I'm Sorry

.

Byun Baekhyun – Park Chanyeol

And OCs

.

(!) Genderswitch (GS)

Family, Drama, Hurt/Comfort

.

.

Byun Baekhyun. Wanita yang masih tetap cantik di usia yang sudah berkepala tiga dengan keramahan dan sikap ke ibuannya ini sedang berkutat di depan laptop dengan berbagai berkas di mejanya. Hari ini akan ada meeting penting bersama salah satu kolega kolega bisnisnya dan sebagai seorang Direktur, Baekhyun menyiapkan semua materi untuk rapat hari ini.

Knock Knock

Mendengar suara ketukan pada pintu ruangannya, Baekhyun segera mempersilahkan orang yang mengetuk pintu untuk masuk. Kim Jongdae selaku asisten pribadinya memberi salam dan berjalan menghampirinya yang tengah duduk di kursi kebesarannya.

"Ada apa Kim?" Tanya Baekhyun yang masih terfokus dengan berkas berkasnya."Tuan muda ingin bertemu anda," Baekhyun menatap Jongdae dengan alis bertaut lalu ia menganggukan kepala tanda meminta asistennya untuk mempersilahkan sang tuan muda masuk. Jongdae pun berjalan keluar, tak lama setelah itu seorang pria bersurai hitam legam dan seragam sekolah memasuki ruangannya dengan decakan malas.

"Tck. Aku putramu, haruskah aku menunggu untuk masukkeruangan Ibuku?" Park Sehun. Sang tuan muda berjalan kasar memasuki ruangan dan langsung mendudukan tubuhnya pada sofa di ruangan Baekhyun. Sang Ibu. Sedangkan Baekhyun hanya menggelengkan kepala lalu kembali terfokus dengan pekerjaannya.

"Aku tidak memberi pengecualian pada siapapun, sekalipun kau anakku. Sekarang ada apa? Dan setauku sekarang ini masih jam sekolah?" Sehun hanya menatap malas sang Ibu,"Sekolah menyuruh muridnya untuk pulang lebih awal, dan meliburkan sekolah sampai dua minggu kedepan."

"Lalu kenapa kau sendiri?"

"Ah, anak itu sedang membersihkan kelas karena hari ini jadwalnya, jadi aku pulang lebih dulu."

"Dan membiarkan adikmu pulang sendirian?"

"Jika Eomma lupa, ia punya ponsel. Jadi, ia hanya perlu menghubungiku jika ia ingin pulang." Baekhyun yang masih fokus dengan pekerjaannya hanya menganggukan kepala mengerti. Setelah saling terdiam beberapa menit, Sehun berjalan kearahnyadan mendudukan diri di bangku yang terdapat tepat di hadapannya.

"Eomma mendengarnya?" Baekhyun mengalihkan tatapan dari berkas dihapadannya dan menatap Sehun bertanya, "Tadi aku mengatakan jika sekolah diliburkan selama dua minggu kedepan," Baekhyun hanya mengangguk mengerti lalu kembali mengerjakan pekerjaannya.

Decakan malas terdengar, Baekhyun kembali menatap putranya yang sedang bersandar pada kursi dan memutarnya tidak karuan.

"Jadi ada apa?" Sebagai seorang Ibu, ia tahu jika putra sulungnya sedang merajuk. Remaja ini memiliki sifat yang keras, jadi jika ia merajuk itu jelas sangat terlihat.

"Aku merindukan Appa," Sehun berhenti memutar kursi dan menatap Ibunya, sedangkan yang di tatap hanya berdeham kecil lalu merapikan berkas berkas dimejanya.

"Sudah jam makan siang, ayo kita makan bersama, pangeran tampan." Baekhyun menarik Sehun untuk bangkit dan merangkul tubuh putranya.

"Tck, pengalihan lagi." Sehun berdecak pelan, dan Baekhyun mendengar itu tapi ia menghiraukannya dan hanya membawa putranya itu menuju Cafetaria kantor.

.

.


.

.

Dengan langkah malas, gadis itu berjalan melewati lorong sekolahnya. Beberapa menit yang lalu ia baru selesai merapikan kelasnya. Sebenarnya itu tidak melelahkan, karena jadwal piket kelas diisi dengan lima orang, tapi, karena manusia sialan –ia malas menyebut teman- itu melarikan diri dengan cepat alhasil ia membersihkan kelas seorang diri. Dan itu sangat melelahkan. Setengah jam ia habiskan untuk membersihkan kelas, dan hanya dengan setengah jam juga sekolahannya sudah terlihat sepi.

Gadis berseragam putih dengan blazer berwarna biru dongker itu terus berjalan hingga ke tempat parkir sekolah, langkahnya terhenti, ia terdiam dan melihat sekitar yang sudah tidak ada satupun kendaraan yang terpakir disana. Rahangnya mengeras dengan kedua tangan terkepal erat ia berjalan meninggalkan parkir sekolah.


Baekhyun dan Sehun menikmati makan siangnya dengan santai, banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka. Wajah tampan Sehun membuat para karyawan perusahan Baekhyun terhipnotis dan wanita itu hanya terkikik melihat Sehun yang merasa tidak nyaman.

"Pangeran Eomma benar benar sangat tampan." Sehun menatap Ibunya kesal, Ibunya pasti menertawakannya jika sudah seperti ini.

"Eomma tau?" Baekhyun menatap putranya bertanya dengan mulut yang penuh makanan lalu menggelengkan kepala agar putranya melanjutkan perkataan.

"Luhan cemburu dengan Eomma."

Uhhuk Uhhuk

"Eomma kau menjijikan!" Teriak Sehun saat Baekhyun menyemburkan nasi ke arahnya, sedangkan Baekhyun segera meneguk air dengan pelan dan sesekali memukul dadanya karena sesak akibat tersedak.

"A-apa uhhuk?" Sehun hanya menatap malas Ibunya dan memberi air lagi kepada Sang Ibu. Dengan segera Baekhyun kembali meminum air dan menenangkan dirinya.

"Kau bilang kekasihmu cemburu pada Eomma? Bagaimana bisa?"

"Eomma ingat saat aku mengantar Eomma ke supermarket?" Baekhyun terdiam sebentar untuk mengingatnya dan menganggukan kepala setelah ia ingat sekitar tiga hari yang lalu ia meminta Sehun menemaninya untuk berbelanja.

