Chapter 1: I'm not alone

Disclaimer: Masashi Kishimoto

WARNING: OOC, typo, Lol, gj, Normal POV

Genre: friendship & romance

Pair: Akasuna Sasori x Haruno Sakura

Rate: M

Summary: Setelah kematian orangtuanya, ditambah lagi dgn pernikahan Sasuke & Karin membuatnya semakin kehilangan dan sedih. Impiannya masih belum tercapai untuk membawa kembali kakak tirinya. Tapi Sakura masih tidak menyangka orang yang selama ini diharapkannya akhirnya muncul di hadapannya. Ia memutuskan untuk percaya bahwa tidak ada yang mustahil untuknya meskipun itu sudah TERLAMBAT.

Happy Reading!


~~~~OOOO~~~~

"Sakura, memangnya kau sama sekali tidak berniat untuk berpacaran atau menikah?"

"Tidak, Tsunade-sama."

"Umurmu sudah mencapai 20 tahun, Sakura, akan lebih baik jika kau cepat menemukan pasangan seperti Tenten yang sudah bertunangan dengan Neji dan Ino yang kemarin barusan berpacaran dengan Sai. Aku sangat khawatir padamu tentunya, Sakura."

"Kau tidak perlu khawatir padaku, Shishou."

"Sebagai Godaime Hokage dan juga sebagai gurumu, Haruno Sakura, sejujurnya aku lebih memperhatikanmu sekarang. Para Hokage terdahulu pasti juga sama sepertiku karena berharap generasi-generasi baru dari kalian. Aku akan melakukan cara apapun supaya kau tidak hidup seperti ini, Sakura," sang Hokage kelima yaitu Senju Tsunade memang akhir-akhir ini sangat prihatin mengenai kondisi muridnya yang berambut merah muda itu. Sakura hanya bisa menatap bosan pada gurunya yang sedang meminum teh ocha dengan tenangya. Selain mereka juga ada Kakashi, Yamato, dan tentunya Shizune yang ikut dalam perbincangan masalah privasi Sakura tersebut.

"Ngomong-ngomong, apa kau sudah melupakan perasaanmu pada Uchiha itu?" tanya Yamato santai. Apa? Apa yang dimaksudnya Uchiha Sasuke? Sakura tetap memasang wajah stoic-nya. Lagi-lagi pertanyaan ke-1000 yang harus ia jawab. Kakashi sudah bisa menebak apa yang dipikirkan Sakura. Gadis itu tetap terlihat tenang di luar, tetapi ia belum bisa berhenti memikirkan pria itu di otaknya dan masih menempatkan pria itu dalam hatinya.

"Bagaimana hm, Sakura? Sebaiknya kau tidak perlu menjawab pertanyaan Yamato-san. Itu adalah jawaban dari dirimu sendiri, oke?" Kakashi berhasil membuyarkan lamunan Sakura membuat gadis itu menolehkan kepalanya dan menatap Sensei-nya itu yang tersenyum dibalik maskernya itu.

"A-aku tidak tahu, taichou," Jawab Sakura sambil menundukkan kepalanya.

"Haha, tidak apa-apa, Sakura. Kami mengerti keadaanmu, Sakura. Aku juga sama seperti kau, Sakura. Mungkin belum waktunya kita harus berhubungan serius dengan seseorang, nanti juga datang sendiri kok," kata Kakashi. Sakura tersenyum mendengar perkataan Kakashi. Guru yang sudah mengajarinya semenjak ia masuk genin memang sampai sekarang belum mendapatkan jodoh sekalipun, walaupun penggemarnya rata-rata dari penduduk desa lain tapi Kakashi tetap stay cool karena masalah hubungan harus diandasi dengan perasaan khusus dari masing-masing orang. Ia tidak mau salah memilih cinta.

