All cast milik Masashi, saya cuma numpang beken.
Peringatan: Ketidakjelasan ada dimana-mana dan ending mungkin tidak sesuai harapan. silakan klik tombol back kalau merasa tidak puas. flame are welcomed. don't worry.
Happy reading. ^^
hidup adalah infinitum, Sakura pernah membacanya entah kapan dari sebuah novel epic bersampul gadis cantik pemain biola. Ia tidak tahu bagaimana ia bisa mengingat dengan baik setiap detail sampul novel itu, ia juga bingung menyadari betapa ia mengingat setiap bagian di dalamnya. Ia bahkan pernah mulai gila dengan membandingkan kejadian yang dialami tokoh infinitum dengan drama kehidupannya. Ia begitu terpesona, begitu jatuh cinta. Mungkin karena itu.
Infinitum membuat alam bawah sadarnya terus mengkotak-kotakkan kejadian dan mulai membentuk garis perbandingan rumit yang kemudian ia benarkan. Meski akalnya memberontak, hati selalu memenangkan pertarungan. Ah, sebenarnya ia sudah mulai berdamai dengan itu. Kesibukan, umur, kenyataan bahwa hidup memang adalah percaturan membuatnya sedikit demi sedikit menggeser pengaruh Infinitum. Meski tak selalu berhasil, setidaknya ia bukan lagi remaja ababil yang akan menangis lalu berteriak 'kenapa ini harus terjadi lagi' setiap waktu. Fase itu sudah lewat, meski harus diakuinya kadang senyum nanar dan perasaan konyol masih menghantuinya.
Seperti sekarang, setelah tujuh tahun karirnya sebagai penulis traveller blog ternama, lima tahun sebagai editor majalah alam kenamaan, dan sepuluh tahun sejak ia memutuskan meninggalkan masa lalunya. Ia seperti ditarik kembali ke titik nol.
Ia harus berhadapan dengan satu-satunya alasan ia selalu menolak kunjungan kerja di cabang Konoha. Bosnya bahkan tidak perlu bertanya lagi tentang itu, karena Konoha adalah tempat terlarang untuk seorang Sakura. Dan alasan itu tengah berdiri tegak di depannya. Mungkin sama terkejutnya, atau bahkan lebih. Sepersekian detik, lidahnya kaku, ia bahkan merasa saat ini rahangnya tengah terbuka. Tidak ada yang bisa dilakukannya selain berdiri dan terjerumus dalam gelap yang mencekam itu. Dunia membisu, keriuhan bandara terasa hanya sekelebat bayangan.
"Ma," sayup-sayup ia mendengar suara yang amat dikenalnya, "Mama," kali ini goncangan di lengan kiri membangunkan inderanya yang lumpuh, "Mama kau kenapa?"
"Sakura?"
Kegelapan itu lebih dulu menyebut namanya. Mencairkan kebekuan dan kehampaan yang menyanderanya. Ilusinya terlepas. Ia menoleh cepat -takut kembali terjerat. Gadis kecil dengan mata kelam menatapnya khawatir. Bibirnya komat-kamit menggumamkan sesuatu. Seperti gerutuan.
"Mama."
"Y-ya."
Ia sungguh tidak siap dengan ini.
"Sakura?" Suara itu kembali terdengar. Ia menoleh, dan benar-benar yakin sekarang. Ia berhadapan dengan entitas asing-tak-asing yang seharusnya tak boleh ia ingat-ingat.
"Siapa dia Ma?" suara gadis kecilnya lebih dulu menginterupsi. Dua pasang netra itu bertemu, untuk pertama kalinya. Sakura sesak nafas, ia bisa melihat mata laki-laki itu menyipit sebelum akhirnya kembali mengalihkan pandangan padanya. Sakura tahu apa yang akan terjadi setelah ini.
"Beri salam padanya, Sarada." ucap Sakura setenang mungkin, "Dia teman kuliah mama."
Sarada memicing sejenak, menatap dari atas hingga bawah sosok di depannya. seperti scan mesin fotocopy.