"Luhan melihatku bersama Eomma. Dia menamparku dan menuduhku berselingkuh. Aku sudah berulang kali mengatakan jika aku bersama Eomma, tapi dia hanya bilang aku bohong dan tetap tidak percaya jika aku bersama Eomma." Baekhyun tertawa keras mendengar cerita putranya, bahkan terus tertawa sampai ia kembali tersedak. Dan Sehun hanya menatap malas ke arah Ibunya, terkadang ia juga bingung Ibunya tidak pantas di sebut Ibu dengan tingkah yang lebih kekanakan darinya.

"Apakah Eomma masih terlihat masih muda? Bahkan Eomma masih pantas untuk berjalan bersama pria remaja sepertimu? Hahah," Baekhyun menangkup wajahnya dan tersenyum cantik ke arah Sehun, Sehun yang melihat tingkah Ibunya hanya berdecak kesal.

PLAK

"Sial! Apa yang-"

"Oppa jahat meninggalkanku di sekolah. Aku sudah mengatakan padamu untuk menungguku, kau kejam. Karena kau, aku harus memanggil taksi. Aish menghabiskan uang sakuku." Sehun mengelus kepalanya dan menatap sang adik kesal, sedangkan adik perempuannya itu duduk di samping Ibunya dan memeluk sang Ibu manja.

"Eomma, Oppa benar benar jahat padaku." Baekhyun hanya mengelus rambut putrinya lembut, "Tadi eomma juga menanyakan keberadaanmu, lalu Oppamu bilang kau sedang ada piket kelas, jadi dia pulang lebih dulu dan akan menjemputmu jika kau menghubunginya,"

"Dan menyebalkannya ponselku mati,"

"Kau tidak mengatakan padaku jika ponselmu mati."

"Karena itu, tadi aku bilang kan tunggu! apa pendengaran Oppa mulai rusak?!" Park Sechan. Putri bungsunya berteriak membentak kakak laki-lakinya.

"Sechanie, Eomma tidak pernah mengajarkanmu berbicara dengan nada tinggi kepada orang yang lebih tua darimu. Itu sangat tidak sopan." Sechan semakin merapatkan wajahnya pada pelukan sang Ibu.

"Tunggu, tapi mengapa kalian berdua datang ke kantor Eomma? Tidak biasanya," Baekhyun menatap kedua buah hatinya. Mendengar pertanyaan Ibunya Sechan melepaskan pelukannya dan menatap sang Ibu dengan senyum merekah.

"Eomma ayo kita ke jepang!" Seru Sechan setelah melepaskan pelukannya, "Aku sudah memberikan hint tadi." Susul Sehun dengan datar setelah Sechan berujar.

Baekhyun yang mendengar hanya terdiam. Dia tau jepang yang di maksud putrinya, itu artinya mereka ingin menemui Ayah mereka. Baekhyun berdeham dan tersenyum ke arah Sechan dan Sehun.

"Baiklah, Eomma akan memesankan tiket untuk kalian berdua. Kalian bisa menghabiskan liburan kalian disana." Sechan menatap Baekhyun kesal, ia mempoutkan bibirnya dan memeluk kembali Ibunya. Sechan memang sangat manja pada Baekhyun, dan Baekhyun sangat menyukainya.

"Kita pergi bersama eomma." Baekhyun terdiam mendengar perkataan Sechan, namun setelah itu ia mengusak rambut Sechan gemas dan melepaskan pelukan putrinya.

"Dengar, Eomma harus bekerja sayang. Jika kalian ingin bertemu dengan Appa kalian, Eomma tidak melarang."

"Eomma hanya tinggal mengambil cuti untuk beberapa hari, lagipula perusahaan ini milik Kakek. Kakek tidak akan marah jika Eomma cuti untuk berlibur bersama kami." Sehun menatapnya dengan malas, sedangkan putrinya menatap Baekhyun penuh harap.

Ddrrrtt drrtt

Baekhyun menatap ponselnya yang bergetar dan melihat nama Ibunya, Baekhyun segera menjawab panggilan sang Ibu.

"Ne Eomma?"

'Baekkie, Anak anakmu libur sekolah selama dua minggu. Kau akan mengajak mereka kemana?'

"Eomma tau mereka libur sekolah?"

'Jangan lupa Sayang, Eomma pemilik dimana tempat Anak anakmu bersekolah.'

"Ah benar, mereka ingin berkunjung ketempat Ayahnya,"

'Jepang?'

"Ya, tapi mereka mengajakku. Eomma tau kan aku tidak bisa,"

'Kau akan menyuruh mereka berangkat bersama Junho lagi?'

"Seperti biasa."

'Tidak. Lebih baik kau ikut bersama mereka, bukankah kau mengatakan pada Eomma jika kau akan mencoba. Ini sudah hampir 12 tahun sayang,'

"Eomma tapi tidak sek-,"

'Eomma akan pesankan tiket untuk kalian bertiga. Sampai Jumpa Baekkie.'

Panggilan di putus begitu saja oleh Ibunya, Baekhyun menatap ponselnya kesal. Ibunya selalu saja bersikap sesuka hati.

"Yehey!" Sechan berseru senang saat melihat Ibunya selesai berbicara dengan sang nenek. Melihat wajah sang Ibu, Sechan tau jika neneknya pasti sudah memaksa Ibunya untuk ikut pergi bersama.

"Kenapa kau senang?" Baekhyun menatap putrinya aneh, dan Sechan hanya tersenyum lalu memeluk Ibunya senang.

"Nenek selalu tau apa yang kita inginkan." Ujar si sulung santai lalu tersenyum kecil.

Jongdae berjalan ke arah Baekhyun, memberitahu Baekhyun jika meetingnya akan segera di mulai. Dengan senyuman manis Baekhyun menyuruh Anak anaknya untuk kembali ke rumah bersama Junho setelah Baekhyun menghubungi Junho Asisten pribadi Anak anak untuk menjemput dan mengantarnya ke rumah dengan mobil yang Sehun bawa. Setelah mereka berpamitan pulang, Baekhyun segera menuju ruangannya dan bersiap untuk meeting hari ini.

.

.


.

.

Baekhyun baru saja sampai di kediamannya, dengan gerakan pelan dan hati hati Baekhyun membuka pintu utama, ia hanya tidak ingin membangunkan Anak anaknya yang mungkin sudah tidur mengingat ini sudah hampir tengah malam. Setelah membuka pintu, Baekhyun langsung berjalan menuju dapur untuk menghilangkan rasa lelahnya dengan membuat susu hangat. Saat ia berjalan menuju ruang tengah ia dikejutkan dengan kedua anaknya yang sedang menonton televisi. Baekhyun berjalan mendekat dan melihat putrinya yang sedang bersandar pada bahu Sehun dengan mata yang setengah terpejam.