"Ha'i Sensei."

"Tapi, asal kau tahu, sekarang Kakashi-senpai sedang dekat dengan Godaime Mizukage, kau tahu kan, Sakura? Diam-diam mereka berkencan kemarin," bisik Yamato di dekat telinga Sakura. Sakura hanya tertawa kecil. Sedangkan Tsunade dan Shizune hanya sweatdrop mendengar bisikan Yamato yang sama sekali bukan bisikan karena jelas-jelas terdengar jelas di telinga mereka. Kakashi hanya menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Shikata Nai, sepertinya aku juga tidak bisa memaksakanmu terus-terusan, Sakura. Bagaimanapun kau sudah dewasa, aku juga berharap kau tidak menjadi sepertiku yang memilih hidup tidak bersama lawan jenis. Dan Aku yakin kau mempunyai masa depan yang berbeda denganku, Haruno Sakura. Tetapi, sebagai guru aku akan terus mendukung pilihanmu apapun itu."

Sakura hampir tidak mempercayai apa yang dikatakan Tsunade. Sepertinya Tsunade memang berubah pikiran padanya. Begitupun dengan Sakura, ia hanya menganggukkan kepalanya dengan mantap.

"Arigatou Gozaimasu," Sakura membungkukkan badannya dengan sopan.

"Lalu Bagaimana dengan klanmu, Sakura? Apa kau tidak berniat meneruskan klanmu?" tanya Yamato.

"Semenjak kematian kedua orangtuaku, sepertinya aku tidak akan berniat meneruskan klan Haruno karena yang tersisa hanya aku. Mereka meninggal juga tidak meninggalkan pesan apapun padaku," jawab Sakura setenang mungkin. Kalau diingat-ingat peristiwa kematian kedua orangtuanya hanya mampu membuatnya termenung dan sedih. Ia benar-benar mengutuk perang dunia Shinobi keempat yang berhasil merenggut kematian kedua orangtuanya. Apapun yang terjadi, Sakura tetap tidak bisa melupakan peristiwa itu. Ia sangat menyesal tidak berada di samping Ayah dan Ibunya.

"Bukannya yang tersisa hanya kau dan Sasori?"

Pertanyaan Shizune berhasil membuat mereka yang ada dalam ruangan itu terkejut.

"Apa maksud pertanyaanmu itu, Shizune?" tanya Tsunade dengan tegas. Lalu Shizune memberikan gulungan yang lumayan besar pada Tsunade membuat Sakura bingung. Kakashi dan Yamato mengamati betul apa yang dilakukan Tsunade pada gulungan itu.

"T-tidak mungkin! Apa maksudnya ini, Shizune? Siapa yang mengirim pemberitahuan mendadak seperti ini? Aku tidak menyangka akan seperti ini," Shizune terlihat khawatir dan bingung harus menjawab pertanyaan Tsunade. Yamato dan Kakashi hanya saling memandang sedangkan Sakura merasakan firasat buruk.

"A-anu, Tsunade-sama... pesan tersebut dari Raikage-sama. Para Anbu sepertinya juga tahu masalah ini barusan. Aku tidak dapat menjelaskannya lebih detail, Tsunade-sama. Sumimasen." Sakura dapat menangkap wajah Shizune yang terlihat resah.

"Apa yang terjadi, Tsunade-sama?'"

"Apa kami akan dapat misi?"

"Sepertinya Akatsuki masih hidup dan beritahu tim lainnya karena kita akan mulai pencarian besok."

