I Am Sorry © Juli Alio
Naruto © Masashi Kishimoto
AU, OOC, Typo(s),1 etc…
Selamat Membaca…
.
.
"Maaf. Maafkan aku."
Kalimat itu lagi. Tidak bisakah bersuara selain kata menyebalkan itu.
"Sungguh. Maafkan aku."
Demi Tuhan. Berhentilah berbicara seolah hanya kau yang salah. Seolah hanya kau yang patut untuk dipersalahkan.
Air mata. Air mata itu. Berhentilah menangis.
"Jangan katakan lagi." Suara rendah penuh penekanan itu berhasil membuat gadis di depannya menegakkan bahunya. Namun itu tidak dalam waktu yang lama. Kepalanya semakin menunduk dalam, bahunya luruh kembali.
"Seharusnya, aku tidak memaksakan perasaanku." Dari nada suaranya tersembunyi penyesalan yang mendalam. "Seharusnya juga, kau... bahagia bersama Sakura, Naruto."
"Diamlah Hinata." Naruto mengguncangkan bahu Hinata dengan kasar. "Tatap mataku dan ulangi permintaan maaf tak bergunamu itu. Cepat katakan."
Hinata menurut. Menampakkan mata sewarna lavender yang telah basah oleh air mata. Pipi gembilnya pun basah oleh air mata. Dengan sesenggukan Hinata mulai berucap, namun tidak ada suara yang terdengar. Mulutnya hanya membuka dan menutup layaknya ikan menggelepar di daratan.
Mata saphire itu menjerat Hinata terlalu dalam. Terlalu dalam hingga ia tak mampu membedakan antara dunia nyata dan dunia khayalannya. Hinata menyentuh pipi kiri Naruto. Telapak tangannya dapat merasakan kekalutan perasaan Naruto. Dan ini pertama kalinya ia sedekat ini dengan orang yang disukainya. Walau dalam keadaan yang tidak baik.
"A-aku... aku... aku..." Hanya kata aku yang keluar dari pita suara Hinata.
Naruto menggeleng-gelengkan kepalanya. Meraih tangan Hinata, kemudian mengenggamnya erat. "Berhenti menyalahkan dirimu sendiri."
Kelopak mata Hinata sudah tidak sanggup lagi untuk menahan luapan air mata. Walau berusaha sekuat yang ia mampu, air mata itu akan tetap meluber juga pada akhirnya.
Menggigit bibir bawahnya kuat, kelopak mata yang mulai menyipit, air mata yang terus-terusan mengalir tanpa mampu ia hentikan. Dirasakannya dahinya bersentuhan dengan sesuatu. Ternyata Naruto menempelkan dahinya dengan dahi Hinata.
"Aku tidak bisa mengontrol perasaanku sendiri."
"Begitu juga aku. Aku juga tidak bisa mengontrol perasaan Sakura untuk menyukaiku."
"Maafkan aku, Naruto."
"Semua bukan salahmu."
Dahi keduanya masih menempel. Naruto yang berinisiatif untuk memeluk gadis ini. Hinata terkejut. Tentu saja.
"Naruto."
"Maaf, tidak menyadari perasaanmu sejak awal." Naruto mengeratkan pelukannya. "Bagaimana kalau kita mulai berkencan."
.
.
Beberapa tahun kemudian, keduanya masih berkencan. Mereka sepasang kekasih? Benarkah?
Naruto meletakkan undangan berpita ungu di atas meja. "Apa ini?"
"Ini namanya undangan Hinata."
"Kau akan menikah?"
"Iya."
Hinata tersentak kaget. Matanya mulai memanas. Tangannya mengepal di bawah meja hingga buku-buku jarinya memutih. Apa yang pria kuning ini coba lakukan. Lalu apa gunanya kencan yang selama ini mereka berdua lakukan. Memang tidak ada ungkapan cinta, hanya kencan. Tapi, ini, ayolah. Yang benar saja.
"Selamat."
"Tidak mau."
"Dibuka dulu."
"Tidak usah.
"Yakin? Nanti nyesel lho."
Dengan perasaan patah hati Hinata mengambil undangan itu. Melonggarkan pita ungu itu. Dan membuka undangan itu. Membaca dengan emosi. Tunggu. Alangkah kagetnya Hinata, ketika mengetahui siapa nama pengantin wanitanya.
Naruto Uzumaki -simbol love- Hinata Hyuuga
The End
A/N:
Akhirnya bisa publish fic NH *Goyang Dumang
Maaf kalo ceritanya rada ngaco bin ajaib bila dipandang dan dibaca.
Sekian,
Juli Alio
07.06.2015
of Form
