Disclaimer : The Basketball Which Kuroko Plays © Tadatoshi Fujimaki

Warning : OOC, AU, drabble nista, dan sebagainya.

A/N (Hiai) : Halo, kami akhirnya mampir ke sini lagi, membawa satu drabble fanfik untuk pemirsahhh~ selamat membaca~!

Title : Ketika Kisedai Ujian

.

.

.

Ketika Kisedai Ujian

© Himomo Senohara (is now 09. kokono)

.

H-46 sebelum Ujian Nasional…

.

.

Kuroko — Seirin

"Huh?"

Si surai biru cerah bak langit musim panas, tersentak kaget. Di depannya, si partner nista—baiklah, partner basketnya, kedapatan sedang menengoknya. Tatapan liarnya bertambah demikian kala ia—Kuroko—sedang membawa beberapa buku. Kagami—nama si partner basketnya—lantas menunjuk satu gedung bukunya sambil bertanya dengan nada heran, "Kuroko, ngapain kau bawa itu buku?"

Kuroko lantas menjawabnya dengan tampang seperti wajan yang sangat bersih dan datar, "Buat belajar ujian, Kagami. Kau engga pinjam buku-buku itu?"

Alis cabang Kagami segera terangkat keduanya, dan kemudian ekspresi kosongnya lalu diganti dengan rasa jumawa selevel saingannya, "Halaaah! Masih ada dua bulan, ya 'kan? Ntar aja lah! Kalaupun iya, nanti gue pinjem diktat dari ente!"

Si bayangan ini hanya bisa mengelus dada. Mau bagaimana pun, dia adalah partner basketnya. Ia juga setidaknya harus bertanggung jawab setengahnya kepadanya. Lagipula dia juga satu bangku di depannya, lantas membuatnya semakin khawatir dengan otak 'dengkul'-nya Kagami. Nilai bahasa Inggris mungkin tidak bermasalah, tetapi lain lagi dengan mata pelajaran yang lain.

Kuroko lalu menyakinkannya, "Kau yakin, Kagami?"

"Ya iyalah, Kuroko! Buruan, perut gue laper!"

Harusnya dia kukutuk sejak awal ya, batin Kuroko diam-diam jengkel.

-xXx-

Kise – Kaijou

"HAH?!"

"EEEEEEEHH?"

"LU DAPET NILAI SEJELEK INIIIIIIII?"

Satu gedung olahraga seketika pecah keheningannya oleh suara teriakan kasar dari salah satu penghuni sementara gedung itu. Didapatnya seorang laki-laki berambut kuning yang kedapatan bersembunyi di belakang badan pemuda sipit nan ganteng—baiklah, minus sifat jeleknya itu. Si pemuda berambut kuning cerah itu, mencicit setengah menangis, "H-Hueee… Ka-Kasamatsucchi—."

Kasamatsu, si pemuda yang barusan meneriaki si anak ayam pencengeng itu, lantas memijit pelipisnya dengan ekspresi kesal. Ia kemudian mengulangi kejadian sebelumnya, "Jadi, kemarin malam aku dapat SMS, mail dan telepon beruntun dari kau, meminta tolong dengan segera untuk datang ke sini setelah setahun lalu aku lulus dari sini. Terus, pas aku mampir ke sini—sekalian juga setor muka ke Pelatih—tahu-tahu kamu sudah meminta setengah paksa aku untuk mengajarimu?! DAN APA-APAAN NILAI INII?"

Ditepoknya muka si benteng pertahanan pemuda pencengeng dan sedikit 4l4y ini dengan setumpuk kertas. Dan pas ditengok oleh semua kouhai yang pernah Kasamatsu pimpin semasa SMA-nya, ternyata nilainya sangat merah; hampir semua mata pelajarannya jeblok. Banter hanya bahasa Inggris yang mungkin bagus—namun tetap saja masih dibawah standar nilai yang diterapkan pada SMA tersebut.

"Ma-Makanya—."

"Gue pulang deh! Gue gak menyangka si ace Kaijou ternyata beneran bego seperti yang dibilangin Akashi! Bye!" Sambil berbalik badan, Kasamatsu berancang-acang pulang.