~~~~OOOO~~~~

Matahari yang terik selalu menyinari langit Konoha siang ini. Sakura memantapkan setiap langkahnya untuk mengeilingi desa kelahirannya tersebut. Ia berhasil kabur dari kantor Hokage karena guru pribadinya tersebut sedang mengadakan rapat dengan kage lainnya. Betapa khwatirnya wanita tersebut pada Sakura, karena semakin hari Sakura sama sekali tidak memiliki hubungan khusus dengan laki-laki manapun, contohnya adalah berpacaran atau menikah. Sakura memang sudah terbiasa dengan perlakuan Tsunade padanya. Tsunade dan dirinya sudah seperti seorang Ibu dan anak di mata penduduk Konoha. Namun dengan hubungan seperti itu, banyak yang merasa iri dan ingin dengan hubungan seperti itu.

Sudah setahun tahun berlalu semenjak perang dunia shinobi keempat telah berakhir. Tuhan mencobanya dengan nasib buruk yang membawanya untuk menjadi salah satu kunoichi terkuat di Konoha. Takdir buruk itu terjadi saat ia tidak di samping kedua orangtuanya saat perang berlangsung. Ayah dan Ibunya meninggal dengan tangan yang bergandengan dan senyuman yang terukir di wajah mereka seusai melawan biju dengan shinobi lainnya. Itu semua adalah takdir yang harus ia terima sebagai seorang anak.

Sejak ia bayi, Haruno Kizashi dan Haruno Mebuki selalu mengajarkan pada Sakura tentang apa arti dari hidup yang sesungguhnya. Karena hidup tidak selamanya indah dan penuh kasih sayang, tetapi akan ada kebencian dan kematian yang mendalam jika Sakura sudah menjadi ninja sejati. Jangan jadikan kebencian tersebut sebagai penghalang untuk seorang ninja, termasuk dalam peperangan yang membawa banyak tumpah darah. Namun jadikan kebencian tersebut sebagai pelajaran untuk hidup. Karena kalau kita telah melakukan kebaikan untuk sesama, kita juga harus menanggung kebencian. Sampai suatu hari, kedekatan klan Haruno dan klan Akasuna memberikan pengaruh besar bagi Konoha dan Suna. Kedamaian yang sesungguhnya sudah terjadi saat Hokage ketiga dan Kazekage keempat menjadikan kedua klan tersebut sebegai pasokan utama dalam dua desa tersebut. Namun, banyak desa shinobi yang tidak menerima kedekatan kedua klan tersebut hingga Konoha dan Suna harus memilih antara kedua klan tersebut yang harus dibantai habis-habisan oleh Amegakure. Akhirnya cepat atau lambat, klan Akasunalah yang menerima untuk dibantai. Semua anggota klan Akasuna mati di tangan shinobi Amegakure, hanya karena ingin menghindari perang. Benar-benar kejam. Yang selamat hanya Nenek Chiyo dan cucunya, Akasuna Sasori. Lalu klan Haruno mengambil Sasori untuk diangkat sebagai anggota klan Haruno. Pemuda yang terampil dalam seni tersebut memutuskan untuk menjadi anak tiri dari Kizashi dan Mebuki, serta menjadi kakak tiri untuk Sakura.

Kasih sayang Sasori kepada Sakura bukan lagi seperti kakak beradik yang biasanya., tapi sudah seperti sepasang kekasih yang tidak bisa dipisahkan. Saat Sakura sudah menginjak remaja dan lulus menjadi genin, entah ada yang berubah dari Sasori. Pemuda tersebut lebih banyak mengurung diri di kamar dan membuat ratusan koleksi boneka yang ia percayai sebagai sesuatu yang abadi dan dikenang. Tanpa ia sadari, perasaan cintanya pada Sasori hanyalah sia-sia saja. Sasori lebih memilih menjadi anggota organisasi Akatsuki yang "katanya" akan membawa perdamaian bagi dunia shinobi, tetapi apakah perdamaian yang sesungguhnya harus dikaitkan dengan jinchuriki yang selalu mereka incar?. Bahkan sampai saat ini, Sakura belum tahu mengapa Sasori harus meninggalkannya. Belum lagi Sasuke yang sering mengacuhkannya, karena perasaan cintanya hanya dianggap mengganggu saja dan meninggalkan Konoha hanya untuk meminta kekuatan dari orochimaru serta membalaskan dendamnya pada Konoha. Itu seperti takdir buruk yang harus ia terima terus menerus. Saat perang berlangsung, Sasuke kambali ke Konoha dan menjadi bagian dari tim 7 bersama Sakura dan Naruto. Kembalinya Sasuke yang begitu tiba-tiba, ternyata tidak membawa perubahan apapun untuk Sakura. Yang didapatkannya adalah undangan pernikahan yang bertulisan nama "Uchiha Sasuke" dan "Uzumaki Karin". Senyuman miris yang dapat ia tunjukkan saat menerima undangan tersebut. Saat hari pertunangannya saja, Sakura tidak datang. Hatinya terlalu sakit kalau gadis tersebut sampai melihat mereka memasukkan cincin di masing-masing jari manis mereka.