"Kalian belum tidur?" Mendengar suaranya, Sechan bangun dari bersandar pada bahu Sehun dan berjalan ke arahnya.

"Kenapa eomma pulang larut?" Sechan memeluk tubuh Ibunya erat. Sehun bangun dan mematikan tv lalu berjalan ke arah Ibu dan Adiknya.

"Aku sangat mengantuk, eomma sudah datang. Sekarang aku akan tidur, selamat malam." Sehun bejalan meninggalkan dua wanita cantik itu menuju kamarnya. Hanya karena adik perempuannya meminta ditemani menunggu Ibunya pulang, ia harus terjaga sampai tengah malam dan saat ini ia benar benar mengantuk.

"Kalian menunggu Eomma?" Sechan mengangguk dalam pelukannya."Sechan ingin tidur bersama eomma, jadi Sechan minta oppa menemaniku untuk menunggu eomma pulang." Baekhyun tersenyum sedih, ini sudah hampir tengah malam tetapi mereka menunggu kepulangannya. Terkadang terfikir dipikirannya untuk berhenti bekerja, tapi jika ia berhenti tidak ada yang mengurusi perusahaan. Dan Baekhyun sangat dilema dengan itu. Perusahaan atau kedua Anaknya. Benar benar membuatnya pusing jika ia kembali memikirkannya. Dengan pelukan hangat, Baekhyun merangkul putrinya berjalan menuju kamarnya.

"Eomma akan mengganti baju terlebih dahulu, Sechan tidurlah, ini sudah sangat larut." Sechan menurut dan berbaring di atas kasurnya, dengan langkah pelan Baekhyun berjalan di walk in closet dan mengganti bajunya.


Baekhyun mengusap rambut Sechan lembut saat Sechan memeluk tubuhnya, Sechan lebih manja hari ini. Sebenarnya putrinya ini memang selalu manja, tapi tidak sampai sesering hari ini. Mengingat putrinya yang sudah berusia 12 tahun Baekhyun tersenyum geli jika Sechan akan merajuk manja padanya, Sechan tumbuh menjadi gadis yang cantik dan ceria. Sangat berbeda dengan putranya, walau hanya berbeda lima tahun tapi Baekhyun akui Sehun cukup tumbuh menjadi dewasa yang sangat menyayangi adiknya walaupun terkadang telibat perdebatan kecil. Baekhyun tahu Sehun menyayangi adiknya dan mengkhawatirkan adiknya.

Sehun benar benar cetak biru dirinya, sedangkan Sechan dia cetak biru Ayah mereka. Tetapi sikap mereka berbalik, Sehun mempunyai sikap seperti sang Ayah yang angkuh tapi sangat hangat, sedangkan Sechan ia seperti dirinya, sangat cerewet dan manja. Baekhyun menyayangi kedua anaknya, dan mereka juga mencoba mengerti keadaannya dengan tidak terlalu sering menyinggung tentang Ayah mereka terus menerus di hadapannya.

Baekhyun yakin mereka juga pasti ingin sering sering bertemu Ayah mereka, terutama Sechan. Bahkan hanya beberapa kali setahun Sechan bisa bertemu Ayahnya karena jarak dari Korea - Jepang yang cukup jauh. Dan rutinitas bertemu seperti itu juga hanya baru dimulai saat Sechan berusia enam tahun, lain dengan Sehun yang sampai umur lima masih bisa menghabiskan waktu bersama Sang Ayah. Dan rutinias Sehun bertemu dengan sang Ayah berkurang dimulai setelah satu tahun kelahiran Sechan, karena sejak saat itulah Ayah mereka memutuskan untuk pindah dan menetap di jepang.

Mereka juga terkadang akan mendapatkan bonus bertemu Ayah mereka jika Ayah mereka berkunjung ke korea untuk keperluan bisnis, tapi itu tidak terlalu sering.

Baekhyun terkadang juga merasa sedih, jika bukan karenanya, kedua anaknya tidak akan sesulit itu hanya untuk bertemu Ayah mereka. Baekhyun juga merasa bersalah, tapi ia juga tidak bisa berhenti bersikap egois. Hampir dua belas tahun seperti itu, Baekhyun merasa sangat bersalah kepada anak-anak dan Ayah mereka. Tapi sekeras apapun ia mencoba, tetap tidak bisa. Dan selalu gagal.

.

.


.

.

Sechan duduk di ruang makan dengan wajah mengantuk, sebenarnya Baekhyun menyuruh Sechan untuk kembali tidur tapi putrinya itu bilang ingin sarapan bersama. Jadi dengan wajah mengantuk, putrinya duduk di meja makan, menunggu Baekhyun menyelesaikan masakannya.

Baekhyun mencium pipi Sechan saat melihat putrinya tertidur di meja makan, dengan senyuman cerah Baekhyun menyiapkan sarapan Sechan dan susu strawberi untuknya.

"Setelah sarapan Sechan bisa kembali tidur," Sechan mengangguk dan memakan sarapan dengan sesekali menguap karena mengantuk.

"Besok kita akan berangkat ke jepang, jadi setelah tidur Sechan harus merapikan keperluan yang harus di bawa untuk bertemu Appa. Mengerti?" Sechan menganggukan kepalanya membuat Baekhyun tersenyum gemas. Matanya teralihkan saat melihat putranya yang berjalan kearah dapur.

"Eoh? Sehunie bangun?" Sehun mendudukan dirinya lalu sedikit menguap dengan wajah mengantuk seperti Sechan.

"Aku lapar." Baekhyun tersenyum dan menyiapkan piring dan membuat susu vanila untuk putranya.

"Eomma minta maaf, kalian jadi tidur larut karena menunggu Eomma," Baekhyun menatap sedih kedua anaknya dan yang di tatap hanya menganggukan kepala.

"Eomma sudah meminum vitamin? Semalam eomma pulang larut," Baekhyun menganggukan kepalanya dan mengusak gemas rambut putranya, ia sangat suka jika Sehun mengkhawatirkannya.

