Disclaimer : Masashi Kishimoto
Rate : Teen
Warning : Gaje, non baku, ooc pasti
L.A Lights
.
.
Baby's troublesome
Bab one
Ketika daun pintu kediaman megah milik seorang Ningrat terbuka.
"Maaf, anda-anda ada keperluan apa ya?" seorang baby sitter berbadan sintal bertanya pada tiga pria yang mengenakan seragam hitam-hitam.
Pria paling tengah yang mengenakan kacamata ala Boboho serta topi khas koboi terkekeh pelan. "Kami adalah fotografer legendaris."
Sweatdrop segede buah pepaya nemplok di jidat kiri baby sitter bernama Yamanaka Ino tersebut. "O-oh, tapi siapa yang bertanya ya."
Siku kanan dari pria yang mengenakan topi ala sutradara film porno serta cerutu di ujung bibirnya menghantam rusuk pria disebelahnya. Tepatnya si topi koboi. "Dasar dungu, Pein! Langsung saja ke intinya dudul." bisik pria agak pendek tersebut.
Sontak, Pein mengangkat bagian depan topi koboinya menggunakan jari telunjuk dan tengah. "Kami sudah di boking oleh Nyonya Ningrat..." Pein menjeda, bola mata berlensa hitamnya melirik pria disamping kanannya.
Pria yang mempunyai garis lurus di masing-masing pipinya serta mengenakan topi khas tukang sawah tersebut cepat tanggap. "...Untuk mempotret bayi kecil serta Ibunya." diakhiri dengan membenahkan kumis palsu ala pak raden yang mau lepas.
Mengembangkan senyuman, Ino lantas mempersilahkan tiga pria yang katanya fotografer legendaris tersebut.
Dari kejauhan nampak seonggok mobil len jebot dengan stiker gede logo awan merah di bumper depan serta stiker-stiker norak lainnya. Dari kaca mobil yang sudah retak menyumbul kepala pirang kuncir kuda sembari ngacungin jempolnya.
"Deidara-senpai ngapain sih?" pria yang duduk di jok rombeng tak layak pakai sebelah Deidara, bertanya. Pria yang sepertinya idiot lantaran mengenakan topeng spiral tersebut menggaruk 'harta' menggunakan jemari klingkingnya di lubang telinga kiri.
Deidara noleh hingga rambut panjangnya berkibar selayaknya model shampo sunslik. "Memberi mereka pujian lah dungu! Un."
Tobi atau Obito yang sok idiot tersebut mengangguk entah paham atau tidaknya. "Yosh, kalau begitu Tobi anak baik mau memberi mereka pujian ah."
Deidara mlotot begitu si idiot menyumbulkan kepala tanpa otaknya keluar jendela.
Tobi menarik nafas dalam.
Kepalan tangan Deidara teracung ke udara serta mengarah pas ke topeng Tobi.
"SEMANGAT SENP-"
JDAK!
Topeng khas orang idiot tersebut retak.
.
.
.
Wanita dewasa berambut pink tersebut melempar senyum pada tiga pria yang hanya memasang tampang flat padanya.
"Ayo diminum dahulu. Dan maaf ya, soalnya anak saya lagi tidur dan saya tak tega membangunkan dia." tutur wanita bernama Haruno Sakura tersebut.
Tiga pria tersebut mendengus bete. Saling melempar pandangan berharap menemukan solusi agar 'rencana' mereka cepat rampung.
"Bagaimana ini, Itachi? Apa yang harus kita-kita lakukan?" Pein bertanya menggunakan kode ngorek lubang hidung.
Itachi menempelkan telunjuknya di garis-kriput pipinya, kode. "Sayangnya untuk saat ini otakku lagi kosong."
"Ketonggeng! Bagaimana?" Pein mengkode Sasori dengan panggilan kurang ajar.
Sasori ber-smirk kece. Lantas dia berdehem dan melepas kacamata hitamnya sembari berkedip ganjen kearah Sakura. "Jika kulihat dari dekat, anda memang sangat cantik."
Sakura blusing persis anak SMA.
Sasori mencopot topi khas sutradara film bokep-nya sembari ngibasin rambutnya dengan gaya sok keren. "Dan menurut saya pribadi. Pakaian yang anda kenakan amatlah tidak cocok membalut tubuh sexy tersebut."
Pein dan Itachi menggaruk ujung rambutnya yang gatal.
"Ah, benarkah?" Sakura salting mirip anak SMP untuk saat ini. Meremas dres yang ia kenakan sambil mengerling kesegala arah.
Sasori mengangguk. "Jadi sebelum putri anda bangun ... bagaimana kalau anda mengganti pakaian dahulu agar fotonya makin bagus."
Wajah bersemu mirip bocah ABEGE, lantas Sakura mengangguk begitu saja sambil lari menuju lantai atas.
