x
x
REMUK
(BTS Fict, BL, AU, OOC, Jikook, VKook)
x
x
Jungkook mengerutkan keningnya.
Tangannya bergerak mengusap layar smartphonenya, mengecek apakah ada pesan dari kekasihnya atau tidak.
Detik berubah menjadi menit. Menit merangkai menit menjadi hitungan jam dan Jungkook mulai gusar. Tidak biasanya kekasihnya belum pulang padahal malam sudah selarut ini.
Jungkook melirik jam dinding di hadapannya, nyaris pukul 11 malam ketika Jungkook mendengar pintu apartemennya terbuka.
Pria dengan kulit seputih susu dengan rambut sekelam malam memasuki ruangan dengan diam, seolah tidak menyadari ada Jungkook di sana. Kemejanya terlihat berantakan, jas hitam yang tadi pagi dipakainya kini menyangkut di lengannya bersama dengan tas laptop yang dijinjingnya.
Wajahnya terlihat begitu lelah dan rambut serta kemejanya basah karena keringat. Celananya sedikit bernoda coklat karena debu atau mungkin tanah. Terlihat begitu berantakan untuk ukuran pria yang baru pulang bekerja.
"Hyung, kenapa baru pulang?" Tanya Jungkook pelan.
Kekasihnya sedikit terlonjak menyadari Jungkook menunggunya di ruang tamu.
"Sudah makan?"
Kekasihnya mengangguk kecil.
Jungkook menyadari perubahan itu. Ia sudah tinggal bersama pria ini hampir selama 3 tahun. Dan Jungkook cukup memahami pria itu.
"Ada apa?" Tanya Jungkook pelan kemudian menarik kekasihnya ke dalam pelukannya sebelum kekasihnya terduduk patuh di sofa berwarna peach di ruang tamunya.
"Tidak ada apa-apa."
Jungkook menyadari noda kemerahan di lantai. Tahu benar jika noda itu adalah darah. Dengan panik ia mengecek telapak kaki kekasihnya. Kekasihnya berusaha menutupi luka-luka di telapak kakinya menggunakan telapak tangannya yang mungil.
"Tidak apa, Jungkookie," kekasihnya menyunggingkan senyum kecil, "maaf ya aku mengotori lantai."
"Ada masalah apa, Hyung?" Tuntut Jungkook.
Kekasihnya memang begini. Jungkook tahu kebiasaan kekasihnya yang sering berlari di jalanan tanpa mengenakan alas kaki jika kekasihnya ini sedang gusar atau banyak pikiran.
"Tidak ada. Sungguh."
"Lalu kenapa kau berlari sampai kakimu berdarah begini?"
Kekasihnya memasang senyuman halus, "Ada hal yang mengangguku."
"Apa itu? Kau bisa menceritakannya padaku, Hyung. Demi Tuhan, berhenti menyakiti dirimu sendiri." Desah Jungkook ketika melihat kaki kekasinya meneteskan darah ke lantai.
"Tidak perlu. Aku sudah selesai memikirkannya."
"Kakimu terluka. Tunggu sebentar, akan kuobati."
Kekasihnya menahan pergelangan tangan Jungkook, "Tidak perlu. Nanti saja kalau aku sudah selesai mandi."
Jungkook membuang nafas keras, "Baiklah. Kau mau secangkir coklat hangat?"
Kekasihnya mengangguk kecil sebelum mencuri satu kecupan di rahang Jungkook.
"Aku mandi dulu, ya." Pamitnya.
Jungkook mengangguk. Tangannya terulur meraih tas jinjing berisi laptop milik kekasihnya ketika kekasihnya berujar pelan, "Maaf ya, darahku mengotori lantai. Nanti selesai mandi kubersihkan."
Jungkook hanya tersenyum dan memandang punggung kekasihnya yang basah, "Tidak apa, Hyung. Biar aku yang bersihkan. Dan hentikan kebiasaanmu berlari tanpa alas kaki ketika sedang banyak pikiran, Hyung. Kau menyakiti dirimu sendiri."