"Hari ini jangan menunggu eomma lagi, jika Sechan ingin tidur bersama eomma, Sechanie hanya perlu tidur di kamar eomma selagi menunggu. Mengerti?" Baekhyun mengusap wajah Sechan lembut dan mencium kening putrinya lalu berpindah pada kening putranya.


Baekhyun termenung di ruangannya, ia memikirkan apa yang harus ia lakukan besok saat bertemu Ayah anak anak. Rasanya Baekhyun tidak ingin sekali bertemu dengannya -walaupun sebenarnya ada perasaan rindu yang melingkupinya, tapi mengingat tatapan berharap Sechan, Baekhyun jadi tidak enak untuk menolak. Dan saat mendengar perkataan Ibunya kemarin, memang ada benarnya juga, lagi pula ini sudah hampir dua belas tahun, bukankah seharusnya ia sudah bisa melupakan dan mencoba bersikap seperti biasa? tapi nyatanya ingatan itu selalu berputar di otaknya, dan membuat Baekhyun tetap pada keegoisannya sendiri tanpa memikirkan perasaan kedua anaknya dan terutama, bagaimana perasaan Ayah anak anaknya.

BRAK

"Yak! Bahkan Orangtuamu harus menunggu ijinmu untuk keruanganmu?!" Nyonya Byun atau Byun Heechul memasuki ruangan Baekhyun dengan sangat kasar dan memberi salam dengan lengkingan kerasnya. Meskipun diumur yang sudah berkepala lima, wanita paruh baya itu tetap saja memiliki suara lengkingan yang menyakiti telinga.

"Aku memang memperketatnya, benar benar tidak ada pengecualian. Memang ada perlu apa eomma berkunjung ke ruanganku?" Baekhyun menatap sang Ibu yang menatapnya tajam, dengan kasar Heechul menduduki kursi di depan Baekhyun dan meletakan amplop coklat di atas meja dengan kasar.

"Eomma sudah mengurusnya, eomma juga sudah menghubungi Chan- ah maksudku Ayah mereka untuk menjemput kalian di bandara." Baekhyun mengambil amplop itu dan membukanya, melihat ada tiket pesawat dan pasport untuk Anak anaknya lalu meletakannya kembali ke atas meja.

"Apakah aku harus pergi juga?" Heechul menatap putrinya, sebenarnya tidak seharusnya ia memaksa Baekhyun untuk pergi, tapi karena Baekhyun sudah terlarut terlalu lama membuat ia memilih memaksa putrinya untuk ikut pergi bersama Cucu cucunya bertemu Ayah mereka.

"Yakinkan dirimu sendiri sayang, jika semua akan baik baik saja. Dan berhentilah egois, cobalah pikirkan bagaimana perasaan anak anakmu dan juga menantuku," Heechul menggenggam tangan putrinya meyakinkan, Baekhyun hanya tersenyum kecil dan membalas genggaman sang Ibu pada jemarinya.

"Aku akan berusaha."

.

.


.

.

"Hey cucu cucuku," mendengar lengkingan dari suara yang sangat di kenalnya Sechan segara bangun menuju pintu utama dan melihat neneknya yang baru saja masuk kedalam rumah.

"Nenek~" Sechan menerjang neneknya memeluk dengan sangat erat, sampai membuat neneknya agak sedikit limbung karena menahan berat badannya. Ingat, Sechan sudah cukup besar bukan lagi seorang balita.

"Kau semakin besar dan berat." Sechan hanya tersenyum lebar dan membantu neneknya membawa kantong kantong yang berisi bahan bahan makanan.

"Nenek berbelanja?" Heechul mengangguk dan mengeluarkan barang belanjaannya.

"Dimana Oppamu?"

"Di kamar,"

"Ia belum bangun sedari tadi?"

"Tidak nenek, Oppa sedang bermain games di kamarnya." Heechul menganggukan kepalanya mengerti, lalu mengeluarkan barang belanjaannya satu persatu. "Nenek akan memasak?" Heechul mengangguk dan di susul dengan seru kegirangan Sechan, Sechan sangat suka jika belajar memasak bersama nenek di banding dengan Ibunya. Karena saat bersama Ibunya Sechan hanya akan menonton sang Ibu memasak bukan membantunya.

"Sekarang kupas bombay dan potong paprikanya tapi sebelum di potong cuci terlebih dahulu, mengerti putri cantik?" Sechan mengangguk. Ia segera melakukan apa yang disuruh neneknya, sampai kehadiran kakaknya berjalan santai menuju dapur membuat Sechan menatapnya, lalutanpa berkata apapum Sechan yang tau apa yang di inginkan kakaknya segera menyiapkanair minum dan memberikan kepada Sehun.

"Terimakasih. Kenapa nenek mengacak dapur?" Tolong ingat, Sehun mempunyai wajah datar nan angkuh dengan mulut yang berbicara seadanya dan singkat. Sechan terkikik mendengar penuturan sang kakak, sedangkan sang nenek menatap malas ke arah Sehun. Dan lebih memilih tetap fokus pada masakannya.

.


.

"Selamat Makan," Sechan berseru senang lalu melahap makanan yang ia dan neneknya buat. Sehun ikut menikmati dalam diam. Heechul menatap mereka senang, sudah lama juga tidak bertemu Cucu cucunya.

"Enak?"

"Sangat enak~ Masakan nenek yang terbaik!" Heechul senang mendengar nada riang Sechan, Sechan benar benar cetak biru Ayahnya tapi sikapnya benar benar persis seperti Baekhyun putrinya. Sangat kekanakan.

"Sehun tidak komentar?"

"Untuk apa? Masakan nenek selalu enak bukan?" Heechul berdecak kesal, lalu setelah itu tersenyum dan tertawa. "Jika seperti ini, aku serasa makan bersama putri dan menantuku. Benar benar." Wanita paruh baya itu tertawa jika mengingat bagaimana Sehun berbicara tadi, persis seperti Ayah mereka.

"Tapi Appa tidak seperti Sehun oppa, Appa sangat baik tidak seperti Sehun Oppa yang menyebalkan." Heechul tertawa mendengar penuturan Sechan.

"Tentu ia akan bersikap baik pada anak anaknya, tapi jika kau tau bagaimana watak Ayahmu, kau akan menyadari jika darah Ayahmu benar benar mengalir kental pada Oppamu ini." Sechan dibuat bingung dengan perkataannya, sedangkan ia yang melihat tatapan bingung Cucunya hanya tersenyum ke arah Sechan dan mengusak rambutnya gemas.

