When I Look at You

By : Utsukushi Hana-chan

Rate : T

Genre: hurt, romance, drama

Warning : Ooc, Au, typo's, alur kecepetan'mungkin', dan lain-lain...

Yang gk suka Naruto atau Hinata di pasangin sama karakter lain kalian boleh tekan tombol back!

DLDR

Oke

o

.

.

.

Pria paruh baya dengan jas putih tersebut duduk bersimpuh di depan gadis bersurai indigo panjang tersebut. Membelai telapak tangan gadis tersebut dengan pelan.

Gadis tersebut memandang lurus ke arah luar jendela yang memperlihatkan gumpalan salju putih yang memenuhi perkarangan rumahnya.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya pria paruh baya tersebut dengan senyum kecilnya.

Gadis tersebut melirik sekilas ptia tersebut dan memandang kembali keluar jendela.

Gadis tersebut mendesah pelan kemudian berdiri.

"Kurasa kau baik-baik saja." Tangan besar tersebut mengelus rambut indigo tersebut kemudian mengecupnya pelan.

"Aku mencemaskamu Hinata, aku akan membuatmu bahagia kembali." Pria tersebut kemudian melangkah pergi meninggalkan Hinata yang masih duduk tanpa memperdulikan apapun.

Hinata menunduk dan meremas sebuah sarung biru yang berada di pangkuannya. Menumpahkan semua perasaannya pada sarung tangan tersebut.

"Dia telah pergi tak ada yang bisa ku harapkan lagi." Gumamnya sendu.

Cahaya orange masuk menembus kaca jendelanya. Senja yang sangat cantik di musim dingin. Memberi kehangatan pada hati yang membeku.

o

Naruto menghembuskan nafasnya perlahan. Udara dingin ini membuat nyalinya tambah semakin menciut. Tangannya yang berbalut sarung tangan coklat ia gosok-gosokan guna untuk menghangatkan dirinya.

Dengan tangan yang gemetaran ia memencet bel pintu bercat putih tersebut. Dan tak lama kemudian pintu tersebut terbuka dan menampakkan sosok pria paruh baya dengan rambut panjangnya.

"Masuk." Hanya kata itu yang terucap kemudian Naruto mengikuti langkah besar pria tersebut.

"Untuk apa kau datang ke rumahku Naruto?" Tanya pria tersebut sambil memandang tajam ke arah Naruto.

"Hiashi-san..." Hiashi nama laki-laki tersebut menatap semakin tajam ke arah Naruto.

Naruto meneguk ludahnya kemudian memantapkan dirinya bahwa ia pasti bisa mengatakan hal-hal yang ingin ia katakan.

"Aku menyukai putrimu, aku ingin dia menjadi istriku dan menjadi ibu bagi anak-anakku kelak. Aku akan menjadikannya ratu di hidupku dan menjadikannya gadis satu-satunya yang menemani hidupku hingga aku mati." Kata-kata itu terdengar lancar dari mulutnya. Ada perasan lega saat akhirnya kata-kata itu terucap.

"Kau memiliki apa untuk membahagiakan putriku?" Tanya Hiashi dengan nada tegasnya. Naruto menarik nafasnya perlahan kemudian menghembuskannya.

"Aku memang hanya pegawai kantor biasa tapi aku bisa mencukupi kebutuhan putri anda, aku akan bekerja dengan giat untuk membahagiakan putri anda." Naruto mengatakan itu tanpa ada rasa takut ataupun malu mengingat rumahnya tak sebesar milik Hiashi.

"Hanya itu?" Tanya Hiashi dengan nada meremehkannya.

"Mungkin hanya itu, tapi kau tahu aku dan putrimu sama-sama saling mencintai. Jadi kumohon berikan restu untukku menikahi putrimu."

Hiashi memandang Naruto kemudian beralih memandang sebuah pintu bercet lavender dengan pandangan sendu.

"Baiklah kuberikan kau restu menikahi putriku.." Hiashi memberi nada jeda di kalimatnya dan menarik nafasnya perlahan dan membuangnya mungkin keputusannya ini memang benar.

Untuk membahagiakan putrinya yang sangat ia sayangi. "Kau akan menikah dengan Hinata."

Deg Deg Deg...

Bagai petir di badai hujan waktu seakan berhenti membuat Naruto menahan rasa tak percaya yang ia dapatkan.

Apakah nama yang di sebutkan oleh Hiashi tersebut benar? Apakah Hiashi tak salah menyebutkan nama putrinya?

"A...apa ya..yang anda maksud Hiashi-san?" Tanya Naruto dengan mata membelak lebar.

"Pernikahanmu dengan Hinata seminggu lagi, tak ada penolakkan. Sekarang pulanglah." Usir Hiashi dengan halus.

Naruto masih enggan berdiri dari duduknya dan malah semakin memandang tajam Hiashi.

"Oh ya tenang saja orang tuamu akan segera kuhubungi masalah pernikahan kalian." Hiashi berdiri dan meninggalkan Naruto yang masih mematung di tempatnya.

Tangannya yang terbungkus sarung tangan coklat tersebut terkepal kuat. Naruto berdiri kemudian melangkah dengan cepat ke arah pintu keluar.

Saat berada di luar halaman rumah keluarga Hyuuga Naruto menendang tembok tinggi tersebut dengan amarah.

"Aku memang menginginkan restumu menikahi putrimu! Tapi bukan Hinata! Melainkan Hanabi!" Teriak Naruto sambil memukul beton kokok tersebut.

o

End or TBC

AN: hoho makasi buat penggemar setia Kushi *emang ada?* eh ini ide tiba-tiba dateng jadi kalau ceritanya nanggung gak papa. Tapi kalau mau lanjut sebisa mungkin kushi lanjutin, mungkin kalau lanjut cuman 5 atau 6 chapter hehe. Sebenarnya ogah buat multhichapter karena banyak hutang #diTabok

Berkenankan kah kalian memberikan fav/Foll and Review?

Jaa ne minna-san... o