.
.
Barista
presented by RFionn
BTOB belongs to God, their parents, and Cube Ent.
Pairing : ChangJae (Changsub-Sungjae)
Warning : typo(s), OOC, AU, Yaoi
.
Don't Like, Don't Read!
.
.
Happy Reading~
14.00 KST, "B" University
"Berhentilah main-main, Sungjae-ya. Kena karma baru rasa."
Pemilik nama baru saja melempar seringai dan wink pada tiga gadis yang kebetulan melewati meja mereka, tentu saja ketiga yeoja itu termakan godaan si namja Yook dan asyik cekikikan setelahnya. Sungjae tersenyum puas dan mengembalikan atensinya pada seseorang di hadapannya.
Pemuda bernama lengkap Yook Sungjae itu mengibaskan tangan. "Ey hyung bicara apa, mana mungkin aku main-main–"
"Disaat orientasi seksmu sudah menjadi rahasia publik, kau masih berusaha mengelak bahwa kau tidak main-main dengan para yeoja seantero kampus?" sindir pemuda yang lain, menghasilkan kernyitan tak mengerti di dahi Sungjae.
"Heol Yook, bersyukurlah kau tidak dikaruniai wajah jelek." lanjutnya jengkel.
"Rahasia publik? Apa maksudmu, Ilhoon-hyung?"
Jung Ilhoon, pemuda itu membelalakkan matanya tak percaya. Bagaimana bisa si dorai (weird) ini tidak tau bahwa dirinya sempat hangat menjadi buah bibir seluruh kampus perkara orientasi seksnya yang tidak bisa dibilang 'normal' itu?
"Dari pada itu," tiba-tiba suara lain terdengar, pemilik suara itu melingkarkan lengannya yang berkulit tan di sekeliling bahu Ilhoon. Bahkan pemuda tan itu dengan berani mengecup pipi putih bak susu milik namja Jung yang terkenal dengan kebenciannya akan 'skinship'. Sungjae yang menyaksikan tingkah sok romantis kedua sunbaenya itu hanya mampu menggumam 'dasar loverbirds' dengan volume suara sepelan mungkin. "Mari mengunjungi Minhyuk-hyung, kita lihat seberapa suksesnya ia dengan jabatan manajernya itu."
"Lalu mau apa, hyung? Kau ingin minta traktir?" tukas Ilhoon cuek.
Pemuda Lim itu mendaratkan pantatnya di samping Ilhoon. "Ani. Aku ingin mengadu seberapa lebar matanya setelah dua tahun tak bersua."
Ilhoon mengangkat alisnya heran, "Tidak adakah kerjaan lain? Bukannya mata hyung telah terbukti lebih... sipit?" tanyanya dengan nada sedikit mencela.
"Intinya, aku akan ke cafe tempat Minhyuk -hyung. Kau harus ikut, sayang. Aku tidak menerima penolakan." putus Hyunsik final, "Kau juga ikut, Sungjae-ya." imbuhnya lalu beranjak meninggalkan tempat. Meninggalkan Ilhoon dan Sungjae yang menggelengkan kepala tak percaya dengan sifat dominasi milik Hyunsik.
Namja dengan tinggi badan 180cm itu kemudian berdehem. "Siapa itu Minhyuk-hyung?"
"Minhyuk-hyung itu sunbae kami dari SMA, ia alumni kampus kita juga. Dulu aku juga tau Minhyuk-hyung tetapi tidak dekat dengannya, hanya Hyunsik-hyung yang dekat karena menggeluti hobi yang sama."
"Jadi begitu."
"Begitulah," Ilhoon menyeruput colanya, "Jadi, dari mana kita tadi?"
"Dwaess-eo (sudahlah), hyung. Aku normal, omong-omong."
.
.
.
18.00 KST, 'Melody' cafe
Selepas perkuliahan, berakhirlah mereka bertiga disini, cafe Melody, tempat dimana Minhyuk bekerja. Biasanya, Hyunsik hanya datang seorang diri kemari, namun hari ini ia berubah pikiran. Bukannya apa, hanya saja Hyunsik agak sedikit risih dengan kelakuan Lee Minhyuk yang doyan berlovey-dovey dengan kekasihnya yang seorang pelatih vokal ternama, Seo Eunkwang. Setidaknya risih itu pasti bisa terobati dengan adanya Ilhoon di sisinya, harapnya.
"Wah tempat ini cozy." Sungjae refleks mengedarkan pandangannya ke seluruh cafe yang didominasi warna putih dan pastel tersebut, pun dengan kursi melingkar yang cukup unik. Tidak ketinggalan sofa dengan bantal-bantal cantik beraneka warna yang membuat cafe ini terlihat comfy. Terdapat juga meja bar tempat para barista bekerja dilengkapi kursi tinggi dengan motif kuno.
"Kau tidak akan menyesal pernah mampir kemari." Hyunsik memamerkan eyesmilenya.
"Selamat da– eoh? Hyunsik-ah!"
"Nah kebetulan. Olaenman-i ne yo (lama tak jumpa), hyung!"
