Ini FF Ringan ^^

Cast: Yunjae and others.
Rated: T up to M.
Summary: Apa? Kedua Raja pesta itu jatuh miskin? Kenapa bisa? Lalu bagaimana dengan hari - hari mereka selanjutnya?
Warning: Harsh!Words, boys x boys, etc.

-ooo-

Yunho dan Jaejoong. Dua lelaki pewaris perusahaan yang paling berpengaruh di Korea. Meski sudah lulus dari universitas masing - masing, tetapi mereka belum sedikitpun tergerak untuk turun tangan membantu perusahaan orang tua mereka. Semenjak duduk di bangku sekolah menengah atas, mereka suka mengadakan party. Minum - minum, meliuk - liukkan tubuh ataupun mengerjai tubuh molek para perempuan. Tapi jangan salah, mereka saling tidak menyukai satu sama lain. Mereka selalu berlomba mencapai garis finish, menunjukkan pada orang - orang, pesta siapa yang lebih meriah dan hebat.

Konon katanya, hobi mereka yang suka menghambur - hamburkan lembaran won itu tidak akan pernah membuat keluarga kedua belah pihak jatuh miskin. Tapi tetap saja keluarga Jung dan Kim tidak bisa mentolerirnya lagi. Kebiasaan pemborosan uang itu harus dibuang jauh - jauh.

"Aku tidak mau saat aku mati nanti, usaha yang kurintis dari nol jadi sia - sia. Aish! Anak bodoh itu sungguh tidak becus!", cetusnya sambil mengacak - acak rambutnya frustasi.

"Yah! Jung Ilhwan! Kau pikir cuma kau yang uring - uringan?! Aku juga merasakan hal yang sama. Jaejoong itu sulit sekali diatur...", ucap pria berusaha setengah abad lebih tak mau kalah.

Saking tak menentunya jalan pikiran mereka, mereka tidak menyadari kalau pantat mereka akan beradu ketika hendak mendudukkan diri di sofa.

BUG

"Aigoo! Pantatkuuu!", ringis Kim Junho sambil mengusap - usap pantatnya.

"Aduh! Maafkan aku, Jun!"

Kini mereka duduk di sofa yang terpisah.

"Aku punya sebuah ide. Sebenarnya sudah kupikirkan dari jauh - jauh hari. Tapi aku takut kau tidak mau menyetujuinya..." tukas Kim Junho.

Jung Ilhwan mengernyitkan dahi, "Apa itu? Siapa tau aku tertarik..."

Junho melirikkan matanya kesana - kemari, mengantisipasi pencuri dengar. Padahal sudah jelas, ruangan kerja milik sahabat karibnya itu bersifat pribadi dan sangat tertutup.

Ia mendekatkan mulutnya pada telinga Ilhwan.

"Wah! Kau pintar juga, Jun!", ujar Ilhwan sambil menyeringai iblis.

"Hahaha... Tentu saja! Aku!"

-ooo-

Di sebuah bar kawasan Gangnam. Dentuman musik menghentak - hentak, memekakan indra pendengar.

"Yah! Minggir kalian!", teriak Yunho pada sekawanan lelaki yang memblokir jalannya. Otomatis, nyali mereka langsung ciut. Mencari perkara dengan Jung Yunho sama saja dengan menyabung nyawa.

Pernah satu kali pada saat acara pestanya di Samsung-dong, ada seorang pria yang tanpa sengaja menyenggol lengannya di dance floor. Emosi Yunho langsung melonjak lalu melayangkan bogem mentah pada orang itu berulang kali. Akibatnya, pria bernasib naas itu harus dilarikan ke rumah sakit dan dirawat selama satu minggu penuh karena keretakan pada tulang hidungnya. Mengetahui insiden tersebut, Jung Ilhwan langsung memarahi putra semata wayangnya habis - habisan.

Yunho menyeringai misterius begitu melihat orang yang paling ia cari duduk di salah satu sofa costumer.

"Hey! Bokong rata, apa kabarmu?"

Jaejoong mendecak sebal begitu melihat musuh bebuyutannya muncul di hadapannya.

