Minggu, 21 Oktober 2018

Amie Leen


SEJA

Copyright© 2018 by Amie Leen

ChanBaek | Historical Fiction/Saeguk/Supernatural | Multichapter | M (18+)

.

Chanyeol as Kaisar Huang ChanLi dari Qing

Baekhyun as putra mahkota Baekhyun dari Joseon

Summary:

Saat bangsa Manchu akhirnya berhasil menginvasi Joseon dan sang Ayahanda diperintah untuk melakukan kowtow kepada Kaisar Qing sebanyak 9 kali, Baekhyun pada saat itu tahu, dia adalah putra mahkota yang tidak akan pernah naik takhta.

.

.


PROLOG

.

Sol sepatu brokat mengetuk lantai, mengalunkan kebisingan yang menusuk telinga seperti besi-besi yang dipukul pada papan tempa, tidak pun meredam suara ledakan mesiu dan dentingan pedang beradu.

Sang putra mahkota berjalan mondar-mandir di dalam benteng pesembunyiannya. Dengan jantung berdentum seperti genderang perang yang berkecamuk di luar. Kuda perang meringkik, membuatnya berkidik. Harap-harap cemas menatap sang Ayahanda, yang mendekam beku di dalam benteng. Menjadikan raja yang mulia itu tampak seperti rusa yang bersembunyi dari intaian singa.

Ini adalah hari ke-13 sejak Baekhyun dan Ayahandanya, raja Yunho, melarikan diri ke Benteng Gunung Namhan. Yang artinya sudah 13 hari pula sejak pasukan Manchu menginvasi Ibukota, Hanseong, yang mendesak dirinya dan Ayahanda serta keluarganya bersembunyi di Benteng Namhan ini.

Sebagai seorang putra mahkota kerajaan Jeseon, Baekhyun tentu tidak ingin kerajaannya jatuh ke tangan bangsa asing, tidak ingin dirinya tunduk pada penguasa asing, dan tidak ingin rakyatnya menjadi budak pekerja untuk kerajaan asing. Namun, seperti apapun dia berusaha menyangkalnya di dalam hatinya, Bekhyun pun tahu, cepat atau lambat dirinya dan kerajaannya harus menyerah pada bangsa Manchu.

Membiarkan rakyat berperang lalu melarikan diri seperti ini hanya mengulur-ulur waktu sebelum akhirnya kerjaannya runtuh menjadi kepingan dalam genggaman Kaisar dari Qing. Perang hanya akan menumpahkan lebih banyak darah rakyat tak bersalah. Namun jika boleh, Baekhyun berharap semua orang bisa berjuang hingga titik darah penghabisan. Walaupun harga yang akan dibayarkan untuk itu adalah nyawa.

Riuh tapak kaki kuda mendekati benteng. Baekhyun menajamkan indera dengan sikap waspada, untuk kemudian mendapati Jenderal Kim tergesa-gesa memberi hormat pada dirinya dan Ayahanda.

"Hormat kepada paduka raja dan putra mahkota!"

"Bagaimana situasi di luar, Jenderal?"

Air muka Baekhyun cemas sedari tadi.

Jenderal Kim tetap pada posisi hormat. "Yang mulia, pasukan Manchu mendekati Benteng Namhan. Hamba khawatir Yang mulia akan tertangkap oleh mereka."

Mendengar laporan itu, Wajah Baekhyun terpilin. Bila Manchu berhasil menguasai Benteng Namhan, maka tiada harapan lagi bagi Baekhyun dan kerajaannya untuk memenangkan peperangan.

Tanpa banyak berpikir, Baekhyun meminta baju zirah serta pedangnya dari para pelayannya. Dia bukan petarung handal, tapi demi keselamatan Ayahanda dan keluarganya, mengangkat gunungpun akan ia usahakan.

"Bagaimana dengan pulau Ganghwa?" Memasang visor untuk melindungi wajah dan kepalanya, Baekhyun siap dengan baju zirah dan pedang di tangan.

"Pulau Ganghwa belum sampai dikuasai, Jeoha," lapor Jenderal Kim. Kemudian ia berbalik pada raja Yunho. "Apa keputusan Anda selanjutnya, Ceonha?"

