PRIME TIME ATTACK!

Konnichiwa, minna san! Mizuki wa koko ni arimasu yo!

FF kali ini adalah kumpulan cerita dari beberapa Nations Groups (keluarga, terutama) yang bener-bener ABSURD, MADESU dengan suksesnya, GAJE, dll

Terkadang, fandom lain bisa nyasar kesini #nyahoohohohoho

Hetalia itu milik ABANG KETJEH HIMARUYAAAAAAH

Ane cuma nistain karakternya ajah Nyohihihi~ #teplonbertebaran

Warning: Typo, gaje, garing, aneh, krenyes-krenyes, tidak sesuai EYD, bahasa ancur, bahasa asing yang ancur, crossover mendadak, author masih newbie, karakter yang dinistain, OOC, OOT, dll. Ya, cukup itu dulu aja. Entar ane muncul lagi di bawah :v Ok?(言_言)

Chapter 1: Beilschmidt Brüder zur besten Sendezeit

Warna oranye yang sangat hangat sudah mewarnai seluruh penjuru langit yang berhias awan yang berwarna vermillion keunguan. Namun, masih banyak murid-murid World Academy yang berada di ruang klubnya. Berbeda dari murid yang lainnya, pemuda bersurai perak-platinum itu berjalan menuju asramanya. Ia kelihatan ogah-ogahan. Ia masih berjalan... dengan pelan... sambil membungkuk... dan memegangi perut. Apakah cowok ASEM ini sedang pms? Author baru tahu kalau ada cowok yang bisa pms. (Digebuk gilbo)

Oh, ternyata, usut punya usut, dan usut punya usut yang lainnya lagi dan usut sedang memakan usus ayam di angkringan sebelah(?), dia habis dipaksa sang ketua OSIS yang alisnya tebalnya bejibun itu, makan scones buatannya. Katanya si Arthur sih, dia mau latihan biar pas ujian praktek nilainya bagus. Tetapi, sepertinya keahlian sang ketua OSIS kita yang memiliki alis setebal t*ngo itu bukannya memasak, tetapi membuat senjata yang ampuh nan mematikan. Buktinya, sudah banyak korban yang berjatuhan dan pemuda albino dengan rahang yang tegas ini salah satu korbannya. Baik, kembali lagi kepada sang personifikasi Kerajaan Prussia yang satu ini.

Jujur saja, pemuda itu menyesal mendatangi ruang OSIS hari ini. Dia lebih memilih sustromming milik kamar sebelah daripada masakan maut si pemuda berdarah Inggris itu. Duh... gak nahan. Dia ingin cepat-cepat sampai kamarnya dan boker dengan lancarnya. Sayangnya, berkat makanan itu pula, ia merasa ia tidak kuat untuk berjalan lebih jauh lagi. Duh... gak AWESOME banget. Mein Gott! Beri aku ketabahan menjalani cobaan-Mu menghadapi sakit perut-yang-amat-dahsyat-ini. Apakah ini rasanya PMS?batin Gilbert dalam hati. Dia tidak boleh menyerah. Lagipula, tinggal selangkah lagi dia sampai Lift. "Woi, kalau jalan yang cepet dong! Eyke mau cepet-cepet luluran! Badan udah pliket plus apek!" kata sambal terong Felix, pemuda yang hobi mejeng di perempatan crossdress itu di belakang pemuda yang sedang menahan rasa sakitnya ditikung. Eh, ini orang sebiji cerewetnya minta balsem. Gilbert sudah tidak bisa menahan rasa ini mak! Tolong Gilbert, mak! Kata pemuda itu dalam hati nurani yang terdalam.

"Heh, kalau mau duluan, ya duluan aja! Kayak gak pernah ngerasain pms sakit perut aja!" kata Gilbert dengan wajah kesal dicampur wajah menahan boker. Ada yang bisa bayangin wajahnya kayak gimana?

"Iiih! Sante aja keleus! Kan eyke gak tao situ sakit perut kek, PMS, kek, makan keong racun, kek. Yaudeh, eyke duluan, yeee! Cussss!"