"Kalian menyiapkan hadiah untuk Ayah kalian?" Sechan mengangguk antusias sedangkan Sehun mengangguk santai.

"Nenek juga ingin menitipkan hadiah untuk Ayah kalian, bisa kalian berikan padanya besok?"

"Sechan akan memberikannya pada Appa, nenek berikan saja pada Sechan." Heechul mengangguk dan tersenyum.

Setelah menyelesaikan makan siang, Sehun membantu merapikan meja makan dan mencuci piring kotornya. Sechan membersihkan sampah sampah sisa neneknya memasak, sedangkan sang nenek hanya memperhatikan mereka.

Heechul sangat bangga dengan Sehun dan Sechan, mereka memang sangat patuh dan penyayang, nyonya Byun terkadang berterima kasih kepada putri dan menantunya sudah memberikan cucu yang sangat sangat sempurna.

.

Setelah merapikan dapur, Sechan mengajak neneknya kekamar untuk membantu mengemas barang bawaannya besok. "Nenek memberikan apa untuk Appa?" tanya Sechan kepada neneknya yang sedang mengemasi barang miliknya.

"Appamu sangat suka Kimchi buatan nenek, jadi nenek membuatkannya untuk Appamu," Sechan hanya menganggukan kepalanya dan kembali melanjutkan pekerjaan merapikan kembali kopernya, dan setelah itu ia menyiapkan koper Ibunya.

.

.


.

.

Baekhyun baru saja menyelesaikan pekerjaannya, hari ini ia tidak pulang selarut kemarin. Tidak banyak pertemuan dengan klien yang membuat Baekhyun tidak pulang larut, sekarang masih pukul tujuh malam, dengan segera ia merapikan mejanya untuk kembali kerumah. Saat sedang merapikan barang barang, ponselnya berbunyi tanda ada pesan masuk.

Satu pesan masuk dari Chanyeol.

'Aku denger kau akan datang? Jangan memaksakan diri Baek, biarkan anak anak datang bersama junho seperti biasa. Aku tidak ingin kau merasa tidak nyaman berada didekatku.'

Baekhyun menggenggam ponselnya erat, kenapa rasanya sangat sesak, bahkan itu hanya sebuah pesan, mengapa rasanya sangat sangat sesak. Baekhyun kembali duduk di bangkunya, kembali membaca pesan itu berulang kali dan menggumamkan nama sang pengirim dengan parau.


Baekhyun dengan lemas berjalan memasuki pekarangan rumahnya, kepalanya terasa pening. Baekhyun segera mengambil segelas air dan meneguknya kasar lalu terduduk di meja makan dan mengusak wajahnya kasar. Kepalanya benar benar pusing dan ia juga merasakan mual yang membuat tubuhnya semakin lemas.

"Eomma pulang larut lagi?" Mendengar suaru putranya, Baekhyun segera beranjak dan menatap Sehun yang berjalan ke arahnya dengan tatapan datar. Ya, setelah mendapatkan pesan dari Chanyeol, Baekhyun terus terdiam dibangku kebesarannya hingga pukul sebelas malam.

"Eomma terlihat pucat," Sehun berjalan ke arah pentry dan membuka salah satu lemari mengambil vitamim untuk Ibunya dan mengisi gelas yang digunakan Ibunya minum sebelumnya dengan air mineral.

"Minumlah," Baekhyun menatap Sehun lalu tersenyum dan meminum vitamin yang diberikan putranya.

"Terimakasih sayang, mengapa kau belum tidur?" Baekhyun mendudukan dirinya di samping Sehun, mengelus surai Sehun dengan lembut sedangkan Sehun hanya terdiam menatap Ibunya dengan tatapan datar.

"Maaf jika aku sudah memaksa eomma, aku tahu eomma tidak bisa. Jadi biarkan aku dan Sechan saja yang bertemu dengan Appa besok," Baekhyun menatap Sehun dalam, mengelus wajah Sehun dan tersenyum.

"Eomma tidak memaksakan diri sayang."

"Eomma tidak terlihat baik baik saja,"

"Hey eomma baik baik saja, lagipula eomma juga merindukan appamu."

"Eomma, kau bisa membohongi Sechan tapi tidak denganku. Tapi percayalah eomma, Aku mencoba mengerti dan lebih baik eomma tidak usah datang, lagipula appa juga memaksaku untuk tidak datang bersama eomma, appa bilang lebih baik aku tidak datang daripada aku harus datang bersama eomma." Sehun menatap Baekhyun tajam, Baekhyun mejauhkan tangannya dari surai Sehun dan terdiam di tempatnya. Memikirkan yang dikatakan Sehun, sungguh yang di katakan putranya benar. Ia memang terlalu memaksakan diri tapi jika tidak di paksakan ini semua tidak akan selesai. Dan akhirnya Baekhyun tersenyum dan menggenggam jemari putranya lembut. "Jika begitu, Sehun harus menjaga eomma." Baekhyun tersenyum hangat, Sehun hanya menatap Ibunya datar.

"Ayo tidur, ini sudah larut malam sayang. Besok kita akan berangkat pukul 10 pagi." Baekhyun menarik tangan Sehun menuju ke kamar putranya, Baekhyun mencium kening putranya dan memasuki kamar yang tepat berada di tengah antara kamar Sehun dan Sechan.

.

.

.

.

Sehun dan Sechan terlihat sedang sibuk berada di dapur, sekarang jam menunjukan pukul tujuh pagi, kedua kakak beradik ini sedang sibuk dengan acara memasaknya. Sechan yang akan membantu Sehun jika Sehun memerintahnya, mengikuti semua yang di katakan kakaknya dengan baik.

Cukup lama mereka memasak, akhirnya masakan mereka selesai dan siap di sajikan di meja makan. Sechan membuat susu strawberi untuknya dan Ibu lalu tidak lupa membuat susu vanila untuk kakaknya dan meletakan di meja makan dengan rapi.

Setelah selesai menyiapkan sarapan, mereka berdua kembali ke kamar mereka masing masing untuk membersihkan diri. Tidak beberapa lama, Sechan terlihat membuka pintu kamar dan berlari memasuki kamar kakaknya dengan terburu.

"Oppa kau masih mandi?" Sechan mengetuk lalu berteriak tertahan memanggil kakaknya yang berada di kamar mandi.

"Ada apa Sechan?! Kau mengganggu."