"Siapa yang mengundangmu untuk datang ke pestaku?!", tanyanya iritasi.

Bibir merah delimanya kembali menghisap rokok mentholnya.

"Tsk, aku pikir pestamu ini free... atau... kau takut kalau tagihanmu membengkak ya? Bukankah Kim Jaejoong selalu bermurah hati pada siapapun yang ingin berpartisipasi di dalam pestanya?"

"Kecuali kau...", cueknya.

"Hey! Harusnya kau bangga karena King of Party bersedia datang ke pestamu yang buruk ini...", ledek Yunho.

Jaejoong mendadak naik pitam. "Apa kau bilang? Buruk?! Hey! Kau pikir pestamu tidak buruk apa?! Murahan, minim minuman beralkohol dan banyak alat pengaman berceceran di mana - mana! Yucks, aku saja tidak sudi untuk datang"

"Apa?!", suara Yunho naik satu oktaf.

Yunho membuat kedua tangannya seperti gerakan ingin mencekik. Sementara Jaejoong yang merasa berhasil menyulut amarah Yunho, meniup - niup poninya yang menjuntai lalu menjulurkan lidahnya ke arah pria bermata kecil itu.

Di sisi lain, Junsu dan Changmin hanya geleng - geleng kepala melihat kelakuan dua hyung mereka yang kekanakkan. Sebenarnya bisa saja mereka berteman. Tapi mengingat tingginya gengsi mereka, sepertinya harapan itu harus dikubur dalam - dalam.

Yunho mendengus keras lalu menghempaskan tubuhnya pada lahan kosong di sebelah Jaejoong. Ia baru sadar kalau semenjak tadi Jaejoong hanya seorang diri. Padahal biasanya, ia selalu ditemani pria - pria maskulin yang tampan ataupun para perempuan binal pengobral seksualiatas.

"Menarilah untukku", ucap Yunho. Agak tidak nyaman dengan keterdiaman mereka. Musik over-tune di bar ini membuat kepalanya berdenyut - denyut.

"Tidak mau!"

"Yah! Cepat lakukan! Aku ingin melihat bagaimana bokongmu yang tepos itu meliuk - liuk!"

"Kau mau melihat aura liarku ya? Atau kau mulai terangsang melihat tubuh aduhaiku?", tanya Jaejoong percaya diri sambil tersenyum seduktif.

Yunho tertawa terbahak - bahak mendengarnya. Itu adalah guyonan terbaik dan terlucu sepanjang masa.

"Apa kau gila? Kau memamerkan lubang bokong teposmu itu di depanku juga, aku tidak akan bernafsu! Lebih baik pantat Junsu yang terlihat berisi"

"Tsk. Jangan sampai kau jilat ludahmu sendiri, oke?"

"Aku akan menggigit juniorku kalau hal itu sampai terjadi", sergahnya asal.

Jaejoong memutar kedua bola matanya jengah lalu agak menoleh ke samping. Sambil membuat sebuah pose berpikir, ia menatap Yunho. Pria itu tengah melihat ke depan.

Secara fisik, Yunho tidak begitu buruk sebenarnya. Kalau Jaejoong sedang salah minum obat, mungkin ia akan mengakui kalau Yunho itu tampan dan menawan. Lihat saja hidungnya yang bangir, mata kecilnya yang tajam, rahangnya yang tegas serta jakunnya yang seksi.

Jaejoong buru - buru menggelengkan kepalanya.

"Kau kenapa? Kau kemasukan arwah ya?", tanya Yunho heran melihat tingkah Jaejoong.

"Jangan bicara sembarangan! Oya, aku punya sebuah ide"

"Apa itu? Cepat katakan lalu kau menarilah di dance floor untukku"

"Itu dia! Kita harus saling timbal balik. Maksudku, kalau kau menginginkan aku menari maka aku ingin kita bertanding minum tequilla. Bagaimana?", Jaejoong tersenyum.

Ia tahu betul toleransi Yunho terhadap minuman beralkohol cukup rendah.

