Severus182 present

HOPELESS HOPE

.

.

.

.

.

.

(1) The reality behind your wings

.

.

.

.

.

Sore itu Chanyeol pulang sekolah dengan wajah suram. Oke, biar kujelaskan. Semalam ia begadang untuk menonton pertandingan sepak bola club favoritnya. Bangun bangun sudah pukul setengah delapan. Mau membolos tapi tak jadi karena sang ibu yg mengancam ini itu. Sampai di sekolah dapat hukuman lari keliling lapangan -yg luasnya seperti samudra- sebanyak 10 kali. Lupa membawa buku catatan matematika, dihadiahi satu lemparan keras penghapus papan tulis. Pulangnya kedua ban sepeda nya kempes. Ia harus berjalan jauh untuk bisa mencapai rumah dan menggapai impiannya untuk segera tidur. Otomatis ia ditinggal Sehun dan Jongin yang tiba tiba saja mengajak nya pergi karena mereka tak sabar lagi. Ia, ditinggal main ke warnet oleh dua orang manusia yg sejak 5 tahun terakhir bersikeras mengaku sebagai sahabat nya.

Tuhan, Chanyeol merasa di berkati.

"Ini benar benar hari yang indah, Chanyeol. Nikmati saja."

Ia melontarkan sarkasme pada diri sendiri. Sesekali berdecih dan tersenyum sinis pada sepeda tak berdosa yang kini sedang ia tuntun. Miris pada ketidakberuntungan nya hari ini.

"Hei awas!"

Seseorang meneriakinya dari belakang. Ia menoleh dengan gerakan malas. Namun kemudian tiba tiba saja tubuh nya oleng ke samping di srempet sebuah sepeda gunung yg dikendarai seorang anak laki laki berseragam SMP dengan kebut kebutan.

Ia terkejut, sumpah. Bahkan kedua matanya tetap membola dengan mulut sedikit terbuka saat sikunya sudah sedikit mengeluarkan darah. Gila. Anak SMP itu benar benar mengayuh dengan kecepatan bodoh.

"Hey, kau tidak apa-apa?"

Barulah ia tersadar saat sebuah suara terdengar. Ia menoleh pelan. Satu paras yg sama sekali tak pernah ia bayangkan eksistensi nya, kini sedang berjongkok di sampingnya, menatap nya khawatir.

Oh tuhan, jangan bercanda. Kau benar-benar menciptakan makhluk seindah ini? Dan aku baru melihatnya setelah 18 tahun hidup?

"Hey, dik. Kau tak apa?"

Dia kembali bertanya. Kali ini raut wajahnya sedikit menggambarkan kebingungan. Cepat cepat Chanyeol mengubah ekspresi.

"A- aku tidak apa-apa kok."

Ia tersenyum lebar. Menggeleng ribut. Dan pria manis nan cantik nan indah nan imut itu tersenyum simpul.

Holyshit. Ini malaikat. Bukan manusia.

Seketika Chanyeol lupa bagaimana caranya berkedip.

"Aku sudah meneriaki mu sejak tadi. Tapi kau tak mendengar ku."

Ia terkekeh.

Dan Chanyeol baru tahu kekehan seseorang bisa seadiktif itu.

"Ayo bangun."

Ia mengeluarkan telapak tangan. Chanyeol menggenggam nya dan berdiri dengan senyuman yg lebih lebar lagi.

"Te-terimakasih."

Katanya, gugup. Pandangan nya lurus ke arah si cantik yg ternyata lebih pendek darinya. Terlihat begitu mempesona hanya dengan balutan jaket baby blue kebesaran. Ah, Chanyeol tak bisa berkata kata lagi.

"Kalau begitu aku pergi dulu, ya. Berhati hatilah."

Dan ia pergi dengan satu senyuman serta satu lambaian kecil. Paket lengkap untuk membuat Park Chanyeol sesak napas.

Beberapa detik setelah nya, Chanyeol kembali menuntun sepeda dan berjalan dengan lebih lambat.

Ia bersyukur ban sepeda nya kempes.

