Miluju Tě, Princezna!
Fiksi ini terinspirasi dari fanfiction Ménage à Trois karya Eclaire Delange, tepatnya dari segi penokohan dan latar tempat. Ide dan pengembangan alur murni hasil imajinasi saya pribadi.
-000-
Chapter I: Nona Ogah-Ogahan
Murid transfer itu sukses menyihir seisi kelas XI 4 Seoul International British School, tak terkecuali pemuda tujuh belas tahun yang disebut-sebut memiliki paras bak malaikat, Kim Joonmyeon.
Demi Tuhan, apa-apaan dia ini?
Joonmyeon bahkan tak berkedip dan sempat menahan napas saat murid transfer itu melenggang ke depan kelas didampingi Mr Wyatt selaku guru bahasa Inggris merangkap wali kelas XI 4. Tatapan pemuda itu seketika terkunci pada sosok ramping yang berdiri kaku di depan kelas dan terkesan ogah-ogahan.
"I'm Zhang Yixing. I came from Changsha, China. Nice to meet you all." Zhang Yixing, si murid transfer, sejenak memindai wajah-wajah milik teman-teman barunya dengan enggan, seolah-olah aktivitas itu membosankan. Suaranya lembut, tetapi lagi-lagi terdengar... Enggan.
Zhang Yixing yang Enggan.
Siapapun, tolong ingatkan Joonmyeon untuk bernapas sekarang juga!
"Dia perempuan, 'kan?" Pemuda tampan berkulit pucat yang duduk persis di belakang Joonmyeon berbisik di tengkuk Joonmyeon.
Terpujilah sang pemilik kulit pucat, karena bisikannya sukses membuat Joonmyeon kaget hingga menghirup udara banyak-banyak.
"Tapi kenapa dia memakai seragam untuk laki-laki?"
Si Kulit Pucat bukan satu-satunya yang membisikkan pertanyaan semacam itu. Murid-murid lain di XI 4 pun demikian, termasuk Joonmyeon. Sama seperti Si Kulit Pucat, Joonmyeon sendiri tak habis pikir mengapa Zhang Yixing memilih mengenakan celana abu-abu khas SIBS alih-alih rok abu-abu berlipit tiga senti di atas lutut!
Ayolah, Zhang Yixing itu perempuan, 'kan?
Joonmyeon mengerjapkan matanya, mencoba menajamkan penglihatannya untuk memindai sosok Zhang Yixing yang ogah-ogahan itu.
Err... Dia cantik.
Zhang Yixing cantik. Sungguh. Bahkan Joonmyeon seolah baru menyadari apa arti kata cantik yang sesungguhnya. Zhang Yixing jelas memenuhi kriteria gadis cantik bahkan untuk standar Korea Selatan yang menuntut kesempurnaan. Lihatlah. Matanya indah, bulu matanya lentik, hidungnya mancung, bibirnya ranum sewarna delima masak. Lalu jangan lupakan struktur wajah yang tidak biasa itu. Perpaduan Timur dan Barat. Joonmyeon menduga, dia... Blasteran.
Gadis secantik dia, kenapa justru memilih gaya rambut menjurus cepak mencuat dan celana abu-abu alih-alih rok?
"Kuharap kalian semua membantu Ms Zhang agar cepat beradaptasi dengan sekolah ini." Suara bariton Mr Wyatt mengusik proses pindai dalam tatapan Joonmyeon, membuat tatapan pemuda itu otomatis terarah padanya.
"Khususnya kau, Mr Joonmyeon Kim. Aku menunjukmu menjadi school buddy untuk Ms Zhang selama sebulan sesuai dengan kebijakan sekolah ini."
Joonmyeon seketika tertegun, sementara Zhang Yixing bahkan tak mau repot-repot mengedarkan pandang guna mencari siapa gerangan Mr Joonmyeon Kim yang dimaksud gurunya.
Menjadi school buddy Zhang Yixing? Aku?
"Mr Kim? Apa kau mendengarkan?"
Joonmyeon tak bersuara.
"Mr Kim?" Mr Wyatt mulai mengerutkan kening.
"Sst, Hyung."
Pemuda berkulit pucat yang duduk di belakangnya menyodok pelan bahu Joonmyeon dengan ujung penggaris. Nyaris saja Joonmyeon terlonjak kaget dibuatnya.
"Yes, Sir."