Raja Yunho belum pernah tidur sejak Manchu melakukan penyerangan terhadap Joseon, menjadikan wajahnya nampak lelah dan suram. Gurat-gurat lelah dan keriput di makan usia nampak jelas mengukir wajah baya sang raja. Sembari menghela napas berat, sang raja memberi titah.

"Keluarga kerajaan akan mengungsi ke pulau Ganghwa!"

Tanpa mengulur banyak waktu, Baekhyun membawa keluarganya; ayahanda, Ibunda, sang Istri putri mahkota Jisoo, sang Adik Pangeran Sehun juga Puteri SeungHee, mengungsi ke pulau Ganghwa.

Sehun Daegun, yang lebih cakap dalam berperang diminta melindungi raja dan ratu, sementara Baekhyun bersikeras ingin menumpas Huang ChanLi dengan pedangnya sendiri.

Akan tetapi, situasi di pulau Ganghwa tidak jauh berbeda dengan gunung Namhan. Pasukan Manchu telah berhasil memblokir jalur ke pulau Ganghwa. Mau tidak mau memaksa Baekhyun menetap di Samjeondo.

Kaisar Huang ChanLi, sang Naga dari Timur, dengan baju zirah dan kuda sembrani, memimpin langsung bala tentaranya menyerang pasukan Joseon yang dipimpin oleh putra mahkota Baekhyun, memblokir semua jalur pelariannya.

Api kemarahan berkobar di dada sang putra mahkota mendapati keluarganya terjebak di antara gempuran tentara Manchu. Sampai kapanpun dirinya tidak akan sudi begitu saja menyerahkan tanah leluhurnya kepada bangsa penjajah. Meski tulang dipatah, darah diperah, daging disayat pedang, Baekhyun akan berjuang hingga nafas terakhir.

Mengangkat pedang dengan segenap kekuatan, putra mahkota yang tidak cakap bertempur itu melakukan penyerangan langsung terhadap sang Naga dari Timur, yang duduk tenang di atas kuda sembraninya.

Dengan kekuatan dan ketangkasan yang dimiliki sang Kaisar, putra mahkota Joseon hanya tampak seperti semut penganggu di matanya, bahkan tidak sanggup menyentuh ujung baju zirahnya.

Senyum simpul tersungging di bibirnya yang penuh nan ranum bak pir di musim panen, menyaksikan tekad dan keberanian sang putra mahkota yang berusaha menyerang dirinya, sementara huru-hara perang meletus di sekitar, sang kaisar tetap tak goyah di lini depan.

Ini adalah invasi kedua Manchu terhadap Joseon, setelah sembilan tahun lalu sang Ayahanda mencoba menaklukkan Joseon untuk pertama kalinya namum gagal. Setelah kematiansang Ayahanda, Huang ChanLi mengambil alih kepemimpinan atas Manchu dan melakukan penyerangan kembali pada Joseon. Kali ini, demi ayah dan leluhurnya, dia sudah berjanji tidak akan gagal.

Begitu kuda perang putra mahkota Joseon mendekat siap mengayunkan pedang menumpas dirinya, senyum simpul Huang ChanLi berubah menjadi seringaian. Dengan tenang ia mengangkat telapak tangannya dan mengarahkannya tepat pada dada sang putera mahkota yang dilindungi baju zirah. Tiba-tiba, udara di sekitar Baekhyun bergolak, energi di sekelilingnya berkonsentrasi. Lalu secara ajaib angin berhembus keluar dari telapak tangan sang Kaisar, menghempaskan sang putra mahkota hingga jatuh terguling dari kudanya seperti kain lap.

Baekhyun memuntahkan darah, bekas luka membiru timbul di dada putih sang putra mahkota, bahkan tanpa tersentuh ujung jari sang Kaisar.

Semudah itu dirinya tumbang? Baekhyun merasa ngeri mendapati kekuatan pria itu bukanlah tandingan manusia biasa.

Dan tumbangnya sang putra mahkota menandai kemenangan Manchu atas Joseon.