"TIDAAAAAAAKKK—DAN KENAPA KAU BISA TAHU SOAL ITU DARI AKASHICCHI-SSU?! BAGAIMANA CARANYA—." Seolah panik setengah mati, si ace Kaijou itu seketika melompat dan hendak menangkap kaki sang mantan kaptennya.

"O-OGAH! BELAJAR SANA!" bentak Kasamatsu setengah mati.

GRASP!

Ternyata oh ternyata, pemirsa, si ace itu sukses menangkap kaki Kasamatsu—walau hanya kaki kanannya saja!

Kise—si ace Kaijou—lantas memekik dengan suara seperti orang kelindas truk, "TIDAAAAAAAAAKK—DEMI APAPUN, TOLONG AJARI SAYAAA! KASAMATSUCCHI BOLEH MEMBULLYKU DEH-SSU!"

PIK!

Rupanya perkataan yang barusan meluncur dari mulut si ace itu memancing perhatian Kasamatsu. Si mantan kapten klub basket SMA Kaijou ini lantas menoleh ke Kise dengan tatapan jumawa dicampur dengan horror khas kaptennya serta memastikannya, "Yakin? Kau yakin mau diajari olehku asalkan kau mau DIBULLY olehku SESUKAKU?"

Crap… Gawat… Ta-Tapi aku engga punya pilihan lain…

Kise lalu mengangguk pasrah, tanpa persenjataan apapun.

Kise, kubikin kau menyesal diajari olehku.

Tanduk setan sang mantan kapten mulai muncul sekejap—walau tidak kasat mata.

-xXx-

Aomine – Touou

Boing! Boing!

Momoi Satsuki, sang gadis manajer klub basket putra SMA Touou, berlari bak wanita seksi yang kedapatan sedang dikejar monster pada film-film action. Dengan rok pendeknya yang berkibar-kibar selagi gadis itu berlari di sepanjang koridor gedungnya, ia memekik setengah panik, "Da-Dai-chaaaan! Dai-chaaaan! Ampun deeeh!"

Langkah kaki cepat dan gesit gadis itu membawanya pergi ke kelasnya Aomine—kelas XII-3.

DRAP!

"AOMINE DAIKI MANAAAAA?" teriak sang gadis itu merajai keheningan kelas tersebut.

Para siswa kelas itu serempak menunjuk si pemuda berambut biru malam yang sedang tertidur di mejanya yang berada di pojok dekat jendela kelas tersebut. Gadis sempok ini lalu menghampiri pemuda itu dan menampar-namparkan muka si pemuda itu dengan panik, "Oi Dai-chan! Dai-chan! Aku dapat berita buruk buatmu!"

"Nyem… Mai-chaaaan… Duh… Sakit… Kenapa kau—."

"AHOOOOOOOOOOMINEEEEEEEEEEEEE—."

PLAK!

Semua siswa kelas itu seperti mendapatkan tontonan sinetron gratis. Gadis itu rupanya menampar pipi si pemuda sawo matang itu dengan kasar, bagaikan istri yang menampari suami yang habis ketangkap basah berselingkuh dengan puluhan wanita—ups, baiklah, kembali ke cerita.

Momoi lalu meneriakinya sembari menunjukkan kertas-kertas hasil try out yang belum lama dilakukan minggu lalu, "Aomine Daiki-chan! Kata pelatih, kau dilarang main basket sampai nilai kau naik dan memenuhi nilai standar di sekolah kita! Dan lagi, kau bakal dilempar ke kelas XI dan akan diberitahukan kepada ibumu kalau kau gagal dalam ujian—."

Keburu Momoi menyaksikan si pemuda tan yang tadinya tidur, malah masuk Zone dan dengan gesit berlari bak cheetah menuju ruang guru. Momoi pasti mudah menebaknya; Aomine bersiap memohon ampunan dari Yang Mulia Maharaja Gusti Kanjeng para guru yang dengan kuasa totalitas bak si mantan kaptennya dalam mengontrol sikap urakan bocah biru malam itu.

-xXx-

Midorima – Shuutoku.

Sret sret.

Rumus titrasi basa adalah : V(1) x M(1) x n(1) = V(2) x M(2) x n(2)

Sret sret.

Pluk.

Rumus pH dari garam hasil reaksi asam kuat dan basa lemah adalah : [H] = (akar) {(Kw) : (Kb)} x G.

Sret sret.