"Iye-iye! Sono! Hush hush!" usir Gilbert dengan tidak elitnya. Setelah berusaha semaksimal mungkin sampai titik darah penghabisan(?) dan titik kesabaran habis(?), akhirnya dia bisa memasuki lift dengan sakit perut yang gak lebih sakit daripada ditikung. Apalagi yang nikung mantan terindah(?). Eh, bisa ya?

Setelah sampai di kamarnya, Gilbert buru-buru masuk ke kamar mandi dengan cepat. Dia lelah dengan rasa sakit yang sungguh tidak lebih menyiksa daripada melihat gebetan yang ditembak sama mantan(?). Dengan kekuatan jag**n ne*n dan tenaga dalam, dia melepaskan beban-beban yang ada di dalam usus besarnya. Gilbert mendesah keras. Rangsangan dalam tubuhnya begitu kuat. "Ah... ehm... ahn..." desah pemuda bersurai perak ini di kamar mandi dengan suara seksehnya yang membuat rating menjadi M seketika dan para fujoshi, fudanshi, dan penikmat R-18 lainnya nosebleed. Beneran, itu suaranya bukan suara hpnya. Setelah berjuang dengan wajah tidak elitnya, akhirnya dia keluar dari kamar mandi dengan wajah sumringah, lega, dan tanpa beban hidup sekalipun. Wajahnya seraya berkata Inilah hidup.

Saat ia keluar, sang adik sudah berada di kamar mereka. Ludwig cengo dengan tidak elitnya saat melihat kakaknya keluar dari kamar mandi dengan wajah lega. Seakan wajahnya berkata, "Berarti, tadi perkiraaanku salah, nih?"

"West, kamu kenapa? Kok muka kamu kayak gitu?" tanya Gilbert penasaran.

"Ah, enggak, bukan apa-apa, kok, bruder. Cuma... kok aku tadi denger kayak ada suara video R-18, ya? Bruder nonton, ya?"

"Ah... kamu ini, menuduh yang enggak-enggak! Mana mungkin kakakmu yang AWESOME ini nonton yang begituan! Paling-paling aku Cuma baca majalahnya si Francis doang, kok!" jawab Gilbert, dengan polos. Jujur banget nih orang. Tiba-tiba, ada seseorang yang keluar dari kolom tempat tidur milik Ludwig dengan darah yang mengalir dari hidungnya. "Aaaah... Giru-girubeto-san... m-maukah... k-kau.. menja-ja-jadi... moder... doujin... t-terbar-ru... k-ku?" Rupanya orang itu adalah Kiku Honda, sahabat dari Ludwig, pencetus dan wakil ketua klub yang menaungi fudanfujo berkedok klub fotografi, anggota klub berita, ketua dari klub manga research, dan fudanshi tingkat absolut. Bahkan gebetannya Gilbert pun tidak bisa mengalahkannya.

"Hah, Kiku? Bagaimana kau bisa kemari dan... kenapa kau menawariku hal bejat seperti itu?"

"K-karena... k-kau... s-sangat... c-cocok... jadi... u-uke! D-des-sah-anmu... sungguh... membuat... kami... merayang! Bahkan Eriza-san pun sangat menyukai suara anda! Kami akan membayar apapun dengan apa yang kau mau, Girubeto-san!" Kiku mencoba menhentikan pendarahan pada hidungnya sebelum darah yang terbuang semakin banyak. Ludwig dengan penuh perhatiannya memberikan satu pak tisu untuk sahabatnya. Gilbert masih cengo mendengar jawaban dari laki-laki berkebangsaan jepang tersebut.