Yunho mulai menimbang - nimbang. Di satu sisi, ia ingin sekali menyaksikan si bokong tepos itu berbaur dengan musik disc jockey. Tapi di sisi lain, ia khawatir minuman haram itu berimbas buruk pada lambungnya.

Akhirnya, karena tidak ingin dicap sebagai pengecut, ia menyetujui persyaratan Jaejoong.

"Baiklah. Aku terima tantanganmu", ia menganggukkan kepala.

"Deal?", Jaejoong mengulurkan telapak tangannya.

"Deal", Yunho membalasnya.

Ia cukup terhenyak saat telapak tangan mereka saling bersentuhan. Bagaimana bisa tangan seorang laki - laki sehalus dan selembut ini?

"Duduk dan perhatikan aku"

Jaejoong beranjak ke dance floor dan berbaur dengan tamu - tamu pestanya. Kebetulan, musik yang diputar saat itu beraliran upbeat namun iramanya sangat seksi.

Posisi berdiri Jaejoong kini searah satu garis lurus dengan tempat Yunho duduk. Ia mengangkat kedua tangannya ke atas, menekuknya ke belakang kepala. Perlahan, ia menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri dengan kecepatan sedang.

Masih sambil bergoyang, sebelah tangannya mulai merayap pada bagian dadanya. Turun ke perut lalu berhenti di kejantanannya yang terbungkus celana panjang. Jaejoong tersenyum sensual pada Yunho dan tidak sedikitpun memutuskan kontak mata mereka. Mata Jaejoong mulai berair kemerahan kemudian ia membuat gerakkan seperti 'menusuk', memaju - mundurkan pinggangnya.

Yunho mendadak merasa panas - dingin. Pertunjukkan Jaejoong yang nakal di depan sana membangkitkan sesuatu dari dalam tubuhnya. Ia meneguk tequilla pada *tankard berkali - kali untuk menetralisir guncangan aneh pada dirinya.

Bukan cuma Yunho, orang lain di sekitarnya yang turut menikmati tarian menggoda Jaejoong juga dibuat termegap - megap. Termasuk Changmin dan Junsu. Junsu tersadar dan mengedipkan matanya, lalu menoleh pada Changmin. Ia mengambil secuil keripik jagung lalu menjejalkannya ke dalam mulut Changmin yang tengah mangap.

"Oi, khilaf Changmin-a!", pekiknya sukses membuyarkan fantasi Changmin bersama Jaejoong hyung-nya tercinta.

Tidak sampai di situ, Jaejoong malah semakin menggila. Tubuhnya berbalik dan mempertontonkan seonggok pantatnya. Jujur, ia sangat kesal setiap kali Yunho meledek pantatnya dengan sebutan 'bokong rata' atau 'bokong tepos'. Jadi, sekarang ia ingin menunjukkan pada Yunho eksistensi pantatnya yang paling sempurna.

Ia menunggingkan pantatnya lalu membuat gerakan erotis memutar. Yunho menggembungkan pipinya, bernafas melalui hidung dengan cepat kemudian menggenggam *tankard erat - erat. Gila, celana dalamnya terasa sesak bukan main.

-ooo-

Setelah menyelesaikan aksinya, Jaejoong kembali ke tempatnya semula. Peluh yang menetes dari dahinya membuatnya terlihat lebih seksi berkali - kali lipat.

"Bagaimana? Kau sudah puas kan? Am I seductive?", tanyanya mengerling nakal.

Yunho segera mengendalikan dirinya.

"Ya, lumayan...", jawabnya singkat seolah menunjukkan respon biasa - biasa saja.

Jaejoong tertawa nyaring. Ia tahu betul kalau Yunho berdusta. Ayolah, wajah Yunho yang tegang serta pucat pasi memperjelas semuanya.

"Sekarang, ayo kita bertanding! Tunjukkan siapa yang paling kuat"

"Well, aku tidak takut... Dan aku pasti menang!"

"Kita lihat saja nanti", Jaejoong tersenyum mengejek.

Mereka mulai meneguk cairan kekuningan tequilla sedikit demi sedikit. Jaejoong terus mencemooh Yunho ketika dilihatnya pria itu seperti akan tumbang.