Rumus tekanan osmotik adalah : (phi) = T

Pluk.

Sret sret.

Alkanol atau alkohol adalah gugus fungsi dengan akhiran –ol yang memiliki ciri khas dalam rantai kimia ada –OH atau –O– pada gugus fungsi—

"SHIN-CHAAAAAAAANNN!"

Hancur sudah ketenanganku ini.

PLAAAKK!

Dilemparkannya buku diktat Kimia miliknya dengan ketus kepada si pemanggilnya. Dengan jumawa dan tsundere yang mengumpet dibalik sifat jumawanya, si surai go green lantas bertanya dengan kesal, "Ngapain kau kemari ke sini, Ba-Ka-O? Lihat, ketenanganku tidak bakal hancur begini kalau saja kau tidak kemari dan berteriak di dalam perpustakaan ini-nodayo."

Si pemanggil—Takao alias Bakao—kemudian melirik para pengunjung perpustakaan SMA Shuutoku yang memandangnya dengan super sinis. Sembari tertawa kecil plus senyuman bisnis serta khas bocah yang kepepet mau masuk gedung walau sudah telat, ia lalu membungkuk memohon maaf kepada para pengunjungnya. Begitu mereka—pengunjung perpustakaan—sudah kembali ke kegiatan semula, ia kemudian ganti menatap si surai go green yang barusan melemparinya diktatnya.

Tanpa berbasa-basi, Takao lantas mengutarakan keinginannya, "Shin-chan, tolong ajari aku—."

"Ditolak."

"Tolong, plis lah ini sekali saja kok! Promiseee?"

"Kalau begitu, akan kukirimkan kau ke SMA Rakuzan dan meminta Akashi secara khusus mengajarimu-nodayo."

Takao seketika mojok sembari menanam jamur di pojokan perpustakaan mendengar si surai go green menolaknya dengan sinis.

Shin-chan—sebutan manis Takao bagi Midorima Shintarou, si shooter handal SMA Shuutoku—lantas berbalik badan dan kembali duduk di meja persegi panjangnya sembari meneruskan pekerjaannya tanpa mempedulikan si periang yang baru saja menganggunya. Wajar saja, belakangan ini Shin—baiklah, Midorima, sedang moody gara-gara sedang menjalani serangkaian ujian sebelum tenggat waktu hari maha penting bagi siswa kelas akhir—Ujian Nasional.

Midorima lantas berbisik dengan pelan, sehingga tak terdengar oleh Takao yang masih mojok, "Takao, kuajari kau hanya dalam mata pelajaran bahasa Jepang dan bahasa Inggris. Selebihnya, usaha sendiri-nodayo."

Tak hanya pelit berbagi lucky item, Anda ternyata juga pelit ilmu, Midorima.

-xXx-

Murasakibara – Yosen

*munch* *munch*

"Kau dengar, Murasakibara?! Nilai kamu hancur-hancuran banget di semester ini! Mau jadi apa kau nantinya?!"

*munch* *munch*

"Dengerin guru ngomong dong, Murasakibaraaa!"

*munch* *munch*

"Aku mau jadi patissier aja. Dah, Guru-chin."

Dan si jangkung yang abnormal—alias Murasakibara Atsushi—dengan entengnya meninggalkan ruang guru tanpa mempedulikan omelan-omelan yang keluar dari mulut si guru homeroom-nya.

Murasakibara tidak peduli dengan yang namanya Ujian Nasional. Mengerikan memang.

-xXx-

Akashi – Rakuzan

"Siapkan soal-soal ujian sesulit soal Universitas ya, Pak Guru." ujar si surai merah dengan santai.

"Ba-Baiklah, Akashi-san!" Seketika guru-gurunya pada nurut.

Gosip yang beredar tentang skill Akashi yang terkenal—yakni kekuatan kata-katanya yang sanggup mengikat dan mengontrol pikiran lawan bicaranya—terbukti sekarang juga. Belum lagi sejumlah orang-orang yang dendam kepadanya, diam-diam mengeluarkan jurnal yang bersifat provokatif, yang bahkan dengan bangganya bilang akan membedah si bocah berambut merah itu kelaknya.

Seorang Akashi Seijuurou bahkan tidak terpengaruh balada sedih dan sukacitanya Ujian Nasional ini.

.

.

.

[H – 46, selesai.]