_555_

Raja Yunho menerima laporan bahwa sebab invasi dan serangan pasukan Manchu serta kekacauan yang ditimbulkan, Joseon kehabisan bahan makanan. Terlebih setelah kekalahan telak putranya di medan perang, dengan perasaan buruk dan penuh penyesalan, dirinya mengibarkan bendera putih. Menyerah pada Qing.

Putra mahkota Baekhyun mengalami luka tanpa sempat berhasil menyentuh ujung jari Huang ChanLi. Sementara sang Kaisar duduk di singgasana Joseon siap meludahkan keputusan atas nasib Joseon.

"Mari kita lihat, bagaimana aku harus menangani kalian?" Katanya dengan suara berat penuh wibawa.

Pertanyaannya barusan justru membuat Baekhyun ingin meludahkan darah di muka bengis sang Kaisar. Namun yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah berdecih.

"Cih!"

Huang ChanLi melirik pada pewaris tahta Joseon, Joseon yang kini telah jatuh dalam genggamannya. Kemudian dengan gagah sang Kaisar bangkit dari duduk, melangkahkan tubuh tegapnya yang dibalut baju zirah menuju sang putra mahkota.

Kepala dan wajah Kaisar yang sebelumnya ditutupi visor kini dapat dipandangi oleh semua mata yang hadir. Dibalik visor itu terdapat wajah rupawan bak Pan An*, dengan kebugaran khas pria usia matang. Rambut hitam terurai lurus, dengan guan* giok menyimpul rambut sehitam malam itu. Jika saja wajah rupawannya ditunjang dengan budi yang luhur, dia bisa menjadi seperti Yu The Great* yang dicintai.

Di setiap langkah terayun, senyum tersungging semakin hangat bak angin musim semi, sangat kontras dengan kekacauan dan tumpahan darah yang dia ciptakan.

Baekhyun merasa semakin muak. Jika tangannya tidak dirantai besi, dia berhasrat melayangkan tinju ke wajah rupawan namun bengis sang Kaisar. Di sisi lain, di setiap langkahnya menuju Baekhyun, tubuh sang Kaisar seperti menguarkan aura kuat tak tertandingi. Menimbulkan kesan rumit dan tak terkalahkan.

Belum pun sempat sang Kaisar mencapai sehasta di hadapan Baekhyun, raja Yunho telah memohon, "Joseon memohon kemurahan hati Kaisar." Takut leher puteranya akan langsung ditebas jika ia tidak bersuara.

Permohonannya mengundang reaksi langsung dari sang Kaisar.

Dengan anggun dan berwibawa Huang ChanLi memutar tubuh tinggi tegapnya guna memandang sang raja yang baru saja ditaklukannya. Untuk ukuran seorang raja, pria baya ini nampak serperti pesakitan, tertekan dan putus asa. Mau tidak mau menghadirkan perasaan kasihan di sanubari sang Kaisar.

Sang Kaisar berdecak penuh rasa prihatin.

"Sesungguhnya aku adalah pribadi yang murah hati dan pengampun," kata sang kaisar.

"Hidup Huangdi!"

Semua pasukan Manchu yang hadir membenarkan pernyataan sang Kaisar.

Huang ChanLi tersenyum sebagai bentuk apresiasi atas kesetiaan para abdinya sambil Berjalan tegap ke depan Yunho dan putra mahkota Baekhyun.

"Qing tidak akan menduduki Joseon dan akan kukembalikan takhtamu, Yunho, dengan syarat..." Sang Kaisar mengacungkan jari telunjuk lalu kembali duduk dengan anggun di singgasana Joseon, menyilangkan kaki penuh wibawa.

"... Joseon harus membayar upeti setiap tahun kepada Kekaisaran Qing, dan raja Yunho dari Joseon harus bersumpah setia untuk mengabdi pada Kekaisaran Qing dengan berlutut menyembah padaku, sang Kaisar, sebanyak 9 kali!" Deklarasi Huang ChanLi.

Suaranya yang seperti guntur bergema di setiap sudut negeri Joseon, menyisakan helaan napas tercekat dari rakyat negeri yang ditindas. Sementara tentara Manchu memuji kebesaran sang Kaisar.

"Hidup Huangdi! Hidup Huangdi!"