Seseorang yang ingin mereka temui, secara kebetulan muncul di hadapan mereka sehingga tidak perlu lagi mencari kesana kemari. Lee Minhyuk, sang manajer yang juga kebetulan sedang berkeliling –inspeksi, langsung menyapa mereka secara personal.
"Eoh." pemuda Lee itu tertawa kecil, kemudian atensinya berpaling pada kedua namja lain. "Aku tau ini Jung Ilhoon," katanya sembari menunjuk Ilhoon, "kekasihmu." jemarinya ganti menunjuk Hyunsik. Lalu seketika ia mengernyit pada pemuda yang paling tinggi disana, jempolnya terangkat menunjuk pemuda tersebut, "Geureohjiman, dangsin nuguseyo (Tapi, kau siapa)?" gumam Minhyuk.
"Yook Sungjae ibnida, junior Ilhoon-hyung dan Hyunsik-hyung." Sungjae membungkuk memberi salam pada Minhyuk, dan pemuda kecil tersebut membalasnya sama sopan sembari menggumamkan namanya.
"Ja, ayo duduk, kali ini aku traktir, Hyunsik-ah."
"Assa (Oh yeah)!"
.
.
.
Sungjae menghela napas yang sudah kesekian kalinya, ia bosan, demi Tuhan. Ketiga orang –yang sebelumnya salah satunya adalah Lee Minhyuk, sekarang malah ada kekasihnya yang menurut Sungjae kelebihan porsi di bagian tulang pipi– disana membicarakan topik seru –bagi mereka, tentu saja– dan seolah tidak membiarkan Sungjae ikut dalam arus pembicaraan sama sekali. Bahkan mereka tidak sadar kalau dirinya sudah minggat ke meja bar dari tadi!
Maka disinilah ia, duduk sembari menggenggam segelas mocktail, dengan pandangan tak teralih sedikitpun dari ponsel pintarnya.
Setelah bosan dengan benda elektronik itu, manik obsidiannya mengedar, memerhatikan mulai dari pengunjung yang ramai memadati seluruh penjuru, hiasan yang menggantung di langit-langit cafe, hingga mesin kopi yang sedang bekerja dan di operasikan oleh seorang barista.
Yap, manik milik namja Yook itu terpaku pada barista tersebut. Barista itu memiliki rambut sewarna karamel tua, kulit putih pucatnya terlihat sangat kontras dengan kemeja hitam yang dikenakannya. Lengan kemejanya digulung sampai siku hingga mengekspos ukiran tato di lengan kanannya, lengkap dengan apron berwarna cokelat tua yang melilit pinggang rampingnya. Sang barista meracik kopinya serius dengan kepala yang dimiringkan 45 derajat, sudut yang membuat Sungjae dapat dengan jelas melihat betapa tegas rahangnya. Hidung bulat yang lucu dan bibir tebal yang sepertinya memuaskan untuk dicumb–
"Kucari kemana-mana disini kau rupanya." buyar sudah lamunan namja bermarga Yook tersebut bertepatan dengan Ilhoon yang sedikit kasar menampol bahunya.
"Aish hyung, kau menghancurkan imajinasiku." gerutu Sungjae sembari menenggak mocktailnya yang tinggal sedikit. One shot.
Si Jung menolehkan kepalanya kesana kemari. "Siapa 'obyek'nya?" tanyanya penasaran, ketika sekiranya ia tidak menemukan 'obyek' imajinasi dongsaengnya itu.
"Barista itu." jawabnya asal-asalan. Sungjae acuh, tangannya kembali meraih benda pintar dihadapannya.
"Eh? Tidak kusangka."
Pemuda Yook itu kembali menghiraukan kicauan hyungnya, bahkan ketika Ilhoon beranjak dari kursi dan pergi entah kemana. Tetapi ketika Minhyuk muncul di balik meja bar mengamit lengan pemuda –yang cukup manis, sayang ia memangkas habis rambutnya– lain –yang katanya untuk diperkenalkan padanya, Ilhoon yang kembali menempati kursi disebelahnya tadi, senyum mencurigakan dari kedua orang di bangku seberangnya, dan menghilangnya barista seksi yang sebelumnya menjadi 'obyek' imajinasinya, Sungjae ingin sekali mengumpat pada Ilhoon untuk pertama kali.
"Namanya Shin Donggeunie, Sungjae-ya. Tidak perlu malu-malu." Sungjae mengkeret dibawah tatapan sang manajer cafe itu yang seolah mengisyaratkan jika-kau-mengencaninya-jangan-pernah-menyakitinya-atau-kubunuh-kau. Ilhoon menyeringai menang.
'Sialan. Bukan ini mauku.'
.
.
.
TBC
Another BTOB fanfiction, hope you like it, readers! Mungkin ini akan jadi two-shot atau three-shot, sesuai kebutuhan. Next chapter depend on seberapa banyak yang tertarik akan ff cast dan pairing yang amat sangat langka ini :p /slap/
Akhir kata, terima kasih sudah menyempatkan untuk singgah dan membaca hingga akhir!
Review, fav, fol diterima dengan terbuka~