Joonmyeon bahkan tak menyadari suaranya sendiri lantaran pada saat itu tatapannya bersirobok dengan tatapan milik gadis di sebelah Mr Wyatt.
Zhang Yixing, yang balas menatapnya dengan ogah-ogahan.
-000-
"Aku Kim Joonmyeon, tapi kau bisa memanggilku Suho."
Joonmyeon memperkenalkan dirinya dengan ramah dalam bahasa Korea seraya mengulurkan tangannya dengan sopan. Ditambah senyumnya yang angelic versi teman-temannya, siapapun tak akan kuasa untuk tidak menatap pemilik nama panggilan Suho alias guardian ini dengan terpesona.
Kecuali Zhang Yixing alias Nona Ogah-Ogahan.
Gadis ini menyalami Joonmyeon ala kadarnya. Ekspresinya ogah-ogahan, enggan, seolah-olah menyalami Joonmyeon memungkinkannya terkontaminasi virus atau sejenisnya. Bahkan dia hanya menatap sekilas paras elok Joonmyeon, menolak terbius oleh pesonanya.
Beruntung Joonmyeon sama sekali tak tersinggung, malah semakin dibuat penasaran dengan visi-visi absurd semacam bayangan Yixing tertawa terbahak-bahak atau melakukan aneka macam aegyo.
Pasti dia unyu sekali. Setidaknya itu menurut visi seorang Kim Joonmyeon.
"Aku Oh Sehun."
Pemuda tampan berkulit pucat di sebelah Joonmyeon berinisiatif memperkenalkan diri dan menyalami Yixing begitu Nona Ogah-Ogahan ini melepaskan jabatan tangan Joonmyeon.
"Senang berkenalan denganmu, Noona." Sehun tersenyum manis.
"Noona?" Yixing mengerutkan kening.
"Sehun lebih muda dari kita. Seharusnya duduk di kelas sepuluh," Joonmyeon berinisiatif memberi penjelasan.
"Hanya saja dia ikut akselerasi."
Yixing melirik Joonmyeon, kemudian mengangguk singkat.
"Begitu rupanya."
Bahasa Korea-nya beraksen asing, tapi Joonmyeon yakin itu bukan aksen China. Lebih mirip aksen Barat, mungkin Eropa. Entahlah. Joonmyeon tak bisa menebaknya.
"Aku Kim Jongdae. Panggil saja Chen." Kali ini giliran sosok pemuda di sebelah Sehun berinisiatif memperkenalkan dirinya tak kalah ramah. Sama seperti Joonmyeon, Kim Jongdae alias Chen tampak mungil jika berdiri di sebelah Sehun yang tinggi menjulang.
Baik Jongdae atau Sehun adalah karib Joonmyeon di sekolah. Saking karibnya, kedua pemuda itu tak membiarkan Joonmyeon seorang diri mengemban tugas sebagai school buddy alias 'teman pendamping' Yixing pada minggu-minggu pertamanya bersekolah sesuai tradisi Seoul International British School.
Yixing masih betah dengan sikap ogah-ogahannya yang terasa khas, yang sayangnya gagal mengurangi pesonanya. Alih-alih membuat jengah, gadis itu justru dihadiahi tatapan-tatapan penasaran lagi penuh minat dari murid-murid SIBS berkat penampilannya yang 'ajaib'. Sekarang jam istirahat, ngomong-ngomong.
"Kudengar sekolah ini memiliki klub sepak bola yang bagus," Yixing mengganti bahasanya ke dalam bahasa Inggris British yang sempurna. Seperti biasanya, suaranya nyaris sama ogah-ogahan seperti ekspresi wajahnya. Gadis itu mengusap rambutnya yang kecokelatan dengan gaya maskulin yang dipaksakan hingga berdampak menggelikan di mata Joonmyeon.
Ha ha. Sudah kubilang Yixing itu cantik. Struktur wajahnya bahkan begitu feminin. Terkutuklah model rambut nyaris cepak mencuat dan celana seragam sialannya itu!
"Bisa antarkan aku menemui manajer klubnya? Aku ingin mendaftar menjadi anggota klub."
Sontak ketiga pasang mata milik Joonmyeon, Sehun, dan Jongdae kompak terbelalak bak dikomando.
"Klub sepak bola?" tanya ketiga pemuda itu bersamaan.
Yixing mengangguk. "Ya. Siapa tahu aku bisa diterima sebagai bek."
Baik ekspresi maupun nada bicaranya mendadak terlepas dari definisi kata enggan. Seketika dia seakan berubah menjadi sosok Zhang Yixing yang lain.