Acungan tangan Huang ChanLi meredam sorak-sorai tentaranya, tanda kalimat deklarasinya belum pun tuntas. "Dan yang terakhir..." Huang ChanLi mempertegas intonasi suaranya. "...Joseon menyerahkan putra mahkota dan pangeran agung serta para biksu untuk menjadi tawanan dan budak Kekaisaran Qing."

Bak dihujam ribuan pedang, jantung Raja Yunho nyaris berhenti berdenyut mendengar syarat terakhir dari ujung lidah sang Kaisar. Betapa ia menyayangkan putra-putranya harus menjadi tumbal kembalinya takhta dan tanah Joseon ke tangannya. Andai boleh, andai ia ingin egois kali ini, ia lebih memilih menyerahkan kedudukannya ketimbang menyerahkan putra-putranya untuk ditawan. Akan tetapi, ia teringat lagi akan rakyat dan raja-raja pendahulunya yang mati-matian mempertahankan Joseon dari rebutan bangsa asing. Sehingga yang bisa dilakukannya adalah menangis di dalam hatinya. Bagaimanapun rakyat kelak menyikapi keputusannya saat ini, semua ia lakukan juga demi negara dan bangsanya.

Sementara amarah Baekhyun berkobar di dalam dadanya, tidak ada hal yang bisa dilakukannya selain menyerah. Bohong jika dia tidak meraskan sakit di hatinya, atau hasrat memberontak dan memenggal kepala Huang ChanLi. Namun hidupnya dan hidup rakyatnya ada di tangan penguasa bengis itu. Baekhyun selama ini mungkin pernah bersikap egois, namun tidak kali ini.

Begitu juga Sehun Daegun yang hanya mampu menyimpan dendam di dalam hatinya dengan tidak berdaya saat mendengar deklarasi sang Kaisar. Baginya ini adalah harga yang harus ia bayar atas keselamatan bangsa dan negaranya.

Raja Yunho sudah akan mencoba menyuarakan penawaran terakhir untuk syarat tersebut, tapi Baekhyun telah membuka mulut.

"Hamba memohon kemurahan hati Kaisar untuk tidak membawa serta istri hamba," pintanya. Menandakan persetujuannya pada syarat Huang ChanLi.

Raja Yunho mati-matian menahan dirinya untuk tidak berteriak memarahi putra sulungnya, karena jika ia berhasil berteriak, sama saja membawa dirinya sendiri ke pintu kematian.

Tanggapan Huang ChanLi atas permintaan Baekhyun sama murah hatinya saat membiarkan Yunho mengambil takhtanya kembali. "Tentu. Biarkan istrimu menanti kepulanganmu kalau-kalau aku bermurah hati mengembalikanmu. Walaupun rasanya itu tidak mungkin."

Baekhyun membungkuk sebagai bentuk terima kasih yang dilakukannya dengan tidak sungguh-sungguh.

Di hadapan seluruh rakyat Joseon dan tentara Manchu, raja Yunho dari Joseon melakukan Kowtow* kepada Kaisar Huang ChanLi dari Qing sebanyak 9 kali. Menyatakan sumpah setianya kepada Kaisar Qing dan berjanji untuk membayar upeti kepada Kekaisaran Qing setiap tahun.

Dengan air mata yang nyaris jatuh di pipinya, Baekhyun pada saat itu tahu, dia adalah putra mahkota yang tidak akan pernah naik takhta.

.

.

End Prolog


Catatan sejarah:

Pada tahun 1636, Huang Taiji, pemimpin bangsa Manchu (bangsa yang menghuni wilayah timur laut Tiongkok) secara resmi menyebut negaranya Dinasti Qing dan menyerang Joseon. 128,000 pasukan Manchu menuju Hanseong sebelum raja Injo, raja Joseon yang sedang berkuasa saat itu, dapat melarikan diri ke Pulau Ganghwa. Manchu mendesaknya ke Namhansanseong (Benteng gunung Namhan) dan memutuskan seluruh pasokan bahan makanan. Raja Injo, yang kehabisan bahan makanan akhirnya menyerah kepada Dinasti Qing, dan setuju untuk mengadakan Perjanjian Samjeondo, di mana Raja Injo menyembah Huang Taiji sebanyak 9 kali sebagai pelayannya, dan menyerahkan putra pertamanya, putra mahkota Sohyeon, dan putra keduanya, Pangerang agung Bongrim, untuk dibawa ke Tiongkok sebagai tawanan. Joseon menjadi Negara upeti Qing, yang meruntuhkan dinasti Ming dan menguasai seluruh tiongkok pada tahun 1644. Perang itu disebut "Serangan Kedua Manchu di Korea" (Source: Wikipedia). Sejarah "Serangan Kedua Manchu di Korea" ini telah menginspirasi penulis untuk menciptakan Fanfiction berjudul 'SEJA' yang sedang pembaca baca saat ini. Garis waktu, kisah/peristiwa dan tokoh dalam Fanfiction ini TIDAK terkait dengan garis waktu, kisah/peristiwa ataupun tokoh dalam sejarah 'Serangan Kedua Manchu di Korea'. Plot cerita dalam Fanfiction ini merupakan imajinasi belaka.

FunFact:

1) Pria-pria di dinasti Qing diwajibkan memangkas rambut depan dan menguncir rambut belakang mereka, yang disebut model rambut Taucang. Taucang ini sebenarnya merupakan salah satu bagian dari mode rambut orang Manchu. Batok kepala dibagi dua, depan dan belakang. Bagian depan kepala dibotakkan sedangkan rambut di bagian belakang kepala dibiarkan panjang dan dikuncir (dikepang). Model rambut ini dapat dilihat dalam film legendaris 'Once Upon A Time in China' yang diperankan oleh Jet Li (Bisa dilihat di akun Instagram penulis - amieleen4). Namun penulis tidak menyertakan model rambut ini dalam cerita dikarenakan penulis mengerti akan sangat sulit membayangkan Chanyeol dengan model rambut seperti itu.

2) Marga (surname) kaisar Qing adalah Aisin Gioro (愛新覺羅 aixin jueluo), namun tradisi Manchu tidak menyertakan nama marga ke dalam nama perorangan. Penulis memilih 'Huang' sebagai nama depan (hanya nama depan, bukan nama marga) Chanyeol disebabkan oleh nama depan pendiri Dinasti Qing itu sendiri yaitu Huang (sumber lain menyebutkan Hong) Taiji. Selain itu, penulis juga menyukai nama 'Huang' ini.

.

*Pan An = Pria tampan paling terkenal sepanjang sejarah China, sampai-sampai namanya dijadikan peribahasa, "tampan seperti Pan An" (貌若潘安) untuk menggambarkan keelokan wajah seorang pria.

*Guan (冠) = hiasan kepala formal untuk pria (bisa dilihat di akun instagram penulis)

*Yu The Great atau Yu yang Agung (大禹; Dà Yǔ, skt. 2200 – 2100 SM) adalah seorang penguasa legendaris di Tiongkok Kuno yang terkenal karena pengenalannya tentang pengendalian banjir, yang meresmikan pemerintahan dinasti di Tiongkok dengan mendirikan Dinasti Xia, dan juga untuk sifatnya yang bermoral tinggi.

*Kowtow ( 叩頭) , cara untuk memberi hormat dalam budaya Cina. Kowtow dilakukan dengan cara berlutut dan bersujud sampai kepala menyentuh tanah. Dalam budaya Cina, kowtow adalah bentuk penghormatan yang tertinggi, dan biasanya dilakukan terhadap orang tua dan dihormati. Dalam tatacara kekaisaran pada masa lampau, kowtow juga dilakukan terhadap kaisar. Dalam penobatan kaisar baru, para bawahan dan anggota istana harus memberi gerakan "tiga kali berlutut dan sembilan kali bersujud" (三拜九叩頭禮, sān bài jiǔ kòu tóu lǐ ). Ini dianggap sebagai kowtow yang paling tinggi tingkatannya.

(Source: google)

Fanfiction berjudul "SEJA" ini juga diposting pada akun wattpad penulis dengan penname Amie_Leen

Follow Instagram penulis untuk info lebih lanjut dan spoiler - amieleen4