"Mian, oppa mandi saja dulu, Sechan akan menunggu di sini." Sechan duduk di kasur Sehun, ia datang ke kamar Sehun karena ingin meminta tolong Sehun untuk merapikan rambutnya. Ingat Sechan itu sangat manja, dan ia tidak bisa merapikan rambutnya seorang diri. Pasti ia akan meminta Ibu atau kakaknya untuk membantu merapikannya.

Drrrttt drrrttt

Sechan mendengar suara ponsel yang bergetar, itu pasti ponsel kakaknya, tapi ia tidak melihat dimana keberadaan ponsel sang kakak. Dengan segera ia mencari dimana letak ponsel Sehun dan ketemu, ponsel itu berada di sofa dekat tempat tidur Sehun.

Appa is Calling

Membaca nama Ayahnya, Sechan berjalan ke arah pintu kamar mandi dan memberitahu Sehun jika Ayah mereka menelpon, dan dengan malas Sehun hanya menyuruhnya untuk menjawab panggilan itu.

'Sehun-ah,'

"Appa ini Sechan,"

'Eoh? Hey Putri cantik Appa, dimana Oppamu?'

"Oppa masih di kamar mandi, Appa ada perlu apa? Appa bisa memberitahuku dan Sechan akan memberitahu Oppa,"

'Tidak ada apa apa, hanya ingin bertanya kapan kalian akan sampai, karena Appa sudah sangat merindukan kalian.'

"Sechanie baru saja selesai mandi, penerbangannya jam sepuluh pagi jadi kita akan sarapan terlebih dulu. Appa pasti sudah tidak sabarkan, karena kali ini kita bersama Eomma,"

'Appa sudah cukup senang bertemu dengan kalian berdua, Ahh Appa sangat tidak sabar bertemu, Appa merindukan kalian.'

"Sechan juga sangat merindukan Appa,"

'Yasudah, hati hati sayang.'

"Ne Appa."

Panggilan terputus dan tepat saat itu Sehun keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah rapi, Sechan menghampiri Sehun dan menyerahkan ponsel kakaknya.

"Apa yang di katakan Appa?" tanya Sehun setelah mengambil ponselnya dari tangan Sechan, "Menanyakan kapan kita sampai karena Appa sudah tidak sabar bertemu kita." jawab Sechan, yang berjalan tepat di belakang Sehun.

"Lalu apa yang kau lakukan di kamarku?"

"Ah Sechan lupa, biasa oppa, tolong bantu rapikan rambut Sechan." Sechan tersenyum kecil lalu memberikan sisirnya kepada Sehun dan meminta Sehun merapikan rambutnya. Tanpa berkata apapun Sehun mengambil sisir itu dan menyuruh Sechan untuk duduk di ranjang dan segera merapikan rambut Sechan.

.

.


.

.

Pria tampan dengan surai coklat madu itu memandangi jadwal kedatangan pesawat dengan tidak tenang, ia berkali kali mengecek jam tangan rolex di tangan kiri kekarnya. Park Chanyeol. Ia menghela nafas kasar, lalu menghirup dan membuangnya, menenangkan diri sendiri. Sungguh ia sangat gugup, wanita yang sangat di cintai, yang sangat ia rindukan, untuk pertama kali selama 12 tahun terakhir akan datang menemuinya. Sedikit informasi sekarang pukul sepuluh pagi sedangkan pesawat kedatangan korea akan tiba tiga jam lagi atau lebih tepatnya pukul satu siang, tapi karena terlalu tegang dan tidak sabar ia sudah berada di sana sedari tadi.

Saat pertama kali mendengar kabar jika Baekhyun juga akan ikut datang bersama kedua anaknya membuat Chanyeol dari kemarin tidak tenang, ia merasa senang sekaligus takut, takut jika hal yang sama terjadi kembali dan membuat pukulan batin untuk yang kesekian kali. Dan ia juga senang, tentu ia senang, kedatangan Ibu kedua anaknya itu akan menginap dirumahnya untuk waktu yang cukup lama. Sangat membahagiakan.

Dan untuk beberapa saat menunggu, akhirnya ia melihat. Melihat wanita-nya berjalan dengan troly koper bersama kedua putra dan putrinya, Chanyeol tersenyum bahkan matanya terlihat berkaca kaca saat melihat wanita itu, ia tidak berubah, ia tetap menjadi wanita yang selalu memiliki perasaannya secara utuh. Dan ketika tatapan mereka bertemu, Chanyeol tersenyum hangat tapi setelah itu hentakan keras di dadanya ia rasakan ketika Baekhyun memutus kontak mata dan mengalihkan wajahnya kearah lain. Chanyeol menundukan kepalanya, bibirnya tertarik sedikit karena senyum kecutnya, lalu airmata juga jatuh tanpa ia sadari yang dengan cepat menyekanya, kembali mengangkat wajahnya dan berjalan ke arah kedua putra dan putrinya. Sechan yang lebih dulu melihat kehadiran Ayahnya segera berlari dan memeluk sang Ayah erat.

"Appa!"

"Hey cantik, Appa merindukanmu." Sechan tersenyum, memeluk Ayahnya dengan erat, lalu membawa Ayahnya berjalan menuju Ibu dan kakaknya. Chanyeol menatap Sehun dan tersenyum lalu setelah itu menatap Baekhyun yang menunduk. Sehun melihat Baekhyun yang tertunduk segera menarik tangan Ibunya dan berjalan melewati Sechan dan Ayahnya.

"Appa bawakan koper kita, Ayo Sechan." Chanyeol menatap punggung Baekhyun yang berjalan di rangkulan putranya dan setelah itu membawa koper mereka menuju mobil.

.

.

Seperti biasa gadis periang nan cantik itu menceritakan banyak hal kepada Ayahnya, Sechan memang tergolong banyak bicara jadi akan sangat aneh jika Sechan hanya terdiam dan sangat biasa jika dia membuat bibirnya terus bergerak untuk menceritakan semua pengalamannya. Chanyeol mengemudi dengan pelan dan sesekali menanggapi semua cerita Sechan dan sesekali juga ia mengintip pada kaca mobilnya untuk melihat Baekhyun yang terdiam di kursi penumpang di belakang bersama Sehun. Chanyeol merasakan sesuatu mencengkram jantungnya dan itu membuatnya kembali tersenyum kecut. Menertawakan dirinya sendiri.

.