"Hahaha! Payah! Kau baru meminum enam gelas tapi pertahananmu sudah mau ambruk? Aigo, dasar lembek"

"Yah! Diam kau! Hehehe itu lihat ada banyak ufo di atas sana. Kyaaa ufonya akan menembakkan pelurunya kemari... Uuu berlindung", seloroh Yunho berantakan. Ia menyilangkan tangannya di depan kepala persis seseorang yang sedang membuat pertahanan.

"Aigoo... Harusnya aku tidak usah menantangnya tadi"

Yunho menyikut lengan Jaejoong dengan kuat.

"Ahbwoyah?!", ringisnya.

"Cepat berlindung atau kau akan mati di tangan para alien bengis itu!", ia tertawa polos.

"Aish"

Pada akhirnya Jaejoong mengikuti instruksi Yunho. Menyilangkan tangan seperti ultraman yang akan mengeluarkan jurusnya.

-ooo-

Nampaknya, keadaan yang terjadi sekarang justru menyeleweng dari perkiraan awal Jaejoong. Karena terbawa oleh suasana, mereka berdua sekarang mabuk berat. Entah sudah berapa banyak botol tequilla mereka habiskan tanpa bersisa.

"Yah! Jung Yunhaw hahahaha...", Jaejoong tertawa sumbang sambil menghentak - hentakkan *tankard nya pada meja. Pipinya sudah memerah bak kepiting rebus.

"Wae bokong rata?!", tanya Yunho. Kepalanya menunduk tidak seimbang, berayun kesana - kemari.

"Yah! Kenapa kau selalu meledekku begitu sih? Aku risih mendengarnya! Apa kau tidak tau kalau aku selalu membersihkan pantatku dengan serius dan teliti pada saat aku mandi?!", celoteh Jaejoong tanpa bisa dikendalikan.

Maklum, ia sedang dikuasai oleh pengaruh minuman beralkohol sehingga bercerocos macam - macam. Begitulah. Bahkan, rahasia pribadinya pun ia bongkar tanpa rasa malu.

"PWAHAHAHA! Kalau begitu, izinkan aku lain kali untuk membantumu membersihkan bokongmu", sahut Yunho.

"Yang benar? Kau tau, pantatku ini tidak ternilai harganya...", kata Jaejoong lalu tertawa lagi.

"Tentu saja! Aku akan mengoleskan madu dan susu sebanyak - banyaknya pada pantatmu. Lalu menggosoknya dengan menggunakan sikat kamar mandi...", ujar Yunho semakin ngawur.

Ia cekikikan sambil matanya melihat ke langit - langit bar sambil membayangkan suatu hal.

Mungkin ia akan langsung terjun bebas ke dalam jurang kalau melihat bukti video yang tengah merekam perkataan dan tingkahnya barusan.

"Ide cemerlang! Hahaha... Pantatku pasti akan semakin kinclong"

Mereka terus meracau tidak jelas tanpa menyadari malam berganti pagi.

-ooo-

Sinar matahari menyusup dari celah - celah tirai dan membias pada mata seorang pria manis. Ia mengerjapkan mata untuk menyesuaikan pandangannya dengan cahaya sekitar. Ia meraba - raba ke kanan. Dingin dan keras. Perlahan, ia membuka kelopak matanya. Lantai? What the hell? Sejak kapan ranjang mahalnya menjadi sependek ini?

Lalu ia melihat selimut yang tersampir di tubuhnya. Selimut tipis yang sudah agak belel. Masih dalam keadaan setengah sadar, ia menoleh ke samping kiri...

"Ah wae!?" teriaknya tiba - tiba. Seketika, nyawanya terisi ulang seratus persen.

Penyebabnya tak lain adalah Yunho juga berbaring nyenyak di sebelahnya. Pria itu tidak terusik dengan suara keras Jaejoong. Ia malah tersenyum - senyum sendiri, mengangkat bibir atasnya dan menunjukkan dua gigi susunya. Sepertinya sedang memimpikan hal yang menarik.

