. Gumiya menarik perhatian Miku, dan Fukase benci itu!
"Nah, si Betsy ini sebenarnya sangat tidak suka dengan pramuka. Karena itulah sampai sekarang pun arwah si Betsy masih suka berkeliaran di tanah perkemahan ini sambil menyanyikan lagu favoritnya."
"Tunggu dulu, siapa yang mengetahui kalau Bibi tua itu tidak suka dengan kegiatan pramuka? Astaga, jangan mengada-ada!" Kata gadis bersurai merah kuncir dua yang duduk tak jauh dari Gumiya.
"Itu kesimpulan yang diambil orang-orang karena dia selalu menghantui tempat ini, kadang dia juga menyerang beberapa anggota pramuka yang ditemuinya karena Betsy ini sangat tidak suka dikomentari nyanyiannya. Mungkin saja mereka tanpa sadar berkata sesuatu tentang nyanyian Betsy dan Betsy yang mendengarnya pun marah, uh seram", jelas Gumiya yang tengah memeluk tubuhnya sendiri seperti orang merinding ketakutan ditambah dengan Kaito yang tiba-tiba saja menggandeng tangan Len. Melihat tangan Kaito yang menggandengnya, Len pun langsung menyentakkan tangan dan bergeser menjauh dari Kaito sambil melihatnya dengan pandangan horor.
Handphone Miku berdering, ia pun meninggalkan grup itu untuk mengangkatnya. Sekilas Fukase memperhatikan Miku dari ujung matanya. Fukase tersenyum lalu berdiri dari tempat duduknya. 'Ini kesempatanku', batinnya. Tapi sebelum ia sempat menghapiri Miku, gadis itu malah sudah terburu-buru kembali ke arahnya dengan raut wajah sedih.
"Kandang anak ayam yang aku pindahkan kemarin tebuka, dan 10 ekor anak ayam sudah hilang dari kandang. Aku harus bagaimana, Fukase?!" Miku terisak seraya memeluk pemuda itu tiba-tiba. Fukase tercengang merasa syok dengan apa yang dialaminya. Miku, gadis itu memeluknya! Tidak mungkin!
Tapi kesenangan itu tak bertahan lama, "Teman-teman, daritadi aku tidak bisa menemukan Rin. Ada yang melihatnya?" Fukase dan Miku refleks menjauhkan diri, sedangkan Kaito si anak klub Rohis yang terkenal paling penakut tapi juga paling suka uji nyali di WC sekolah yg angker kini antusias hingga jantungnya berdegup kencang.
"Rin hilang?" Tanya Kaito dengan senyum mengembang, membuat Len yang duduk tak jauh darinya menjitak kepalanya keras. Kaito meringis kesakitan, Len menghiraukannya dan mengajak teman-teman yang lain untuk membantu mencari Rin.
"Begini saja, kita lapor dulu pada guru pembimbing baru kemudian kita mulai mencari Rin." Len tidak ingin kehilangan Rin, siapa yang bakal memasakkan mie rebus kala Len kelaparan di tengah malam nanti?
"Kenapa? Lebih baik langsung cari saja. Mungkin disini ada rumah tua kosong yang-"
TAAKKK!
Lagi-lagi Len menjitak kepala Kaito dengan keras. "Kenapa disaat seperti ini kau malah memikirkan uji nyali?!" ucap Len kesal.
Mereka akhirnya melapor pada pembina pramuka, kemudian mulai melakukan pencarian dengan membagi para siswa menjadi 5 kelompok yang masing-masing beranggotakan 7 orang. Mereka membagi kelompok menggunakan undian stik yang ujungnya sudah diberi 5 warna berbeda, dan mengambil secara bergantian tiap 5 orang sekali.
Miku, Fukase, Kaito, Len, Gumiya, Teto, Piko berada di kelompok yang sama, dan tambahan seorang gadis berambut panjang yang tidak mendapat kelompok. Seorang gadis pendiam yang selalu menunduk.
Mereka mulai menelusuri hutan. Piko yang pertama membuka mulut memecah kesunyian, "Maaf kalau aku tidak sopan tapi, kurasa aku tak pernah ingat ada gadis sepertimu di kelas kami?" Gadis itu makin menunduk, malu-malu kucing. Ia hanya diam, mengabaikan pertanyaan Piko. Matanya hanya melirik sekilas, tapi hanya dengan itu saja sudah membuat Piko merasa sedikit takut.
"Lihat! Aku menemukan pita putih Rin", seru Miku sambil menunjukan benda itu pada anggota kelompoknya.
Tiba-tiba Kaito berteriak, membuat anggota lain menatapnya dengan heran. "Kodok! Kodok! Kodok!" Jerit Kaito berlari kearah Len seolah meminta perlindungan. Tak tanggung-tanggung, Len memberikan tamparannya ke wajah Kaito dengan senang hati.
Fukase memasang wajah datar, "Ayolah teman-teman, seriuslah mencari- tunggu, kemana gadis baru itu?"
Gumiya merapat pada Miku, "Dia tidak mungkin diculik Betsy Beaumont kan?" Sungguh, melihat tingkah Gumiya membuat Fukase sangat muak. Baru saja ia ingin melayangkan tangannya untuk menjauhkan mereka berdua, tapi senandung wanita yang terdengar samar dari kejauhan langsung menghentikannya.
"-Mawar itu merah... Violet itu ungu... Oh, aku harus segera pergi ke kamar kecil..."
Mereka tercengang mendengar suara senandung yang awalnya terdengar mengerikan kini malah membuat mereka nyaris terpingkal. Kecuali Gumiya yang semakin merapatkan tubuhnya pada Miku dengan tubuh bergetar takut. Setelah suara itu tak terdengar lagi, mereka bertujuh memutuskan untuk berjalan berdekatan sambil melanjutkan pencarian.
"KYAAAAAAAAAAAAA-!"
.
.
.
To be continue…
.
.
.
A/N: Yaa… Ini cerita pertama yang dipublish di sini dan ini fik estafet dengan jatah satu orang satu kalimat. Jadi setiap ganti kalimat, juga ganti orang yang nulis. Awalnya Ru ngajak Selang Regulator buat kolab nulis cerita, dan dia bilang mau nyoba buat fik estafet. Akhirnya jadi begini deh. Kali ini pairnya Fukase dan Miku. Maaf kalau banyak kesalahan, Ru masih pemula.
Yak, sekian dulu. Chapter 2 akan menyusul. Terima kasih sudah mau membaca cerita kami. Dadah!(^w^)
Himmel (31 Mei 2018)