Tiga puluh menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di kediaman Chanyeol, Chanyeol melihat Baekhyun yang tertidur. Sehun menatap Ayahnya lalu tersenyum. Pria remaja itu keluar dari mobil dan membuka pintu bagasi mengeluarkan semua koper koper mereka dan menyuruh Sechan untuk membawa kopernya sendiri. Dengan pelan Sehun dan Sechan berjalan masuk kedalam kediaman Ayahnya.

Chanyeol menatap wajah tertidur Baekhyun, mengelus wajah cantik wanitanya. Baekhyun tertidur sangat pulas, wanita ini terlihat begitu lelah. Dengan gagahnya Chanyeol membawa Baekhyun pada gendongannya menuju kamar yang ia siapkan untuk wanita itu dengan hati hati. Setelah meletakan Baekhyun dengan nyaman di atas ranjang, Chanyeol kembali menatap mata yang tertutup itu, sungguh ia merindukan wanita ini. Terakhir kali mereka bertemu, Chanyeol juga hanya melihat keadaannya yang sedang terlelap.

Tidak pernah Chanyeol menemuinya dalam keadaan sadar. Mengingat hal itu kembali membuat Chanyeol merasakan sesak, perlahan airmatanya mengalir tanpa ia sadari, terus menatap wajah yang terlelap dengan damai itu lalu mengelus surai Baekhyun lembut.

"Aku merindukanmu sayang," Chanyeol mencium kening Baekhyun lembut lalu setelah itu berjalan keluar, tapi sebelum menemui kedua anaknya, Chanyeol menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Sungguh kehadiran Baekhyun membuat Chanyeol sangat berantakan dan terlihat lemah.

.


.

Mereka sedang berkumpul di ruang tengah, Sechan selalu bersemangat setiap kali ia menemui Ayahnya atau memang dasarnya saja Sechan selalu bersemangat. Chanyeol tersenyum senang melihat kedua anaknya disini, sudah lama mereka tidak kesini. Seingatnya, mereka terakhir kali mengunjunginya sekitar lima bulan yang lalu, dan Chanyeol benar benar berterimakasih kepada Ibu mertuanya memberi jadwal liburan yang membuat mereka bisa datang berkunjung, belum lagi dengan kehadiran Baekhyun.

"Appa, nenek menitipkan ini untuk appa," Sechan memberikan hadiah yang dititipkan oleh nenek untuk Ayahnya.

"Kimchi?" Sechan mengangguk dan tersenyum lebar.

"Nenek bilang, Appa sangat menyukai kimchi buatan nenek."

"Ya itu memang benar, awalnya Appa sangat tidak menyukai kimchi tapi saat nenek kalian memaksa sppa untuk memakannya appa langsung ketagihan. Tapi hanya kimchi buatan nenek kalian yang appa suka, jika yang lain appa akan merasa mual saat memakannya."

"Appa benar benar pemilih makanan seperti Oppa," Chanyeol hanya tertawa dan mencubit gemas pipi putrinya, salah satu kesukaannya mencubit pipi chubby putri cantiknya.

"Eomma pasti lelah makanya tertidur," ujar Sechan dalam rengkuhan ayahnya, saat ini mereka sedang terduduk di sofa ruang keluarga.

"Eomma kalian kan memang lelah, ia harus mengurus kalian dan bekerja. Tapi kenapa kalian memaksanya untuk datang?"

"Sechan hanya ingin berkumpul bersama appa, eomma dan oppa, seperti keluarga yang utuh, yang berkumpul bersama dalam satu rumah." Chanyeol mengusap surai hitam putrinya, Sechan menunduk merasa bersalah dengan memaksa Ibunya untuk datang dan melihat itu Chanyeol mengusap wajah Sechan dan mengangkat wajah putrinya untuk menatap kearahnya.

"Tidak apa sayang, tapi lain kali jangan terlalu memaksa eomma okay?" Sechan menanggukan kepalanya dan memeluk Ayahnya lalu menangis kecil. Karena terlalu nyaman di pelukan sang Ayah, tak lama setelah itu ia terlelap dan Chanyeol segera membawanya ke kamar.

.


.

Sekarang hanya tertinggal Chanyeol dan Sehun di ruang keluarga, dua pria tampan ini hanya terdiam. Chanyeol yang sadar akan keterdiaman Sehun menoleh dan mendekatkan diri duduk di samping Sehun.

"Ada apa denganmu? Kenapa menjadi begitu pendiam?"

"Apakah aku selalu seberisik Sechan? Akukan memang seperti ini," Mendengar itu Chanyeol tersenyum dan mengusak rambut Sehun kasar.

"Appa," Chanyeol menghentikan mengusak rambut Sehun dan menatap kedua mata putranya, lalu bergumam menjawab panggilan putranya.

"Apa eomma akan baik baik saja?"

"Mungkin tidak, entahlah Appa juga tidak tahu."

"Aku menyayangi- tidak, tapi kita, aku dan Sechan sangat menyayangi kalian." Ujar Sehun dengan pandangan lurus kedepan,

"Sudah seharusnya kau menyayangi kami, mau bagaimanapun kami orang tuamu. Dan sebaliknya juga seperti itu, Appa dan Eomma menyayangi kalian karena kalian buah cinta kami."

"Jadi, bukankah kalian seharusnya menyelesaikan masalah kalian? Karena mau bagaimanapun hubungan kalian sangat menggangguku dan Sechan," Chanyeol menghela nafas berat, lalu bersandar pada sofa dan menatap langit langit ruangan dengan tatapan kosong.

.

.


Chanyeol terdiam di samping ranjang Baekhyun yang terlelap, ia mengusap jemari dan mengelus perut istrinya yang sudah membuncit. Usia kandungannya sudah berada di bulan ke tujuh, dan sampai saat ini Chanyeol masih tidak mengerti apa yang terjadi dengan Baekhyun.

"Kau terlihat pucat dan semakin kurus, kau sedang hamil tapi mengapa tubuhmu terlihat kurus sayang? Aku sangat mengkhawatirkanmu," Chanyeol membelai surai hitam Baekhyun dengan lembut, menatap sedih wajah istrinya yang terlihat lemah.

Dokter mengatakan jika Baekhyun bisa saja kehilangan bayinya jika terus seperti ini, dan Chanyeol menatap nanar istrinya jika kembali mengingat perkataan dokter sebelumnya.