Tekad dan impiannya dari dulu adalah ingin bertemu dengan kakak tirinya, Sasori. Bersama dengan Nenek Chiyo, Sakura bertarung dengan pemuda tersebut. Betapa rindu ia pada sosok pria berambut merah bata dan baby face-nya tersebut, tapi apa daya Sakura harus melaksanakan misi untuk menyelamatkan Gaara. Tetapi saat tahu bahwa sebagian anggota Akatsuki masih hidup, Sakura yakin bahwa Sasori masih hidup. keyakinannya terus bertambah seiring berjalannya waktu.

Tou-san... Kaa-san... Nii-san...

Aku merindukan kalian...


"Sakura-chan!" suara melengking yang sudah tidak asing didengarnya berkali-kali berhasil membuyarkan lamunan gadis bermarga Haruno tersebut. Kedua kakinya berhenti tepat di taman bermain, dekat sekolah akademinya dulu. Ia dapat melihat teman-temannya yang sedang berkumpul, yaitu Ino. Hinata, Tenten, Shino, Kiba, Neji, Shikamaru, Chouji, Sai, Lee, dan termasuk Naruto yang sedang melambaikan tangannya pada Sakura. Gadis tersebut tersenyum dan menghampiri mereka.

"Kau dari mana saja eh, forehead? Dari tadi aku mencarimu tahu. Kau jadi sering menghilang sekarang," sahut Ino sambil melipat tangan di dadanya dengan kesal.

"Bukan urusanmu, pig! Lebih baik kau urus sendiri urusanmu!" sahut Sakura tidak kalah tajamnya.

"Hei, sudah-sudah, kalian wanita memang merepotkan saja," elak Shikamaru sambil menatap bosan kedua wanita di depannya yang sering kali beradu mulut.

"Yang paling penting sekarang kita bisa kumpul-kumpul seperti ini lagi kan," kata Rock Lee sambil memberikan silauan dari giginya yang putih berkilau seperti gurunya, Guy.

"Haha, betul sekali katamu. Sudah lama kita tidak berkumpul seperti ini," kata Naruto menunjukkan cengiran lebarnya. Yang lainnya hanya mengangguk setuju dengan ucapan Naruto.

"Yah, dibandingkan dengan hari-hari yang lalu, hari ini kita sama-sama tidak memiliki misi apapun kan," ucap Sai tenang.

"Oh ya, Sakura-chan. Kulihat-lihat dari kemarin kau jadi sering ke kantor Hokage. Memangnya ada apa? Apa kau punya misi pribadi?" tanya Tenten mengalihkan pembicaraan.

"Ah lagi-lagi wanita itu mengurusi hubungan pribadiku. Benar-benar menyebalkan. Jangan sampai kalian ikut-ikutan dengannya," jawab Sakura sambil membayangkan wajah dan ucapan Tsunade yang selalu mengatakan, "Kau tidak boleh menjadi sepertiku, Sakura. Kau adalah muridku dan aku tidak akan pernah mengajari Teknik Transformasi padamu!" begitulah kata-kata Tsunade padanya. "Memangnya siapa juga yang ingin menggunakan teknik aneh seperti itu? Dasar nenek-nenek!"

"M-mungkin Tsunade-sama khawatir padamu, Sa-Sakura-chan," kata Hinata sambil mengelus pundak Sakura.

"Aku juga sering dibegitukan olehnya di depan orangtuaku,"kata Chouji sambil memakan kripik kentangnya.

"Sepertinya kita bertiga sama," tambah Kiba spontan.

"Tenang saja. Jabatan Hokage sebentar lagi akan berpindah pada Kakashi-sensei. Cepat atau lambat Kakashi-sensei akan menggantikan Tsunade-sama," kata Neji sambil menyandarkan tubuhnya pada dinding yang berbatasan dengan akademinya dulu.

"Dan Shikamaru yang akan menjadi tangan kanannya," tambah Ino sambil melirik pria pemalas yang duduk tidak jauh darinya. Pria yang merasa dirinya disebutkan itu menatap Ino dengan bosan.

"Kenapa harus Shikamaru sih? Kenapa tidak aku saja? Kakashi-sensei benar-benar mengutamakan orang lain dibanding muridnya sendiri," kata Naruto dengan kesal.