Ia bersyukur Sehun dan Jongin pergi meninggalkan nya.

Ia bersyukur telah disrempet oleh bocah SMP.

Ia bersyukur untuk itu semua.

Ah, Ia benar benar diberkati.

SUNGGUHAN di berkati.

"Oh! Aku harus segera sampai rumah. Aku harus menggambar wajahnya."

Dan kian lama langkah kaki nya jadi kian cepat. Seirama dengan detak bahagia di dalam sana.

Untuk pertama kalinya dalam 18 tahun hidup, ia yakin bahwa ia tengah jatuh cinta.

Dan cinta pertama nya sungguhlah indah.

...

HOPELESS HOPE

...

Chanyeol itu tampan. Semua orang mengakuinya.

Chanyeol ramah. Semua orang mengakuinya (2).

Chanyeol orang kaya, tapi tidak sombong. Semua orang mengakuinya (3).

Chanyeol pemain basket yang handal. Dia kapten tim basket sekolah. Semua orang mengakuinya (4).

Ini memang klasik. Penggambaran diri dari seorang Park Chanyeol akan membawamu pergi melanglangbuana ke tokoh tokoh keren di drama drama, di novel novel, dan lain lain.

Iya sih. Memang mirip. Tapi sebenarnya tak begitu juga.

Chanyeol bukan orang monoton. Dia bukan pemuda yg hobi tebar pesona. Dia bukan orang yg akan di beri jalan lewat setiap ada antrean. Dia tidak turun dari mobil sambil memakai earphone dan mengemut lollipop.

Tidak. Please. Dia tidak sedrama itu.

Dia berangkat ke sekolah menggunakan sepeda. Terkadang motor sport atau mobil kalau sedang mendesak. Dia tersenyum pada semua orang. Dia ramah pada semua orang. Dia hobi tertawa. Dia suka mengganggu. Dia jahil. Dia suka membolos. Tapi juga akan memelas saat dipanggil ke ruangan konseling. Dia suka tidur saat pelajaran sedang berlangsung. Tapi juga akan memohon ampun saat diusir keluar. Dia keren saat bermain basket. Tapi juga tak pelit tanda tangan saat ada yg minta. Dia jahil. Tapi akan segera minta maaf setelah puas tertawa.

Intinya dia ada di tengah tengah. Tidak sekeren dan sedingingin Goo Junpyo. Pun tidak senakal dan seurakan Dilan.

By the way, siapa itu Dilan?

Sorry. Lupakan.

Kembali pada Goo Junpyo.

Eh. Chanyeol maksudku.

Iya. Dia tidak sesempurna yg kalian bayangkan. Tapi juga tak terlalu buruk. Setidaknya jumlah coklat dan surat yg masuk ke lokernya setiap hari tetaplah yg paling banyak.

Dan satu hal yg membuat nya semakin mempesona; dia pandai menggambar. Dia pandai melukis. Dia memiliki bakat keren itu. Yeah.

Semua orang tahu. Chanyeol suka sekali menyendiri di danau buatan belakang sekolah untuk sekedar menghabiskan waktu dengan menggambar. Apa saja yg digambar tak ada yg bisa menebak. Sketchbook kesayangan nya itu tak ada yg pernah berani menyentuh selain Jongin dan Sehun.

Mereka berpikir Chanyeol menggambar pemandangan. Menggambar awan. Menggambar langit. Menggambar Seulgi diam diam. Menggambar Wendy diam diam. Menggambir Sana diam diam. Menggambar-

Sebentar. Kenapa aku malah menyebutkan mantan mantan nya yg tak pernah ia cintai itu?

Baik. Biar ku perjelas.

Iya. Itu semua mantan pacar Chanyeol. Jangan kaget. Itu baru 3 dari total keseluruhan 18 gadis dan 5 orang pria yg pernah menjalin hubungan dengan nya.

Tapi jangan sesekali berpikir bahwa Chanyeol adalah seorang playboy.

Tidak.

Dia hanya seorang manusia profesional yg akan selalu menjalankan hukumannya setiap kali kalah dibawah kuasa Jongin dan Sehun saat main game.