Jaejoong memendarkan pandangannya pada sekitar. Kamar kecil berukuran 2x3 meter dengan sebuah lukisan pohon kelapa tergantung serta sebuah lemari kecil. Ia juga melihat secara detail pada kasur lipat yang ia duduki. Ada apa sebenarnya? Di mana ini? Dan kenapa harus bersama orang ini?! Ia menjerit dalam hati.

Sayup - sayup, terdengar suara deburan ombak. Jaejoong bergegas menyibakkan tirai jendela dan melihat hamparan luas lautan biru yang jaraknya tidak begitu jauh. Oh, ia merasa sangat asing dengan daerah ini.

"Yunho-a, ireonna... Ppalihae...", ia mengguncangkan bahu Yunho.

"Sebentar lagi, bi", respon Yunho kemudian cengar - cengir tidak jelas. Setetes air liurnya membentuk bulatan kecil pada seprai.

YUCKS!

"YA! PPALIHAE...! BIBI BIBI! AIR LIURMU ITU BIBI!", teriak Jaejoong bergema.

Yunho langsung kebakaran jenggot dan ikut mendudukkan dirinya.

"Wae?! Ada apa, huh? Yah! Bokong rata! Kenapa kau bisa ada di sini?!", tanyanya kesal.

Aish, mimpi indahnya terpaksa terinterupsi.

"Maka dari itu, aku juga tidak tahu kenapa bisa seranjang dengan makhluk idiot macam kau! Itu lihat!"

Jari telunjuk Jaejoong menuju keluar jendela.

Yunho menjadi bingung sekarang. Ada apa sebenarnya?
Yunho dan Jaejoong hanya mengingat tadi malam mereka membuat sebuah taruhan kecil. Mereka meminum tequilla dan... ahh apa lagi yang terlupakan? Mendadak, ingatan mereka buntu.

-ooo-

Yunho mondar - mandir tidak jelas semenjak tadi. Ia tengah menerka - nerka siapa dalang di balik semua ini! Sungguh, tidak lucu sama sekali.

"Yunho... Ayo pulang pulang... Aku tidak mau tinggal di sini...! Aku tidak mau hidup miskin", rengek Jaejoong seraya terisak.

Sedari tadi yang dilakukannya hanya menangis hingga membuat Yunho semakin kalut tak menentu. Ia juga sama paniknya. Ia juga tidak sudi hidup ala kaum melarat.

"Heeh, kalau kau terus menangis kita tidak akan pernah bisa menemukan jalan keluarnya... Lagipula kau ini cengeng sekali, sih. Dasar wanita bokong rata"

"Yah! Apa kau bilang?! Huhuhu aku tidak bisa kalau tidur di kasur lipat itu. Lalu tidak melakukan perawatan kecantikan, tidak minum susu low-fatku, nge-gym dan... hueee kulitku sensitif memakai baju murahan beginiii...", oceh Jaejoong meraung - raung. Ia menunjukkan kaus putih bersablon murah yang dikenakannya.

Yunho bertambah pening melihat tingkah ajaib musuhnya itu. Ia juga tidak mengerti dengan kekacau balauan ini. Rasanya seperti mimpi di siang bolong.

Ia tidak tau harus berbuat apa sekarang. Ponsel mereka serta gadget lainnya, raib entah ke mana. Dompet mereka pun ludes tanpa jejak.

Hanya ada dua buah tas kain besar berisi pakaian - pakaian kelas bawah. Rumah ini juga terbilang sangat mini untuk tempat mereka bermukim. Terdapat sebuah ruang tamu kecil dengan empat kursi kayu, nakas kecil dan meja. Lalu sebuah dapur, kamar mandi dan kamar tidur. Intinya, semua hal kebetulan ini memang kelihatan disengaja dan sudah direncanakan masak - masak. Aish, benar - benar malapetaka! Dengan langkah pasti, ia mendekati Jaejoong yang terduduk di salah satu kursi. Tidak tega juga melihatnya menangis tersedu - sedu.

