Shaman King © Hiroyuki Takei

Kunang-kunang Musim Dingin © Jong Aeolia


Sebenarnya ia tidak benci salju. Hanya saja keluar sendirian malam-malam di hari bersalju mau tak mau membuka ingatan lama tentang peristiwa yang mengubah hidupnya. Perayaan tahun baru di Gunung Osore empat tahun silam.

Wuuuush~

Angin berhembus jahil. Suhu semakin turun. Bukan waktu yang tepat untuk bernostalgia ke masa lalu. Mati karena melamun di tengah hujan salju terdengar sangat tidak elit. Apalagi kalau sampai jadi headline di koran pagi. Anna tidak mau itu terjadi.

Kakinya kembali menapaki jalanan yang sepi. Tentu saja. Orang bodoh mana yang memilih membekukan diri di malam sedingin ini sementara ada selimut tebal, secangkir coklat hangat dan tungku perapian menganggur di rumah, eh? Oh, yeah, ia sendiri takkan jadi salah satu dari orang bodoh itu kalau bukan karena seseorang yang lebih bodoh lagi yang sore tadi pergi tanpa membawa syal dan sarung tangan hangat.

Bukit itu bak miniatur hutan di pedalaman Jepang yang belum terjamah. Masuk sedikit lebih dalam lagi dan Anna menemukan orang yang ia cari. Di antara rerimbunan batang kokoh pohon tua yang menjulang, pemuda itu mengeratkan penggangannya pada Harusame lalu mengayunkannya ke arah batu besar di depannya.

Yoh masih baik-baik saja dan akan tetap baik-baik saja.

Sadar atau tidak beku di parasnya meluruh oleh hangatnya perasaan lega. Jadi, Anna hanya meninggalkan kantung kertas berwarna coklat ukuran sedang yang ia bawa di bawah salah satu pohon dan berbalik pulang.

Baru tiga langkah berjalan, sesuatu menahan pijakkannya. Tepat setengah jengkal di hadapannya ada setangkai bunga liar yang hampir seluruh bagiannya tertimbun salju.

Bunga? Di musim dingin? Atau mungkin hanya Anna saja yang tidak tahu-menahu soal ini?

Berhubung mengedikkan bahu sok acuh bukanlah gayanya, Anna lantas berjongkok sejenak menyempatkan diri membersihkan serpihan salju yang menutupi kuncup si bunga liar. Setelahnya, ia benar-benar pulang, ingin cepat-cepat bergelung di bawah selimut sembari menyaksikan siaran konser spesial Ringo.

Ia tak tahu bahwa perlahan kuncup si bunga liar merekah, membuka dunia untuk seekor kunang-kunang dengan pendar cahaya hangat. Terbang menuju seorang pemuda yang berdiri dengan sebelah tangan menyangga bobot tubuh pada pohon dan tangan yang lain memegang sebilah pedang. Napas memburu, bibir pun nampak membiru.

Si kunang-kunang kecil mendekat. Menari-nari kecil di depan wajah pucat itu tanpa menghiraukan raut heran yang terpampang di sana. Lalu ia terbang pelan menjauh seakan memberi isyarat pada sang adam untuk mengikutinya. Ia menuntunnya ke kantung kertas coklat yang tersembunyi di balik salah satu pohon besar tak jauh dari tempatnya berdiri tadi.

Kening Yoh agak mengkerut sebelum memutuskan mengangkut kantung yang dihinggapi kunang-kunang lantas menilik isinya. Hanya berisi tiga benda; syal rajutan, sepasang sarung tangan rajutan dan secarik kertas. Namun berhasil mencetak senyum trademark seorang Yoh.

Syal dan sarung tangan itu lekas ia pakai. Kembali berlatih menghancurkan batu dengan kekuatan sendiri. Meninggalkan potongan kertas berisi pesan singkat yang menyisakan rona hangat di pipi.

.

.

.

Jika ingin mati kedinginan, berenang saja di kolam es dan tidak perlu menyusahkan orang lain seperti ini!

Anna


Fin


Absurd? Iya tahu. Saya bikinnya pas lagi WB sih *alibi :P