Disclaimer : Hetalia belongs to Hidekaz Himaruya

Hetalia Cardverse. USUK.


Seorang ratu baru telah ditemukan.

Kerajaan Spades diselimuti oleh atmosfer bahagia. Seluruh penghuni terlihat bersemangat menyambut penobatan malam ini. Ratusan prajurit dikerahkan untuk menjaga gerbang. Puluhan koki terbaik ditugaskan membuat hidangan istimewa. Pelayan, dayang dan abdi istana sibuk pergi ke sana ke mari menyiapkan segala sesuatu. Istana tidak pernah terlihat sehidup ini sejak kematian ratu sebelumnya.

Alfred F. Jones, sang putera mahkota, mencondongkan badannya ke depan, menyandar pada teralis tangga. Sepasang mata birunya mengamati lalu lalang orang-orang yang sibuk mengurus keperluan penobatan di bawah. Pesta akan dilaksanakan di ruangan dansa tepat di bawah sana. Rangkaian mawar biru simbol kerajaan telah tertata rapi menghiasi tiap sudut ruangan. Sang pangeran mendengus dan memalingkan kepalanya ke arah ruang rias pada sebelah kanan. Di balik pintu mahoni tebal berukiran yang berdiri kokoh dan tertutup rapat itu adalah ratu yang baru.

Orang yang akan menggantikan posisi ibunya dan bersanding dengan sang raja, ayahnya.

Alfred hampir menghunus pedangnya dan menggorok leher pengawalnya saat diberitahu bahwa seorang dengan tato sekop telah ditemukan. Seorang ratu baru. Tentu saja dia tidak percaya. Ratu baru tidak akan muncul sampai ia sendiri menjadi raja selanjutnya. Lalu siapa orang bertato sekop yang muncul secara tiba-tiba? Sudah hampir sepuluh tahun sejak kematian ibunya. Seluruh rakyat telah berbesar hati untuk menjalani pemerintahan yang timpang tanpa seorang ratu, hingga Alfred diangkat menjadi raja baru. Dia akan naik tahta pada musim panas mendatang, saat usianya tepat menginjak 23 tahun. Harusnya ratu baru tidak muncul hingga saat itu.

Alfred bersikeras ingin memastikan sendiri bahwa tato sekop itu asli, bukan tiruan tangan pengrajin ahli. Sang jack, Yao Wang, telah melarangnya dan mengatakan kalau hal itu melanggar peraturan. Tato ratu tidak boleh dilihat, apalagi disentuh oleh keluarga istana hingga koronasi tiba. Tapi bahkan kemunculannya di tengah-tengah pemerintahan ayahnya sudah merupakan suatu keanehan tersendiri. Mana mungkin Alfred percaya dan menerima begitu saja kenyataan adanya ratu baru. Tapi Yao menjelaskan bahwa hal itu mungkin terjadi, meski sangat langka. Akhirnya Alfred hanya menggeram marah dan berlalu, mengibaskan jubahnya kesal. Ia akan mencari cara untuk memastikan keaslian tato itu sendiri. Memastikan ratu baru itu memang asli. Dan ia harus melakukannya sebelum penobatan yang akan diselenggarakan sebentar lagi, satu jam dari sekarang.

Ia sudah berdiri di titik yang sama selama hampir tiga jam lamanya. Berpura-pura memperhatikan keramaian di bawah sana. Padahal dari sudut matanya ia mengamati dayang-dayang sibuk keluar masuk kamar rias. Masih ada satu orang lagi yang berada di dalam ruangan itu bersama sang calon ratu baru. Elizaveta Hedervary namanya, kepala dayang tertinggi.

Alfred mengetuk-ketukkan ujung sepatunya dengan tidak sabar. Ia tidak tahu apa saja yang dilakukan Hedervary di dalam sana, tapi dari samar-samar suara yang ia dengar, wanita itu sepertinya menikmati waktunya menggoda sang ratu baru. Alfred mendengus dan berharap Hedervary segera menyudahi obrolan tidak pentingnya dan keluar. Suara derit halus yang menyapa telinganya menjadi pertanda bagi Alfred untuk meneruskan sandiwaranya memperhatikan lantai dansa di bawah.

"Pangeran Alfred? Apa yang sedang kau lakukan di sini?"

Perlahan ia menoleh dan menarik sudut bibirnya ke atas. Sebuah senyuman sopan terbentuk menghiasi wajah tampannya.