"Hallo paman, salam kenal. Aku Sarada," ucapnya kemudian sambil mengangkat sebelah tangannya. Laki-laki itu hanya mengangguk kaku sebagai jawaban. "Senang bertemu denganmu." ucap gadis kecil itu lagi sambil menarik lengan Sakura pelan. "Kau berjanji mau mengajakku melihat oleh-oleh, Ma"
Sakura tersenyum mendengar renggekan puterinya. "Kau bisa kesana lebih dulu kan, Sarada. Mama ada sedikit urusan." ucapnya sambil mengusap rambut Sarada. Sarada cemberut mendengar ucapannya, pandangan tak suka jelas-jelas ia berikan pada paman di depannya. Meski harus Sarada akui paman itu tampan, ia tetap tak suka jika itu membuatnya dinomorduakan.
"Baiklah," ucapnya kemudian. "Jangan lama-lama. Aku tidak tahu selera Otou-san."
"Jangan khawatir sayang."
Sarada mengangguk kecil lalu beringsut menjauh. Meninggalkan sang mama dengan paman asing di depannya.
"Sudah lama sekali ya, Sasuke. Apa kabar?"
Perjalanan ini adalah keinginannya. Ia berencana menguji keberanian -atau mungkin keberuntungan? Genap sepuluh tahun sejak ia meninggalkan Konoha. Untuk merayakannya, sejak setahun lalu ia sudah berfikir akan melakukan perjalanan menyenangkan bersama Sarada. Konoha adalah negara yang luas, bertemu satu orang diantara jutaan penduduk adalah kemungkinan kecil dari banyak kemungkinan lain. Ia begitu yakin saat pertama kali merencanakannya. Ia akan mendatangi tempat-tempat wisata dimana –mungkin- orang itu tidak akan ada di sana. Ia begitu percaya diri hingga melupakan peluang kejadian bagi pertemuan mereka. Ya, ia lupa. Peluang, sekecil apapun tetaplah menjadi sebuah peluang.
"Mama?" suara Sarada membuyarkan lamunannya, "Kau sakit?"
Sakura menoleh dengan senyum mengembang di wajah. "Tentu tidak, kenapa kau berfikir seperti itu, hmm?"
"Kau melamun terus." gerutu Sarada sambil mengambil dua buah apel di meja. Ia memberikan satu pada Sakura lalu menggigit satunya. Mereka duduk di jendela besar di kamar cottage yang Sakura sewa selama di Konoha. Pemandangan laut sore begitu indah memanjakan mata.
"Mama hanya sedikit lelah." gumam Sakura pelan, "Besok kita baru bisa jalan-jalan. tidak papa kan, sayang."
"Tentu." Sarada melempar sisa apelnya ke laut.
"Oh, sayang. Jangan lakukan itu, ada tempat sampah di dalam sana." protes Sakura cepat. Sarada hanya mengedikkan bahu santai.
"Itu untuk ikan, Ma."
"Ikan tidak makan apel sayang. Kau hanya mengotori lautnya. Lihat."
"Huh, baiklah. Maafkan aku." dengus Sarada sebal. Mereka kembali terdiam untuk beberapa saat. Tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Ma."
"Ya?"
"Apa kau akan marah kalau aku bertanya sesuatu?"
Sakura menoleh mendengar ucapan hati-hati puterinya.
"Tentu tidak. Kau bisa menanyakan apapun."
Dilihatnya Sarada menghela nafas panjang perlahan. "Paman tadi, apa dia mantan pacarmu?"
TBC
Hai, hai, haii.. terimakasih sudah kembali membaca Fict abal buatan saya. Saya merasa sangat bersemangat melihat views yang terus bertambah di fict sebelumnya. Yah, meski rata-rata silent rider, saya maafkan, toh, dulu, bertahun-tahun lalu silent rider adalah pekerjaan tetap saya. Hehee
Okay, terkait Breakthrough, saya ingin memberikan sedikit bocoran. Seperti drama keluarga lainnya, akan begitu banyak lika-liku dan konflik yang menuntut kalian untuk teliti dalam membaca. Kejadian dari masa lalu tidak akan saya berikan ruang khusus dengan kata 'flashback' –karena bagi saya pribadi itu sedikit menganggu. Jadi pastikan kalian mengingat apa yang kalian baca dan mereka –chara—ucapkan/fikirkan di setiap chapternya. Tenang saja, saya bukan penggemar sinetron, jadi semua konflik akan tetap masuk akal di jalur masing-masing, sebagaimana hidup berjalan.
Yossh, seperti itu saja, tolong baca dengan hati yang tenang. Semua pertanyaan akan saya jawab dengan senang hati. Jadi jangan sungkan.
Sekali lagi terimakasih, salam sayang - Beb