"HAH, YANG BENAR SAJA?! GUA KAGAK MAO!" teriak Gilbert, menolak mentah-mentah tawaran tinggi dari pemuda Jepang. "Kenapa gak West aja? Kan dia seme-nya si Feliciano kalau gak si Nton-Nton ama Lovi. Mereka cocok tuh!" kata Gilbert, masih dengan nada tingginya yang melebihi penyanyi soprano wanita yang sedang PMS(?). Kiku mengangguk mengerti. Memang, setelah dipikir-pikir, tidak ada salahnya juga dengan pairing-pairing usulan pemuda personifikasi Prussia itu. Malah, kedua pairing tersebut juga termasuk 10 pairing dengan jajaran paling laku di pasaran(?).

"YANG BENER AJA! BRUDER TEGA JUAL ADEK SENDIRI! HUWAAA!" Teriak Ludwig meraung-raung sambil menguncang-guncangkan tubuh kakaknya sampai kakaknya mabok tujuh keliling(?). Tidak diduga bahwa Ludwig yang terlihat sadis, kuat, dan tidak mengenal kata menyerah dan ampun itu memiliki sifat keadekan yang sangat kuat. Apalagi sama abangnya tersayang di kamar seperti ini. Melihat kejadian langka bin ajaib itu, Kiku langsung mengeluarkan kamera yang paling ia puja dari kantong emonnya(?) dan memotret sahabatnya tanpa disadari oleh Ludwig. Tentu saja, sebagai sahabat yang setia, baik, dan tidak sombong serta rajin menabung, dan suka minum es kiko(?), dia tidak akan menjualnya secara bebas dan tetap menjadi barang pribadi. Tapi, author juga tidak tahu kalau jiwa yakuza-nya keluar.

"KAN ITU CUMA BERCANDA ADEKKU SAYANG! YA KALI GUA JUAL ADEK YANG GUA CINTAI, GUA SAYANGI, GUA BANGGAKAN, DAN GUA RAWAT SEPENUH HATI HINGGA TERCIPTA KECAP ELANG(?)! CUP CUP, GAK USAH NANGIS! Bruder di sini melindungimu, West! Entar minum beer bareng yuk? Atau makan bratwurst, deh! Atau entar jajan kebab döner, aja, gimana?" hibur pemuda berdarah Jerman itu menenangkan adiknya yang masih histeris. Gilbert bertransformasi dari tukang rusuh profesional menjadi kakak yang dapat dihandalkan. (#DitabokGilbert) Dan Ludwig bertransformasi dari pemimpin yang berwibawa menjadi adek yang merengek minta dibelikan balon sama permen karet. (#digebukLudwig) Walau otak Ludwig bisa dibilang cerdas, gitu-gitu dia sering gagal paham atau lemot. Apalagi sudah bersangkutan dengan pemuda Italia yang sepertinya tidak mengenal kata sedih, wuh, pikiran Ludwig bisa melayang hingga langit ketujuh tanpa bisa dijatuhkan.

Pertengkaran antar kedua saudara itu berlangsung ricuh. Kiku masih sibuk memotreti kakak-beradik yang sedang bergumul bertarung di atas kasur king-sized milik Ludwig. Pakaian mereka seketika berantakan kancing atas Gilbert lepas dan dasi yang digunakan Ludwig melonggar akibat tarikan dari Gilbert. Kiku yang menyaksikan itu hanya bisa melihat kedua pemuda itu dengan cairan kental berwarna merah yang menetes dari hidung dengan lancarnya sambil makan es kiko rasa nanas. Bagi Beilschmidt bersaudara itu sangat tidak AWESOME karena berkelahi hanya memperenggang hubungan persaudaraan mereka. Sedangkan Kiku... itu adalah hiburan yang tidak boleh dilewatkan. Malah, ide bejat pemuda itu mengalir dengan derasnya di dalam angan-angannya.