"Ah, aku sedang memperhatikan pelayan istana mempersiapkan segalanya. Mereka semua terlihat begitu bersemangat."

Wanita bermata hijau itu melangkah mendekat ke arah Alfred dan berdiri di sampingnya, ikut mengamati kesibukan di bawah. Ia tersenyum, sepasang matanya berbinar.

"Tidakkah kau merasa bahagia juga, Pangeran? Di akhir masa pemerintahannya raja akan ditemani oleh seseorang yang dapat merawat dan menyayanginya. Setidaknya beliau akan menghabiskan waktu pensiunnya dengan bahagia." Hedervary tertawa pelan.

Alfred tersenyum samar, menganggukkan kepalanya singkat.

Respon ayahnya terhadap kemunculan ratu baru sedikit berbeda dari yang ia bayangkan. Alfred pikir ayahnya begitu mencintai ibunya dan akan terus seperti itu hingga ajal menjemput. Tapi ia terlihat terlalu antusias menyambut kedatangan ratu barunya. Jujur saja, Alfred sakit hati melihat reaksi ayahnya. Ia sendiri tidak sempat melihat orang bertato sekop yang muncul di saat yang tidak tepat itu. Yao terlanjur menutupinya dengan jubah besar dan membimbingnya pergi ke ruangan khusus. Alfred hanya tahu kalau ratu yang baru seorang laki-laki.

"Tentu saja aku turut senang." Ia kembali memaksa sudut bibirnya terangkat naik. "Setidaknya ayahku tidak akan merasa kesepian lagi."

Bohong.

Padahal Alfred lebih memilih melihat ayahnya duduk di kursi kebesarannya dengan tenang dan menyelesaikan pekerjaannya dengan muka serius, dibanding melihatnya tersenyum-senyum mesum seperti orang gila. Tentu saja raja tidak melakukannya di ruang publik, hanya di tempat-tempat yang tersembunyi. Sialnya lagi hanya Alfred yang menangkap basah ayahnya berbuat demikian. Jack dan orang-orang lain terlalu sibuk mempersiapkan koronasi.

"Dua ratu dalam masa pemerintahan yang sama adalah hal yang langka, Pangeran Alfred. Mungkin ini adalah berkah Tuhan kepada kita semua." Lagi-lagi wanita itu tersenyum. Alfred tidak melihat ada isyarat lain di matanya kecuali ketulusan. Hedervary sungguh-sungguh bahagia dengan kehadiran ratu baru itu. "Baiklah, izinkan aku kembali mengerjakan tugasku, Pangeran Alfred. Sampai bertemu kembali saat koronasi."

Wanita itu membungkukkan badannya dengan hormat. Alfred menganggukkan kepala, memperhatikan bagaimana punggung Hedervary semakin menjauh darinya hingga tak terlihat lagi. Kemudian sepasang mata birunya memicing, beredar ke sekitar. Dengan langkah siaga ia mendekat ke arah pintu ruang hias dan mendorongnya terbuka. Alfred menyelinap masuk dan menutupnya tanpa suara. Ia bersandar pada benda solid di belakangnya, menghela nafas lega.

Saat Alfred mengangkat kepalanya, sepasang mata warna biru langitnya bertemu dengan manik emerald yang mengingatkannya pada hutan lebat di belakang istana. Warna yang memukau. Mengerjap pelan. Kebingungan tampak terlihat jelas pada badam itu, luasan hutan menghijau sepanjang mata memandang. Sejenak Alfred dibuat terdiam. Seperti terhipnotis oleh cemerlang emerald yang mencengangkan. Dia belum pernah melihat mata dengan warna seindah itu. Dan apakah itu serutan emas yang membingkai wajah bulatnya dengan elegan? Ia juga belum pernah melihat warna pirang secantik itu. Seperti kelopak bunga matahari yang menawan. Hidungnya ramping dengan ujung yang seperti kancing, mungil. Alfred dapat melihat usaha Hedervary menutupi warna asli ratu baru ini, tapi sepertinya tidak berhasil. Ia terlihat pucat alami. Alfred yakin matahari tak pernah lama mencium kulitnya. Dan kalau ia sedikit memicingkan mata, Alfred dapat melihat bintik-bintik kecoklatan tersebar di sekitar hidungnya. Alfred mengerutkan keningnya.