Kekasihnya terkekeh sembari melepas dasi, "Aku tidak bisa sayangnya."
Kekasihnya menggulung dasi yang dikenakannya di tangan kanannya, "Kudengar Taehyung sudah kembali dari Jepang."
Mendengar nama itu membuat bahu Jungkook menegang. Kim Taehyung, cinta pertamanya yang memilih mencapakannya dan memilih pria lain yang dikenalnya di Jepang 3 bulan setelah Taehyung mulai menjalani pendidikannya di Universitas Tokyo.
"Dari mana kau tahu, Hyung?" Tanya Jungkook refleks.
Kekasihnya mengangkat bahu ringan sembari mulai berjalan menjauhi Jungkook, "Well, aku tadi ada pertemuan dengan client, dan aku melihatnya di Coffe Shop di daerah Gangnam."
Paras Jungkook memucat.
"Aku melihatnya sedang berciuman denganmu." Lanjutnya kemudian.
Jungkook sangat terkejut. Kekasihnya sudah berlalu meninggalkan Jungkook yang termanggu pada posisinya saat itu.
Ketika ia melihat noda darah di lantai, ia merasakan betapa sakitnya luka itu.
Terlebih mungkin luka di hati yang kekasihnya rasakan.
"Ah iya, Jungkookie," kepala kekasihnya menyembul dari pintu, "kalau kau jatuh cinta lagi pada mantan kekasihmu, tinggalkan saja aku," kemudian kekasihnya berjalan menuju kamar mandi, "sepertinya selama tiga tahun ini aku telah gagal membuatmu jatuh cinta. Kita bisa batalkan pertunangan kita," kekasihnya mengangkat bahu kecil, "kau tahu aku tidak ingin memenjarakanmu pada hubungan yang tidak kau sukai. Aku bisa bertahan ribuan tahun tanpa cintamu dan tetap mencintaimu. Tetapi kurasa aku tidak bisa bertahan dengan kau yang seperti itu. Tinggalkan saja aku dan berbahagialah bersama Taehyung."
Jungkook merasa pedih. Kakinya tidak terluka, tetapi ia seolah kehilangan semua tulang yang menyangga tubuhnya.
Tubuhnya jatuh terduduk dan menangis pilu.
Bohong jika ia bilang bahwa ia tidak jatuh cinta pada kekasihnya lebih dalam daripada cintanya pada mantan kekasihnya dulu.
x
x
x
Jungkook tertawa riang. Taehyung masih sama menggemaskannya dengan dulu ketika ia masih SMA. Bagaimana cara Taehyung tertawa, cara Taehyung bicara, atau cara Taehyung menggodanya dengan menggigit bibir bawahnya sendiri, semuanya masih sama seperti dulu.
Seperti saat mereka masih berpacaran dulu.
"Apa tidak apa-apa kalau kita sering bertemu begini saat Jimin bekerja?" Taehyung mengaduk Caramel Lattenya perlahan.
"Tidak," Jungkook tersenyum senang ketika jemari Taehyung menggenggam jemarinya ringan, "ia tidak akan tahu. Selama kau tidak bicara, baik Jimin maupun Sasori kekasihmu tidak akan mengetahuinya."
Taehyung menyisir poni pirangnya halus, "Bagaimana ini? Aku jatuh cinta lagi pada mantan kekasihku padahal aku sudah bertunangan."
Jungkook terkikik, "Sama. Aku juga jatuh cinta lagi pada mantan kekasihku."
Lalu keduanya tersenyum. Ketika jemari Taehyung mengusap pipinya dan secara alamiah membuat Jungkook semakin mendekat dan melebur dalam sebuah ciuman memabukkan di belah bibir keduanya.
Tanpa mereka ketahui, di sudut barat sana ada seonggok hati yang terbakar.
Remuk karena pengkhianatan.
"Kenapa, Jungkookie?"
x
x
x
x
Ini sampah saya tahu.
Maapkeun..
Warm Hug,
December D.