Tiba-tiba, pintu terbuka. Tetapi, tidak ada seseorangpun yang memperhatikan hal itu. "Gilbert, apakah kau di dalam?" tanya seorang gadis yang memiliki rambut panjang hazelnut itu. Tidak ada jawaban. Tetapi ada suara erangan. Elizaveta mengucapkan salam saat memasuki ruangan milik Beilschmidt bersaudara itu. Setelah berjalan melewati koridor yang pendek, dia melihat pemuda jepang yang mematung dengan indahnya. "Hei, Kiku, ada apa? Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Elizaveta dengan wajah sedikit bingung. Kiku menoleh. Di hidungnya ada sumpelan tisu yang sudah memerah. Kiku pun menjawab,

"Ah... Eriza-san! Ano...tadi pas aku mau ke kamarku, pintu kamar ini terbuka. Sekarian mau ngasih beberapa raporan yang aku dapatkan untuk berita. Saat aku memasuki kamar ini, aku mendengar desahan-desahan yang mengagumkan! Rumayan.. bisa buat ide proyek terbaru kita. Raru, aku bersembunyi di bawah kasurnya Rudwig-san sambir merekam suaranya! Ternyata, itu suaranya Girubeto-san. Dan sepertinya aku akan bertanggung jawab atas kebersihan kamar ini. Bagaimana denganmu?"

"Aku hanya ingin menjenguk Gilbert saja. Kadang-kadang aku merindukannya," Lalu gadis itu berjalan lebih jauh lagi. Tiba-tiba, syoooor! Darah mengalir deras dari hidung mancungnya. Tangannya dengan sigap mengambil kamera yang ia cintai seperti para teplonnya. Wajahnya memerah, jantungnya berdetak cepat. Tetapi, itu semua bukan karena malu. Berkat sifat fujoshi -nya yang memicu adrenalin yang menyebabkan jantungnya berdetak cepat dan darahnya mengalir dengan lancarnya(?).

"OMG! DEMI TEPLON-TEPLONKU YANG SANGAT MENYAYANGI GILBERT! INI... SEBUAH MAHAKARYAAAAAAA! TAK KUBAYANGKAN AKU BISA MELIHAT KEJADIAN INI! DESAHAN MEREKA... SUNGGUH SEKSEH DAN MENGGELORA! GILBERT, KU MAKIN CINTA PADAMUUUUH!" Teriak gadis berkebangsaan Magyarozyag itu dengan sangat bahagia. Entah dia makin cinta kepada Gilbert atau cinta (lebih tepatnya demen) sama Germancest satu ini. Gilbert dan Ludwig cengo saat mendengar Elizaveta berteriak dan tertawa dengan penuh nista.

Mein gott! Habislah kita. Festival kebudayaan makin deket. Mein gott, apa salahku?batin Beilschmidt bersaudara itu sambil menirukan gaya 'meninggalkan kehidupan' a la fandom sebelah yang kerjaannya main voli sama loncat-loncat seperti kelincinya Willem atau kanggurunya si Aussie (ditimpuk bola voli sama sugawara-senpai dan kageyamah tersayang). Mereka tahu, Germancest juga salah satu pairing belok nan siblingcest(?) yang laku di pasaran. Goods yang ditawarkan juga tidak hanya doujin nista. Ada juga lightsaber, handuk, tas, bahkan figurine. Mereka bakal tertawa nista saat meraup keuntungan luar biasa banyak akibat keteledoran mereka. Inilah akhirnya... Prime Time kali ini. (Tunggu, ini termasuk Prime Time, yak?)

Hello, everybody! Seperti janji ane, ane muncul lage. Rate-nya naik dan tiba-tiba jadi ambigu, ya? Ya maaf. Maafkanlah pikiran kotor ane. Maafkan ane yang mulai menggila. Ngomong-ngomong, ini Prime Time bukan, sih? Ah, sabodo amat. (#ditabokreader). Bukan maksud ane buat nyinggung atau menyakiti atau sebagainya. Jujur saja... ane gak tau kesambet apa jadi pengen bikin ff ini. Ini juga gak tau rampungnya sampai chap berapa :v Selama ada yang request buat lanjutin dan jika ada waktu (tapi ane juga gak bisa janji), ane akan berusaha membuat chap barunya. Bisa request mau prime timenya siapa (bisa pairing atau grup yang lainnya gak mesti keluarga) dan boleh ngasih usulan mau kayak gimana :3 Makasih banyak buat yang mau baca ff nista ini dan yang lainnya. Nah, sekian dulu. Tchüss!