"Memangnya kau pikir jadi tangan kanan seorang Hokage itu gampang? Kau boleh-boleh saja menggantikan posisiku, Naruto tapi kau harus melewati kejeniusanku."

Semuanya tertawa melihat Naruto yang sedang menggembungkan pipinya dengan kesal. Pahlawan dari Konoha tersebut benar-benar punya cara untuk membuat teman-temannya tertawa. Sakura menyikut lengan Hinata dan membuat gadis itu merona hebat.

"Kau benar-benar bodoh, Naruto," Sahut Kiba.

"Huh? Aku? Aku tidak sebodoh yang kalian pikirkan, ingat itu!"

"Aku setuju dengan Kiba. Kau terlalu sederhana dan bodoh untuk berpikir seperti itu, Naruto," kata Sai lalu tertawa lepas. Jarang sekali mereka melihat Sai tertawa seperti itu.

"Hei, Sai! Sejak kapan kau bisa tertawa seperti itu? Huh?!" tanya Naruto tak terima ucapan pemuda berwajah pucat itu.

"Arigatou, Naruto-chan!" ucap Sai sambil tersenyum. Neji dan Shino yang berwajah datar saja juga ikut tertawa ucapan Sai.

"Jangan memanggilku seperti itu, Sai!"

"Kau masih seperti dirimu yang dulu, Naruto," kata Sakura sambil tersenyum. Naruto langsung membalas senyuman Sakura dengan cengiran yang lebar dan pipi yang merona.

"Maksudnya Sakura, kau sama sekali belum berubah sepenuhnya, Naruto. Bodoh dan selalu bodoh, itulah kau," kata Kiba. Senyuman Naruto langsung memudar dan menatap tajam pada Kiba.

"Kaulah yang bodoh, Kiba!"

Sakura hanya tertawa selepasnya. Ia merasa sangat senang hari ini. Bertemu dengan teman-temannya adalah hal yang menyenangkan untuknya. Ia bisa merasakan chakra teman-temannya yang begitu hangat dan larut dalam pembicaraan ini. Tapi tiba-tiba saja ia kepikiran oleh Sasuke. Sakura sudah mencari sosok pemuda berambut raven itu, tapi tetap saja belum ditemukannya. Kenapa Sasuke tidak ada? Apa ia sibuk? Sakura merasa sedih dalam hatinya. Sudah hampir 4 hari ia tidak melihat sosok pria tersebut. Jika ia bertanya pada Itachi dimana Sasuke, pasti si sulung Uchiha itu hanya menjawab "sedang sibuk". Sasuke-kun, aku merindukanmu.

"Hey Sakura. Kau sedang memikirkan apa hm? Tumben sekali kau lebih banyak diam hari ini," kata Ino. Naruto langsung menoleh pada Sakura dan melihat perubahan wajah pada Sakura. Gadis tersebut tersentak dan menoleh pada mantan rivalnya tersebut.

"A-aku tidak apa-apa."

"Sakura-san apa kau baik-baik saja?" tanya Lee dengan nada khawatir. Sakura tersenyum karena Lee memperhatikannya dari tadi.

"Tentu saja, Lee-san."

"Kau sedang memikirkan Sasuke ya?"

"E-ehh?"

"Siapa lagi kalau Sasuke yang dipikirkannya? Gak mungkin Morino Idate kan!"

"Baka! Mana mungkin aku memikirkan pria itu!"

"Ngomong-ngomong Sasuke dimana, Naruto? Kenapa ia tidak ikut bersama kita?" tanya Shikamaru.

"Orang seperti dia memangnya suka berkumpul-kumpul dengan kita? Palingan dia sibuk," kata Ino cuek.

"Sasuke masih sibuk mengurusi pernikahannya dengan Karin," jawab Sai sambil tersenyum. Semua tahu itu cuma senyum palsu. Dan ditambah penekanan di kata "Karin".

"Pernikahan ya?..." gumam Sakura sambil menundukkan wajahnya.

Sebuah tangan menepuk pundak Sakura. Gadis itu menoleh, "Tidak perlu dipikirkan, Sakura." Neji! Neji tersenyum padanya. Betapa hangatnya mata lavender itu. Sakura mengangguk berusaha meyakinkan pemuda itu.