Jelas laki-laki di hadapannya ini masih sangat muda. Terlalu muda untuk bersanding dengan ayahnya. Apakah benar dia ratu yang baru, karena Alfred yakin dia bahkan tidak lebih tua dari dirinya.

Berbekal rasa penasaran dan kenekatan Alfred melangkah mendekat. Satu langkah maju yang ia ambil dibalas dengan dua langkah mundur, hingga punggung pemuda dalam balutan seragam militer putih itu menyentuh bingkai jendela yang terbuka. Angin malam bertiup sepoi-sepoi menggoyang-goyangkan tudung putih transparan yang menutupi kepalanya, ditahan oleh tiara menghiasi rambut pirang keemasannya. Alfred berhenti tiga kaki di hadapannya, memicingkan sepasang mata birunya. Sorot matanya mengeras saat manik emerald melihat ke arahnya tanpa takut. Bahunya tegap, berusaha untuk paling tidak menyamakan postur tubuhnya dengan Alfred. Namun Alfred bahkan beberapa inci lebih tinggi. Sang ratu baru harus sedikit mendongakkan kepala untuk bertemu dengan matanya.

"Siapa kau?"

Lagi-lagi Alfred dibuat terdiam. Aksen yang sungguh memukau menyapa telinganya. Tapi ia tidak tidak boleh terbawa suasana. Prioritas utamanya adalah memastikan kalau ratu baru ini tidak palsu. Ia sedikit memiringkan kepalanya berusaha mengintip lapisan kulit di balik kerah model Mandarin yang menutupi lehernya. Sadar tengah diperhatikan, tangannya terangkat naik, menutupi bagian kanan lehernya.

Alfred kembali memandangi manik emerald yang kini memicing tajam.

"Siapa kau dan apa yang kau inginkan?" Dia bertanya dengan nada dingin.

Alfred mendengus tertawa. Meletakkan kedua tangannya pada sisi kepala sang ratu baru dan mencodongkan badannya ke depan. Orang itu memalingkan kepalanya. Wajahnya dihiasi rona merah tipis.

"Harusnya aku yang bertanya. Siapa dirimu, mengaku sebagai ratu baru? Kau pasti hanya seorang penipu yang ingin merampas kekayaan kami."

Karena hal seperti itu pernah terjadi sebelumnya. Seorang wanita mengaku-ngaku sebagai ratu baru dengan tato sekop yang meyakinkan terlukis pada leher kanannya. Tato buatan tangan, Yao sudah memastikan. Sebelum keributan semakin menyebarluas wanita itu sudah terlebih dahulu diamankan. Kini dia tengah mendekam di dalam sel tahanan yang dingin hingga ratu baru yang asli dinobatkan. Hingga malam ini.

Sang ratu baru menolehkan kepalanya kembali dengan cepat. Wajah mereka hanya berjarak beberapa inci saja, dengan ujung hidung hampir bersentuhan. Alfred sedikit memundurkan kepalanya karena terkejut.

"Apa maksudmu?!" Ada kilat kebencian pada sepasang mata hijau emerald yang memicing semakin tajam.

Alfred menarik tangannya dan mundur satu langkah. Kedua tangannya ia lipat di depan dada. "Aku perlu melihat bukti kalau kau adalah ratu yang asli."

Manik emerald itu mengerjap tidak percaya, mukanya merona merah. Seperti Alfred baru saja mengatakan kalau ia ingin melihatnya telanjang.

Sebelum orang lain datang dan mengawal sang ratu baru ke tempat penobatan, Alfred nekat menarik ujung kerah Mandarin terbuka. Sang ratu baru tidak sempat mengelak. Medali yang tersemat menyatukan pangkal kerahnya terlepas, jatuh ke atas lantai marmer dengan bunyi berdenting yang menggema dalam sunyi. Dalam sekejap tangan Alfred dalam balutan satin putih meraba tato sekop yang terpatri pada pertautan leher dan bahu sang ratu. Tato warna biru tua yang menodai kulit pucatnya,

Tato otentik.

Sepasang alisnya mengernyit semakin dalam. Tidak bisa dipercaya. Ratu baru ini terlalu muda untuk ayahnya. Siapa pun akan mengira dia adalah putera raja, bukan ratunya. Dan kalau pun ia adalah seorang ratu, maka Alfred jauh lebih pantas menjadi rajanya, bukan ayahnya. Tidak bisa dipercaya laki-laki di hadapannya ini akan menggantikan ibunya, padahal ia yakin betul merreka sebaya. Takdir macam apa ini?

