Mungkin janggal, bagi pengantin baru untuk keluar kamar setelah bercumbu sepanjang malam; tapi Naruto bukan sembarang pengantin baru.
Ia adalah penyelamat dunia, pahlawan perang Shinobi keempat.
Ia menutup pintu kamarnya setelah mendelik sebentar ke arah sosok yang tengah tidur di bawah selimut, berjalan pelan ke arah dapur. Bulan menerangi ruangan yang masih belum penuh di rumah yang cukup besar itu.
Tentu ketidakpuasan bukan faktor yang mengantarkan Naruto keluar kamar; jauh dari itu—Hinata sangat, sangat, sangat membuat dirinya puas—tetapi rasa lapar setelah aktivitas yang cukup mengeluarkan tenaga. Staminanya di medan tempur jangan dipertanyakan; staminanya di atas kasur jauh lebih banyak—tapi lapar mengalahkan birahinya saat itu.
Lagi pula, sang isteri baru terlelap, kecapaian karena kerjaannya juga.
Di rumah mereka yang baru, ia hanya bisa menemukan satu plastik penuh mi instan rasa ramen—mereka belum sempat mengisi persediaan makanan di konter dapur akibat jadwal padat sebagai calon pengantin dan masing-masing jabatan penting yang dimiliki olehnya dan istri barunya. Ia menghela nafas.
Setidaknya, walau tak ada instan ramen dalam cup, ia masih bisa merasakan ramen dalam mi instan yang di impor jauh dari daratan luar benua Elemental.
Maka pagi itu Hinata menemukan suami barunya terlelap dengan wajah mencium meja makan.
Naruto terlihat seperti orang yang baru bermabuk-mabukkan tadi malam, di sekelilingnya terdapat mangkuk kotor dan bungkus kosong Indomie instan rasa ramen.