"Bagus ketonggeng!" Pein ngacungin jempolnya. "Sekarang ayo kita lakukan segera." dia berdiri dan berlari persis orang kesetanan diikuti dua temannya.
Terus berlari mencari keberadaan kamar sang target sungguh amat melelahkan. Ya jelas lah wong kamar di rumah ini saja lebih dari seratus. What?! Hadeh.
Tiga pasang mata yang kesemuanya tertutup lensa menangkap sebuah pintu kamar yang beda dari yang lain. Lengkungan seringaian sok keren terpajang di wajah ketiga pria tersebut.
Tiga meter lagi akan sampai.
Pein, Itachi dan Sasori makin mempercepat langkah larinya.
Dua meter akan sampai.
Ketiganya membuat ancang-ancang.
Satu meter lagi.
"Hap!" ketiganya meloncat penuh heroik sembari memutar tubuh mereka di udara serta melancarkan sepakan ala Tsubasa Ozora.
BRAK!
Pintunya ambrol.
.
.
.
"Deidara-senpai, kenapa yang lain lama banget ya?" Tobi yang terduduk di jok mobil jebot tersebut bertanya pada senpai lopely-nya. "Padahal Tobi ngak betah mau eek nih, senpai."
Deidara yang lagi selonjoran dengan kedua kaki tersangga di stir mobil jebot tersebut, menoleh. "Kalau mau eek sana jamban! Dan berhenti mengeluh atau kupecahkan topeng idiotmu itu." kepalan tangan teracung persis di depan topeng yang sudah retak.
"Un-nya kok nggak ada di setiap kalimat barusan, senpai?"
JDAK!
Topeng khas oraang idiot ambyar sudah.
.
.
.
Disana, diranjang bayi nampak bocah cilik satu tahunan lagi mengemut jempol tangannya. Ilernya ngeces deras hingga membasahi pakaiannya.
"Uuh au aa." putri dari pasangan Ningrat tersebut menggumam khas bahasa bayi sembari menunjuk tiga pria yang hanya mampu mengembangkan senyuman.
"Halo anak manis. Kau adalah uang." ketonggeng merah-Sasori, berjalan mendekat. Lantas meraih bayi bernama Sarada tersebut dalam gendongannya.
"Yosh! Misi kita sukses," Itachi meraih kertas kucel penuh tulisan cakar ayam dari dalam sakunya. Lalu pria dengan kumis palsu ala pak raden tersebut menempelkan kertas tersebut pada dinding.
Pein celingukan kesegala arah, otaknya dia paksa putar buat mikir keras. Pasalnya dia khawatir jika keluar lewat pintu utama akan ketahuan pelayan atau baby sitter bohay tersebut. Hm, baby sitter itu ya? Tanpa sadar saat mengingat baby sitter tersebut iler Pein ngeces tak terbendung.
"Woi, bokep! Ayo cabut dudul!" seruan ketonggeng membuyarkan lamunan seorang Pein.
"Kita lewat mana nih?" Itachi membanting kumis palsunya saat dirasa kumis gaje tersebut sudah tak guna.
"Lompat lewat jendela." Sasori menunjuk jendela dikamar bayi Sarada tersebut.
Pein mlotot setangah pucat. "Tapi ini khan lantai tiga."
"Yang penting misi sukses." Itachi tak ambil pusing sembari membuka pintu jendela. Lantas dia melompat yang lagi-lagi penuh heroik diikuti dua temannya. Tapi naas.
GUBRAK!
MEOONGGGG!
Pein nyungsep dengan kepala duluan dari lantai tiga.
.
.
.
Sudah sering kau kirim surat, tapi tak pernah kujawab. Namun ku kirimkan undangan, agar kau tak berharap.
Lagu Bukan Aku Tak Cinta menggema di mobil jebot tersebut. Dengan kepala tersandar, Deidara begitu menghayati musik dari Hp jadulnya. Tak perduli akan patner si obat nyamuk yang termehek-mehek sembari meng-Alteko topeng oranye kebangaannya.
Tiba-tiba pintu belakang mobil len jebot tersebut terbuka. Belum juga si Deidara bertanya keburu suara seseorang mendahului.
"TANCAP GAS DEI!"
Tak mau banyak bacot, Deidara menginjak pedal gas hingga mobil jebot tersebut jemping hingga body belakang nggasrok aspal.
Dan mobil len rombeng tersebut ngebut penuh aksi heroik lagi.
.
.
.
Sang nyonya Nigrat berjalan terburu-buru dari lantai atas. Mengembangkan senyum sembari mendongakkan kepalanya. "Maaf lama ganti ba-" tanda tanya besar bertengger di ubun-ubun Haruno Sakura. Tiga pria yang dia tinggal sekitar dua puluh menit lenyap.