"Sudahlah, biarkan saja. Aku tidak mengerti apa yang dipikirkan teme sampai mau menikahi gadis centil seperti dia," kata Naruto.

"Kupikir-pikir Karin hanya menang gaya saja, tapi kemampuan dan sikapnya sangat minim sekali."

"Karin memang berasal dari klam Uzumaki, tetapi tingkah lakunya sangat berbeda dengan anggota klan Uzumaki lainnya, termasuk Naruto. Sangat tidak cocok sekali dengan Sasuke yang berasal dari klan Uchiha."

"Dia senang sekali tebar pesona di depan Tsunade-sama. Benar-benar tidak sopan."

"Kuperhatikan selama ini, Sasuke sangat cocok lho dengan Sakura-chan," kata Naruto. "Aku juga berharap seperti itu, Naruto," balas Sakura sambil menghela nafas.

"Pria dingin seperti Sasuke pasti tidak akan peka dengan yang namanya cinta. Mungkin ia melihat wanita dari penampilannya saja. Tapi tidak melihat dari hatinya," tambah Tenten

"Sa-Sakura-chan jangan terlalu memikirkan Sasuke-san. Sa-Sakura-chan bisa mencari pengganti untuknya. Mungkin kita bisa membantumu," kata Hinata dan mendapat anggukan setuju dari semua temannya.

"Boleh-boleh saja. Arigatou, Hinata-chan," kata Sakura sambil tersenyum. Siapapun yang melihat senyum Sakura saat itu pasti blushing, termasuk Rock Lee, Naruto, Kiba, dan Neji.

"Dengan aku saja, Sakura-san!" sahut Rock Lee sambil mengacungkan jarinya.

"Baka! Apa maksudmu huh? Aku yang pantas dengan Sakura!" sahut Kiba sambil menjitak kepala Lee. Sakura yang melihat tingkah kedua temannya hanya tertawa.

"Kalian berdua memang berisik!" Tenten menjewer telinga Kiba dan Lee. "Memangnya Sakura mau berpacaran dengan laki-laki bodoh seperti kalian?!"

"Ittai, Tenten!" keluh Kiba.

"Lepaskan, Tenten. Kau memang tidak pernah mengerti perasaanku."

Suasana seperti ini sangat dirindukan oleh Sakura. Tapi sayangnya Sasuke tidak dapat hadir dalam pertemuan ini. Hari ini ia tidak dapat melihat dan mengobrol dengan Sasuke. Wajahnya, suaranya, dan senyumnya yang tipis sangat dirindukan oleh Sakura. Kalau bukan karena teman-temannya yang membuat hari ini bahagia untuknya pasti ia sudah termenung di kamarnya setiap hari. Bayangan wajah orangtuanya dan Sasori kembali terlintas di benaknya.

Tou-san, Kaa-san, Nii-san, hari ini aku berkumpul dengan Naruto dan lainnya. Tetapi sayangnya Sasuke tidak dapat hadir disini.


"Lain kali kita kumpul-kumpul lagi, Jaa!" seru Ino sambil menggandeng lengan Sai meninggalkan taman bermain itu. Tenten, Lee, dan Shino juga mengikutinya di belakang.

"Naruto-kun, Sakura-chan, aku dan Neji-niisan pulang dulu," kata Hinata dan mendapat senyuman dari Neji.

"Iya! Hati-hati, Hime, Nanti malam aku ke rumahmu ya!" seru Naruto sambil melambaikan tangannya pada Hinata. Sedangkan Sakura melemparkan senyumannya pada Neji. Sepertinya Neji tertarik pada Sakura, tapi gadis itu tidak bisa membalas cinta dari pemuda byakungan itu. Ia tidak mau melibatkan Neji pada urusan pribadinya.

"Ayo Kiba, Chouji. Aku ingin segera tidur di rumah. Ck mendokusai!" ajak Shikamaru pada Kiba. Setelah melambaikan tangannya pada Sakura dan Naruto, mereka segera pulang hingga menyisakan Naruto dan Sakura yang masih dalam suasana hening. Terlihat gugup juga untuk Naruto saat berdua dengan Sakura di tempat seperti ini. Sakura hanya menunggu Naruto yang membuka pembicaraan.