Mini dictionary:

Beilschmidt Brüder zur besten Sendezeit: Beilschmidt brothers' Prime Time

FYI:

Kebab döner termasuk makanan favorit di Jerman selain wurst dan kartoffel

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Omake

Pel? Siap! Sabun lantai s* kl**? Siap! Berdandan a la maid-maid di cafe-nya Kiku? Hanya imajinasi pemuda jepang itu saja. Manggil abang ganteng sayangnya kuntet dari fandom sebelah? Sudah sih... tapi karena jarak yang jauh dan sedang berada dalam misi, dia tidak bisa hadir dalam acara bersih-bersih kali ini.

Yak, benar sekali! Dua orang dari klub nista berkedok forografi ini sedang mempertanggung jawabkan perbuatannya di hadapan kakak-beradik berkebangsaan Jerman yang ternyata clean-freak tersebut. Seharusnya mereka menyadari tukang rusuh berambut perak itu selalu menggunakan pakaian yang sangat bersih dan wangi serta setrikaannya yang halus walaupun dia sengaja tidak memakainya secara rapi seperti Ludwig. Untungnya lantai kamar Beilschmidt bersaudara itu berkayu dan tidak menggunakan karpet sehingga kegiatan bersih-bersih berlangsung dengan cepat dan hasilnya sangat bersih.

"Hei, sebelum kalian kembali ke kamar kalian atau ke ruang klub kalian, mau gak nonton bareng dulu? Nanti aku anterin pulang deh. Mumpung ane punya rekamannya Hetalia Musical yang singing the world itu!" tawar Gilbert dengan senang. "Sayangnya tidak ada yang memerankan aku yang AWESOME ini," Ludwig, Elizaveta, dan Kiku cengo mendengar itu. Dia tidak menyangka... kalau sahabatnya ini tukang bajak. Ludwig dan Kiku hanya bisa pasrah bahwa banyak foto aib yang dilakukan oleh para aktor. "DARIMANA KAU MENDAPATKAN VIDEO ITU, BRUDER?!" tanya Ludwig dengan sangat lembut.

"Kesesese~ Cuma bercanda, West! Lagian siapa yang mau ke sana. Kiku sih, mungkin bisa cuma kan... kau tau sendiri salju di luar kayak apa. Yaudeh, nonton 'perang bintang' aja, yok! Mumpung ane habis di kasih ama si Alpret. Tumben, tu orang baek," kata Gilbert sambil mencari kepingan CD sinar biru itu.

"Bagaimana dengan kudapannya, Girubeto-san? Tidak seru kalau–"

"Udah, ambil aja di kulkas. Aku abis belanja di warung sebelah tadi pas mau ke ruang klub. West, mau bratwurst, gak? Atau frankwurst? Kalau mau entar angetin,"

"Boleh, deh, bruder,"

"Kalau kamu, sayang?"

"Sayang? Kau mimpi, Gil?"

"Lah, tadi kamu bilang 'gua makin cinta ama elu, Gil!'" Wajah Elizaveta memerah. Dia hanya bisa tersipu saat mendengar gebetannya ini berkata seperti itu.

"Ah, aku–"

"Lupakan! Kita harus mempersiapkan makanannya dan segera menonton film itu!" kata Gilbert bergegas ke dapur. Elizaveta hanya bisa diam terpesona oleh pesona pemuda albino itu. Dia benar-benar bisa menjadi gentleman. Ternyata oh ternyata, Elizaveta sudah terbius oleh ke-ASEM-annya eh... ke-AWESOME-annya.

Setelah makanan dan minuman siap, mereka langsung duduk di atas kasur milik Beilschmidt bersaudara itu dan menonton film pemberian Alfred. Sepertinya Prime Timenya baru dimulai sekarang, ya?

Chapter 1

Beilschmidt Brüder zur besten Sendezeit

Fin

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Read and Review, Bitte?