"Sudahlah. Jangan menangis lagi, ya", hibur Yunho sambil menepuk - nepuk pelan punggung Jaejoong.

"Pulang ke Seoul! Pokoknya pulang ke Seoul. Titik!", racaunya.

"Aish, tapi kita tidak punya uang sepeser pun, Jae. Mengertilah"

"Aku tidak mau tau! Huh", ia membuang mukanya.

Yunho mendesah pasrah lalu melihat ada secarik kertas putih di atas nakas. Dengan cepat, ia meraih kertas terlipat itu dan membukanya. Lembaran uang won senilai seratus ribu rupiah terjatuh di pahanya. Sementara Jaejoong mengerutkan dahi sambil mengerucutkan bibirnya imut. Yunho mulai membaca goresan tinta pada kertas itu tanpa suara...

'Halo Jung Yunho, anakku yang bodoh. Buktikan kalau kau adalah pria pejuang dan memiliki upaya keras. Jangan pulang ke Seoul sebelum kau bisa meraih kesuksesanmu meskipun hanya sukses 'kecil'. Jangan seperti banci, arraseo? Kalau kau pulang ke Seoul itu sangat percuma. Karena aku sudah hengkang dari negara ini. Oya, jaga Kim Jaejoong baik - baik yah. Kalian berdua harus berusaha keras. Fighting!'

Yunho langsung lemas setelah membacanya. Berarti semua ini adalah ulah gila ayahnya. Tapi bagaimana dengan Jaejoong? Apa ayahnya juga sengaja besekongkol dengan paman Kim?

Ia paham betul bagaimana watak ayahnya itu. Ayahnya pasti sedang memberikannya pelajaran padanya. Aish.

"Yunho, ayo pulang! Kita punya uang sekarang!", seru Jaejoong dengan mata berbinar - binar.

Ia lebih tertarik pada uang itu dibanding surat dalam genggaman Yunho. Lekas, Yunho memasukkannya ke dalam saku celana.

"Tidak mau! Aku akan tinggal di sini sampai dapat pekerjaan. Kalau kau mau pulang, pergi saja sana sendiri. Lagipula kita tidak tahu ini di daerah mana dan belum tentu uang itu cukup untuk mengongkosi kita"

Jung Yunho itu tipe orang gengsian. Ia tidak ingin kalah telak begitu saja dan mendapat senyuman meremehkan dari ayahnya. Itu mencoreng citranya sebagai pria sejati dan bertanggung jawab.

"Tapi..."

"Bereskan barangmu. Pulanglah!", perintahnya agak membentak.

"Hueee... Aku tidak mau. Aku takut tersesat..."

Yunho tersenyum penuh kemenangan. Sepertinya gertakkannya mempan. Ia juga heran mendapati tingkah Jaejoong yang biasanya cool itu berubah menjadi mendayu - dayu begini.

"Jadi, kau di sini bersamaku?", tanya Yunho.

"I-iya. Aku mau tinggal di sini dan menemanimu bekerja", jawabnya serak.

Kalau ia sedang tidak dalam situasi terjepit, sudah pasti ia akan menolak mentah - mentah ajakan Yunho.

"Bagus!"

Yunho tersenyum simpul. Sejujurnya, ia memang membutuhkan kehadiran Jaejoong untuk menemaninya. Heeh, hidup sendiri itu tidak menyenangkan. Pikir Yunho lagi.

-ooo-

Yunho menyunggingkan senyumnya begitu melihat keramaian di luar tempat tinggal mereka. Kerumunan orang berbondong - bondong melakukan transaksi belanja.

"Sepertinya aku tau pekerjaan apa yang harus kita lakoni", katanya.

"Apa? Apa?", tanya Jaejoong antusias.

"Menjadi tukang ikan!"

"MWOOO?!"

-ooo-

TBC

*tankard: gelas khusus u/ minum minuman beralkohol.

Gimana? Apa harus dilanjut? Maaf kalau garing. Rika udah kagok nulis ff ringan gini hehe jadi kalau jatuhnya jelek dan awkward, maaf banget /
Comment please ^-^ Thanks 3 /love/