"Sa-Sakura-chan," panggil Naruto terbata-bata.

Sakura menoleh padanya, "Ada apa, Naruto?"

"Kau masih ingat saat pertama kali perkenalan kita dengan Kakashi-sensei?"

"Hmm, masih.."

"Kau tentu masih ingat kan apa harapan dan impianmu yang belum tercapai sampai sekarang ini."

Flashback: ON

"Baiklah. Pertama, aku ingin kalian memperkenalkan diri," ucap Kakashi.

"Memperkenalkan diri... apa yang harus kami perkenalkan?" tanya Sakura dengan senyum yang masih terukir di wajahnya.

"Kesukaan, yang tidak disukai, hobi, cita-cita, seperti itulah."

"Hei! Sebelum itu perkenalkan dirimu dulu!" seru Naruto dengan cepat.

"Aku? Namaku hatake Kakashi. Kupikir aku tak perlu menyebutkan hobiku seperti kalian. Aku tak pernah memikirkan cita-citaku. Hobiku sangat banyak..."

"Akhirnya kita hanya tau namanya saja? Dasar guru aneh," bisik Sakura pada rekan timnya. Naruto mengangguk setuju sedangkan Sasuke diam saja.

"Oke, mulai darimu," tunjuk Kakashi pada Naruto.

"Perkenalkan, Namaku Uzumaki Naruto. Makanan kesukaanku adalah ramen. Yang paling kusuka adalah Ichiraku Ramen. Iruka-sensei sering mentraktirku ke kedai Ichiraku. Hobiku adalah makan dan membandingkan ramen! Cita-citaku adalah menjadi hebat dari hokage dan aku akan membuat penduduk desa mengakui keberadaanku!"

"Begitu ya... anak ini tumbuh dengan cara yang menarik," batin Kakashi.

"Namaku Uchiha Sasuke. Banyak hal yang kubenci, tapi tidak seperti kebanyakan orang. Dan, aku mempunyai mimpi yang kupikir tidak akan hanya menjadi sebuah mimpi. Tapi aku punya ambisi. Ambisiku adalah memulihkan nama baik klanku tanpa satu pun kegagalan dengan membunuh seseorang."

Sakura dan Naruto menatap ngeri pada Sasuke. Belum pernah mereka mendengar nada bicara Sasuke yang sangat serius seperti ini.

"Semoga orang itu bukan aku..." batin Naruto.

"Kami-sama... Sasuke-kun tampan sekali."

"Sepertinya aku tahu orangnya," batin Kakashi. "Oke, kau yang terakhir!" kata Kakashi pada Sakura.

"Namaku Haruno Sakura. Banyak yang aku suka dan sedikit yang tidak kusuka. Aku menyukai festival Hanami setiap ulang tahunku tanggal 28 Maret. Dan yang tidak kusuka adalah makanan pedas dan sake. Impianku adalah membawa kembali kakakku pulang ke Konoha dan cita-citaku adalah menjadi ninja medis terbaik yang akan melampaui Sannin Legendaris, Senju Tsunade-sama."

Naruto, Kakashi, dan Sasuke cukup terkejut juga dengan pernyataan Sakura. Naruto menatapnya kagum, sedangkan Sasuke meliriknya sekilas. Kakashi menyembunyikan senyumannya di balik maskernya.

"Sannin Legendaris? Siapa itu, Kakashi-sensei?" tanya Naruto penasaran.

"Kau akan tahu nanti, Naruto." "Gadis ini... sepertinya aku tahu tentang kakaknya dan cita-citanya... jarang sekali ada kunoichi yang ingin menjadi ninja medis..." ucap kakashi dalam hatinya.

FLASHBACK: OFF

"Haha, iya aku masih ingat," kata Sakura. Naruto menaikkan sebelah alisnya melihat Sakura tertawa.

"Kenapa kau tertawa?" tanya Naruto.

"Tidak, tidak. Aku merasa kita masih polos dan belum tau apapun, Naruto."

"Jadi?"