"WAAAAAHHHH!"
Menoleh secepat kirin punya suaminya-Uchiha Sasuke, lantas Sakura berlari menuju lantai atas kembali. "Kenapa si baby sitter semok tersebut pake teriak segala?" gumamnya.
Tak butuh waktu lama mengingat Sakura adalah mantan pelari tercepat sewaktu masih TK *hah?!* sampai kedua alisnya naik bergantian menatap Ino yang memegang sebuah kertas dekil dengan tatapan penuh horror.
"Ino, kalau kamu mau teriak seenak bokongmu, sana luar. Nanti Sarada bangun gimana?"
Ino menoleh, tangan kanan yang memegang kertas kecel tersebut terulur dan di terima oleh Sakura dengan perasaan masih separo mangkel.
Bola mata hijaunya membaca deretan tulisan mirip anak TK tersebut.
Halo Ibu Ningrat! Anak anda saya culik. Dan jangan berani-berani lapor polisi barang seupil law yaw.
Atau bayi anda koid dalam sekejab saja. Hahaha *Tawa jahat separo keren*
Ingin anak anda kembali? Gampang, siapkan uang satu juta dollar maka anak anda kembali tanpa lecet.
Ingat jangan lapor polish. Atau CRAASHHH! Anak anda tewas. Hahahaha *tawa iblis mode*
Waspadalah-waspadalah.
TDD : Penculik legendaris.
"TIDAAAAAKKKK!" sedetik kemudian Sakura tumbang di TKP.
Yamanaka Ino hanya mampu nepok jidatnya. "Anak hilang khan tinggal buat lagi. Apa susahnya coba?"
*Dasar baby sitter gendeng ora waras*
.
.
.
"Kau kira kau bisa membunuhku dengan serangan lemah seperti itu hah?"
Kisame, Hidan, Zetsu dan Kakuzu memasang exspresi berbeda-beda.
"Lagipula aku sudah pernah mati sekali. Aku tidaklah bohong khan?"
Bola mata gurame Kisame memekik horror. Hidan meneguk ludahnya, Zetsu tegang, sedang Kakuzu ngipasin wajahnya pake duit segebok nominal masing-masing satu dollar.
"Aku...aku tak akan kalah darimu. Lagipula aku...aku adalah pangeran kebanggaan seluruh bangsa saiyan. VEGETA!"
Owalah-owalah, ternyata lagi nonton Dragon ball. Hadeh.
BRAK!
Empat pria penggila Dragon Ball tersebut kejengkang saking kagetnya. Sontak keempatnya menoleh dengan wajah kesal, tapi sedetik kemudian.
"Hahaha, sebentar lagi tidak akan ada seupilpun wanita yang akan menghina wajahku jika dompetku selalu tebal." Kisame menyeringai sok keren tapi malah kelihatan ndeso.
"Toko bunga idaman akan segera tercapai." Zetsu heboh sambil jingkrak-jingkrak.
"Puji Dewa Jashin-sama."
Kakuzu tediam, perlahan dia berdiri dan mendekati lima pria yang masih diambang pintu. Tangan Kakuzu terulur meraih balita yang di gendong lelaki bertambang balita.
Kakuzu mengangkat Sarada tinggi-tinggi. Sedetik kemudian dua bola mata ijonya berubah menjadi dollar. "Oh uangku."
Pein mendengus bete dengan kepala terbalut perban akibat nyungsep dari lantai tiga dengan tak elit banget. "Kau dapat lima persen onta arab."
Kakuzu syok, pucat pasi. Dalam sekejap Sarada berpindah dalam pelukannya ala ibu yang tak mau anaknya direbut. "TIDAK! SEMUANYA MILIKKU! MILIKKU!"
Sedetik kemudian Kakuzu bonyok.
.
.
.
"Huaaaaaa, Sarada papa! Sarada di culik." Sakura meraung sembari jambakin rambut model gagak nungging suaminya.
"Iya aku tau, tapi jangan jambakin kenapa. Sakit tau."
"Huaaaa. Pokoknya cepat tebus Sarada papa!" kini kursi tak berdosa Sakura cakarin hingga sobek-sobek.
Sasuke menghela nafas. "Khan tinggal buat lagi apa susahnya." katanya lembut namun watedos.
Ino menyunggingkan cengiran kuda. Sakura menoleh serta tatapan mlotot hebat.
"Apa? Ulangi?" nada istri Nigrat tersebut penuh geraman.
Sasuke tersenyum cakep sembari memegang bahu kiri Sakura penuh sayang. "Khan kita tinggal buat lagi."
Tak sampai satu detik Sasuke terkapar babak belur.
TBC
Bagaimana? Apakah terhibur hm? Ini terinspirasi dari sebuah film berjudul Baby's out days.