Tangannya disingkirkan secara paksa. Alfred mengerjapkan matanya dan mendapati sang ratu baru menarik kerah bajunya erat. Menutupi tanda sekop pada lehernya. Sepasang mata emeraldnya memancarkan luka. Seolah-olah Alfred baru saja melakukan hal tidak pantas padanya, menodainya.

Pintu mahoni terbuka perlahan.

"Pangeran Alfred, apa yang sedang kau lakukan?!"

Alfred tidak sempat berkelit, masih terpaku menyaksikan sosok di hadapannya yang terlihat begitu terluka. Alfred telah menghinanya dengan menyentuh tato sekopnya sebelum koronasi tiba. Alfred telah menyentuh sang ratu baru, yang bahkan belum terjamah oleh sang raja. Alfred telah melakukan kesalahan dan menyentuh sesuatu yang bukan miliknya.

"Oh, Tuhan! Raja akan sangat murka!" Yao menutup pintu mahoni di belakangnya dengan suara berdebum. Menguncinya segera.

"Yang Mulia, kau tidak apa-apa?" Jack menghampiri mereka, hampir saja menginjak medali emas yang terabaikan di atas lantai. Ia memungutnya dan mendorong Alfred menjauh, menyematkannya kembali pada pangkal kerah baju ratu. Dengan cekatan merapikan semuanya, termasuk tudung transparan yang sedikit miring karena ulah Alfred barusan.

Sang ratu baru menggelengkan kepalanya pelan. Tangannya mencengkeram lehernya erat. Ia terlihat seakan-akan sentuhan Alfred barusan menyetrumnya.

Yao menghela nafas panjang. "Maafkan Pangeran Alfred, dia tidak bermaksud menyakitimu, Yang Mulia. Tolong jangan katakan apa pun tentang hal ini pada raja."

Sang ratu baru hanya diam, menganggukan kepala.

Alfred mengerutkan kening. Ia merasa bersalah, tentu saja. Namun cara Yao meminta maaf mewakili dirinya membuatnya marah. Padahal tak lama lagi ia akan naik tahta, tapi masih diperlakukan seperti anak kecil dan tidak dipercaya. Alfred mendengus dan membuang muka dengan kesal.

"Pangeran Alfred, pergilah bawa ratu ke tempat penobatan."

Alfred menoleh. Padahal ia berharap Yao akan marah besar dan mengomelinya. Tapi koronasi akan dilaksanakan sebentar lagi, tidak ada waktu untuk ceramah panjang lebar. Alfred menghela nafas dan membuka sedikit lengannya, memberi celah pada ratu untuk mengamitkan tangannya. Ada keraguan pada manik emerald itu, tapi Alfred memutuskan untuk tidak peduli. Ia juga tidak akan keberatan kalau sang ratu baru menolak untuk ia kawal ke tempat penobatan dan ingin berjalan sendiri.

"Yang Mulia."

Tak lama kemudian tangan kanan sang ratu baru tersemat di lengannya.

Yao tersenyum, membuka pintu dan melangkah minggir, membiarkan Alfred dan sang ratu melangkah pelan beriringan menuju tempat penobatan. Senyuman ayahnya mengembang, menyambut ratu barunya dengan mata bersinar-sinar. Tapi saat menuruni tangga istana yang melandai, dengan berpasang-pasang mata tertuju ke arah mereka, Alfred merasa seperti tengah menggandeng pasangannya menyusuri altar pernikahan.

Dan bahkan ia tidak tahu siapa namanya.


AN : Padahal multichapter Hetalia yang satu lagi belum selesai *facepalm*. Please blame my damn writer's block, dua minggu terakhir ini saya hanya mampu melempar death glare pada paragraf terakhir yang sudah tertulis. Benar-benar terjebak di sana. Saya membutuhkan suasana baru. Tapi cerita ini sudah mencapai akhir dalam benak saya, tinggal penulisannya saja. Tidak akan lama. Tidak akan panjang dan berbelit-belit.

Oh, dan seragam militer yang dikenakan ratu adalah sama seperti pakaian yang dikenakan Kairi saat pernikahannya di manga BL Royal Fiance (by Kamon Saeko & Asuma Risai).