"Ya jadi, ada kemungkinan juga kan harapan dan cita-cita kita juga ikut berubah seiring waktu. Kita tak mungkin harus terpacu pada harapan kita dulu. Maksudku, siapapun bisa berubah kan," jawab Sakura dengan tenang. Naruto merasa ada perubahan dalam wajah dan suara Sakura.

"Jadi, kau tidak mengharapkan kakakmu kembali begitu?"

"T-tentu saja tidak. Lagipula itu sudah berlalu dan aku sudah tidak mengharapkan dia lagi," jawab sakura sambil mengusap mata dan pipinya yang sudah dibanjiri air matanya. Naruto menatapnya kasihan dan kemudian memegang kedua bahu Sakura. Gadis berambut merah muda itu terkejut.

"Mulai sekarang lupakan Sasuke!"

"Na-Nani?!"

"Lupakan Sasuke! Dia tidak mencintaimu, Sakura! 5 hari lagi dia akan menikah dengan Karin! Aku tidak mau kau terus memikirkan Sasuke terus! Dia hanya menganggapmu sebatas rekan saja, Sakura!"

"Kenapa, Naruto? Kenapa kau terus memikirkan tentangku Naruto? Kenapa kau begitu peduli padaku?" tanya Sakura di tengah isakan tangisnya.

"Karena, aku adalah sahabatmu Sakura. Aku selalu memperhatikanmu sejak di Akademi. Meskipun aku sudah berpacaran dengan Hinata, tetapi hatiku masih terisi olehmu. Tapi aku akan berusaha dan berjanji padamu untuk mencintai Hinata. Ini adalah janji seumur hidupku. Aku hanya tidak ingin pikiranmu dipenuhi oleh Sasuke, Sasuke, dan Sasuke. Kau harus mencari pengganti, Sakura. Kau bisa berpacaran dengan Lee, Kiba, Shino, atau mungkin Neji sepertinya dia tertarik padamu. Aku percaya kau bisa melupakan–"

"Tidak. Aku tidak ingin berhubungan dengan siapapun, Naruto. Aku ingin fokus pada impianku untuk membawa nii-sanku pulang ke Konoha."

"Lalu kau kenapa tidak memberitahuku?"

"Apa?"

"Tentang misi yang diberikan oleh Shisou besok."

"Jadi, kau sudah tahu?"

"Tentu saja, aku tahu. Tapi sepertinya tim 7 tidak ikut misi itu."

"Yah... kenapa?"

"Hanya tim 8, tim 10, dan Anbu yang menyelidiki tentang keberadaan anggota Akatsuki."

"Ah begitu..."

"Sakura... ingat ya apa yang kubilang tadi."

"Tentu saja. Melupakan Sasuke kan? Yosh! Aku berusaha kan melupakannya dan bertemu dengan Sasori-niisan!"

Naruto merasa hangat dalam hatinya melihat Sakura yang begitu semangat. Kalau dipikir-dipikir, ia berhasil membuat wanita itu hilang dari stres karena terus memikirkan Sasuke. Tapi hari ini terlihat berbeda dari gadis itu.

"Ayo, Sakura. Kita ke kedai Ichiraku. Aku lapar sekali!" keluh Naruto.

"Kau mengajakku kencan heh?"

"Tentu saja, Sakura-chan. Akhirnya setelah sekian lama kau menerima kencanku!"

"Tidak! Ini bukan kencan. Sudahlah kau itu lama sekali!"

Sakura segera menarik tangan Naruto dan berjalan bersama dengan bergandengan tangan menuju kedai Ichiraku. Tanpa mereka sadari, ada pemuda berambut merah bata yang pekat mengawasi pembicaraan mereka sejak Sakura dan Naruto mengobrol. Walaupun wajahnya tidak begitu kelihatan karena ia memakai jaket dengan tudung yang hanya menampilkan senyuman tipisnya.

"Aku juga merindukanmu, Imouto."

.

.

.

.

.

.

Baru update cerita keduaku! maaf kalau kurang bagus dan ada yang OOC banget!

tolong kasih masukan, kritikan, dan pendapat supaya aku bisa buat cerita yang menarik untuk chapter berikutnya!

RnR!

Arigatou Gozaimasu #XoXo