"Aku merasa tidak memiliki keadilan, aku merasa mendapatkan hukuman mati tanpa tahu apa kesalahanku, kau tiba tiba berteriak dan menyumpahiku. Aku merasa marah dan kecewa, bukan padamu melainkan pada diriku sendiri," Tangan besarnya ia dekatkan kepada pipi Baekhyun yang selalu menjadi incaran kegemasannya karena pipi yang chubby, tapi saat ini, bahkan pipi itu terlihat tirus, tulang pipinya terlihat membuat Chanyeol merutuk sendiri.

"Aku mungkin memang bodoh, karena aku tidak tau dimana letak kesalahanku. Tapi bisakah kau berhenti bersikap seperti ini? Ini menyakitiku sayang, sangat menyakitiku." Chanyeol menatap kembali wajah Baekhyun, menggenggam tangan istrinya lalu bangkit dari duduknya, sebelumnya ia mencium bibir Baekhyun pelan dan melangkah keluar dengan airmata yang tanpa terasa menetes dan membasahi wajahnya.

Chanyeol berjalan menuruni tangga kediaman keluarga Byun, ia melihat Ibu dan Ayah mertuanya sedang duduk di ruang tengah dengan tenang. Dengan langkah pelan Chanyeol berjalan menuju kedua mertuanya dan sedikit menunduk memberi salam kemudian duduk di hadapan mereka.

"Chanyeol-ah," Nyonya Byun memanggil Chanyeol, dan yang di panggil segera mengangkat wajah kemudian menatap kedua mata Ibu mertuanya. Byun Heechul.

"Ne eomma,"

"Kau tau apa yang menyebabkan putriku seperti saat ini?" Heechul melihat Chanyeol menggeleng lemah, setelah menghela nafas pelan Heechul menggenggam tangan Suaminya dan kembali melanjutkan pembicaraan.

"Baekhyun,.. dia mengatakan jika ia melihatmu sedang berciuman bersama wanita lain dikantormu," Chanyeol menatap Ibu mertuanya dengan alis bertaut, lalu setelah itu matanya yang besar membola merasa jika perkataan Ibu mertuanya adalah sebuah lelucon yang sangat aneh. Berciuman? Wanita lain? Bahkan untuk memikirkannya saja sungguh membuatnya muak.

"Apa yang sedang eomma bicarakan? Sungguh aku tidak mengerti."

"Kau tau apa yang aku katakan dengan jelas Chanyeol, kau tidak sebodoh itu untuk mengartikan perkataanku."

"Tidak! Aku bahkan tidak mengerti satu katapun yang eomma ucapkan tadi." Chanyeol berbicara dengan nada yang sedikit meninggi, terdengar seperti bentakan dan itu membuat Tuan dan Nyonya Byun menatap prihatin menantunya.

Byun Kangin atau Ayah Baekhyun, menghela nafasnya berat,

"Nak, coba kau pikirkan lagi, apakah yang di pikirkan putriku benar terjadi atau tidak. Bisa saja kau tidak menyadari ketika melakukannya," Chanyeol menunduk dalam, bahkan bahunya terlihat sangat lemah.

"Kau tau sendiri bagaimana Baekhyun mempunyai trauma dengan hal seperti ini, mungkin terkesan berlebihan, tapi putriku memang mempunyai perasaan yang begitu naif dan sensitif." Ujar Kangin melanjutkan, pria paruh baya itu menepuk bahu Chanyeol dan mencengkramnya pelan, berusaha memberi kekuatan untuk menantunya.

Dulu sekali, saat Chanyeol mencoba melamar Baekhyun untuk yang pertama kali, wanita itu hanya menangis dan menggeleng menolak. Awalnya ia tidak mengerti, mengapa kekasihnya bersikap seperti itu, tapi ketika Baekhyun menceritakan tentang kisah menyakitkan pernikahan salah satu kakak sepupu yang sangat Baekhyun sayangi, ia menjadi mengerti dan tahu bagaimana perasaan Baekhyun.

Kakak iparnya, berselingkuh. Pria itu membawa wanita lain kedalam rumah mereka, di saat kakaknya sedang mengandung buah hati mereka. Pertengkaranpun terjadi saat kakaknya tidak bisa mentolelir sikap kakak iparnya. Pengkhianatan yang ia lakukan sungguh melukainya luar dan dalam, hingga pada akhirnya merekapun bercerai. Tapi tak lama setelah itu, kabar buruk ia dapatkan dari Paman dan Bibinya jika Kakak sepupunya telah meninggal karena melakukan bunuh diri. Sejak kejadian itu, Baekhyun selalu menjaga jarak dari pria manapun. Ia seperti membangun benteng yang sangat tinggi untuk pertahanan dirinya.

Namun, empat tahun setelahnya Baekhyun di pertemukan dengan Chanyeol. Mereka mahasiswa di salah univertas jerman, karena mendapat teman yang berasal dari negara yang sama, mereka menjadi dekat hingga mereka berkencan. Hubungan mereka tidak selamanya baik, pasti ada bumbu perdebatan karena adanya perbedaan pendapat. Tetapi, itu tidak membuat hubungan mereka berakhir begitu saja, pertengkaran mereka selalu terselesaikan entah Baekhyun yang mengalah ataupun Chanyeol yang mengalah.

Dan kembali ketika Chanyeol melamar Baekhyun, ia benar benar butuh perjuangan saat ingin mendapatkan hati Baekhyun untuk membawa hubungan mereka pada jenjang yang lebih serius. Pernikahan. Wanita itu masih berpegang teguh dengan segala ketakutan atas sebuah pengkhianatan. Berulang kali, Chanyeol membuktikan ketulusan dan keseriusannya pada Baekhyun, meyakinkan wanita itu jika ia sudah teramat jatuh akan perasaan cintanya pada Baekhyun.

Hingga, Baekhyun mengangguk dan menggenggam tangannya. Chanyeol tersenyum senang, tubuhnya bahkan terasa akan meledak karena terlalu baghagia. Dan pernikahan mereka pun terjadi. Pernikahan yang sangat membahagiakan.


.

.

TBC

.

.

Sebelumnya, ff ini pernah di publish dengan judul yang sama 'I am Sorry'. Storynya aku hapus karena berkasnya hilang bersama ponselku yang juga hilang, jadi akhirnya aku buat lagi dengan tema cerita yang sama cuma sedikit banyak perubahan.

Terimakasih yang udah mau sempetin baca story penuh drama ini ;D

Mohon Kritik dan sarannya ^^

.

.

.