Heol, Zhang Yixing, sepanjang sejarah SIBS, tak pernah ada murid perempuan yang memperkuat tim sepak bola kesayangan sekolah koedukasi berlisensi Cambridge ini!
Zhang Yixing memang lain dari yang lain.
Dan Joonmyeon hanya bisa bertukar pandang heran dengan Sehun dan Jongdae.
-000-
Kasak-kusuk seputar murid transfer berwujud nona cantik dengan seragam laki-laki rupanya lebih dulu sampai di telinga Xi Luhan sebelum sosok yang dimaksud tiba di kantornya dengan diantar tiga murid populer di SIBS. Luhan adalah manajer The Chivalries, julukan bagi tim sepakbola SIBS. Dia ini salah satu selebriti sekolah yang dielu-elukan kecantikannya lantaran dianggap mirip perpaduan bayi rusa dan bayi malaikat, juga lantaran dia bertangan dingin hingga The Chivalries sukses dikenal lewat kekompakan, kedisiplinan, dan ambisi luar biasa untuk menang. Luhan tak hanya manajer bagi klub. Lebih dari itu, pemilik mata secantik rusa ini bisa dibilang spirit sejati The Chivalries. Percayalah, perannya begitu sentral hingga kata-katanya jauh lebih didengar ketimbang Shin Hye Sung, mantan personel timnas sepak bola Korea Selatan sekaligus alumnus SIBS yang berbaik hati menjadi pelatih The Chivalries.
Manajer cantik ini terlebih dahulu mendengar berita hangat seputar sang murid transfer dari ace The Chivalries, Park Chanyeol. Kebetulan kelas Chanyeol bersebelahan dengan kelas sang murid transfer dan dia tak pernah salah memberikan info seputar gadis-gadis cantik di SIBS.
"Sepertinya cewek itu suka crossdressing. Kau harus melihat gaya rambut dan seragam cowok yang dia pakai."
Chanyeol memberitahu Luhan disela-sela waktu istirahat yang ingin dihabiskannya di kantor klub sepak bola, tepatnya sebuah ruangan berukuran 5x6 di lantai 2 gedung serbaguna milik SIBS. Sebuah ruangan yang nyaman berkat sofa, AC, dan pemandangan apik dari wallpaper berwarna pastel dengan beberapa sudutnya yang ditempeli poster-poster The Chivalries dari tahun ke tahun.
"Menarik," Luhan berkomentar tanpa mengalihkan tatapannya dari laptop. Dia sedang sibuk mengerjakan laporan keuangan rutin milik The Chivalries.
"Kurasa Sehun bakal bercerita banyak tentangnya padaku. Secara mereka satu kelas," lanjutnya.
Pintu kantor klub mendadak diketuk, mengalihkan perhatian Luhan dari laptop.
"Masuk," perintah Luhan.
"Wah, panjang umur," Chanyeol berkomentar begitu melihat empat sosok yang muncul di balik pintu.
"Seonbae, kurasa pacarmu memang bakal bercerita banyak tentang teman baru kita." Pemuda pemilik telinga bak peri ini mengerling Sehun yang nyengir lebar ke arah Luhan.
"Sugarpie!" Sehun melangkah menuju Luhan-kekasihnya. Wajah tampannya yang biasa datar mendadak berubah ceria.
"Sepertinya kita perlu bernegosiasi."
"Negosiasi?" Luhan melirik Zhang Yixing sekilas, diam-diam mengagumi penampilan eksentrik Nona Ogah-Ogahan yang tengah memindai isi ruangan lewat tatapan matanya itu.
"Tentang apa tepatnya, Cupcake?" tanya Luhan mesra, mengabaikan ekspresi Chanyeol yang tampak mual gara-gara mendengar panggilan sayang antara Luhan-Sehun yang menurutnya kelewat cheesy.
"Ketua OSIS kita yang akan menjelaskan detailnya." Sehun mengerling Joonmyeon.
"Begitukah?" Luhan tersenyum pada Joonmyeon yang menyusul Sehun untuk menghampirinya.
"Halo, Seonbae," Joonmyeon menyapa Luhan dengan ramah dan sopan. "Ehm, menurutmu bagaimana jika seorang gadis memperkuat The Chivalries sebagai bek, misalnya?"
Luhan kontan melongo, sementara Zhang Yixing mengawasinya dalam diam.
TBC