5 tahun berteman dengan dua makhluk itu, sejak kelas 2 SMP sampai kini sudah menjadi sesepuh di SMA nya, ia telah berhasil mengencani 25 orang. Lengkap dengan cara confess dan adegan putus yg sudah di skenario.

Beri tepuk tangan yang meriah untuk Kim Jongin dan Oh Sehun. Mereka berdua sepertinya pantas menjadi CEO agensi agensi besar semacam SM Entertaiment. Eh.

Tapi nyatanya semua perkiraan itu salah. Chanyeol menggambar secara random. Bukan berarti saat berada di danau, dia akan menggambar pemandangan. Bukan berarti saat berada di atap sekolah, dia akan menggambar langit. Tidak seperti itu.

Dia menggambar apa saja yg muncul di benak nya. Apa saja. Jika ketika berdiam diri ia tiba tiba kepikiran wajah memelas Sehun saat dimarahi guru Jang, dia akan menggambar itu. Jika yg ada di pikiran nya adalah wajah ceria dan senyum lebar Jongin saat mendapat sapaan pagi dari Do Kyungsoo (si adik kelas yg sudah lama jadi incaran), maka ia akan menggambar itu. Ya intinya apa saja yg terlintas di pikiran, Chanyeol akan menvisualisasikannya dalam bentuk sketsa.

Dan ini adalah hari pertama nya, pertama kalinya ia, menggambar sebuah wajah asing. Jongin dan Sehun sampai terheran heran.

"Serius yeol, ini adalah lembar ke sembilan sketchbook mu yg kau penuhi dengan wajah asing itu. Masih tak berniat untuk cerita?"

Jongin menatap nya tak mengerti. Tangan kanan nya sibuk memasukkan kentang goreng kedalam mulut. Tapi kedua matanya tetap fokus pada yg paling tinggi sejak setengah jam yang lalu.

"Sudah kubilang jangan memaksanya. Dia akan cerita sendiri saat kedua sudut bibir nya mulai kram karena terlalu banyak tersenyum. Tunggu sebentar lagi, jong"

Sehun menanggapi santai sambil mengibaskan tangan. Lalu melemparkan gelas bubble tea nya yg telah kosong ke tempat sampah di ujung kantin.

Sementara keduanya mengobrol acak, Chanyeol masih seratus persen berkonsentrasi pada lukisannya. Ia sudah benar-benar gila hingga tiba di titik ini. Memikirkan nya siang dan malam. Tersenyum sendiri. Merindukannya sampai rasanya ingin mati.

Keren. Ini bahkan baru 3 hari, dan rasa rasanya dia akan segera divonis tidak waras jika terus seperti ini.

Lebih kerennya lagi, dia bahkan tak tau nama pria itu.

Ia, jatuh cinta pada seorang pemuda yg hanya ia temui selama beberapa menit, hanya berbicara padanya dengan 3 kalimat.

Geez.

"Aku bahkan sudah kehilangan minatku"

Kata Jongin tiba tiba.

"Aku memang tak berminat sejak awal"

Sehun menyahuti.

"Oke! Aku ingin bercerita. Tolong dengarkan"

Dan ucapan penuh semangat bersamaan dengan suara sketchbook yang ditutup itu membuat keduanya secara tak sengaja mendengus bersama.

"Ya ya ya cerita saja. Setidaknya walau kami sudah tak minat dengar, kedua telinga kami tetap terbuka lebar"

Sehun memutar bola mata nya dramatis. Jongin sibuk dengan bungkus kentang goreng ketiganya.

"Jadi begini..

Dan siang itu, satu jam sisa waktu istirahat terlewati dengan cerita panjang seorang Park Chanyeol yg mengaku telah jatuh cinta.

Jongin dan Sehun turut bahagia.

Ya. Anggap saja begitu.

...

HOPELESS HOPE

...

"Kak Chanyeol, ditunggu kak Jongin dan kak Sehun di lapangan parkir. Katanya harus cepat kalau tidak mau ditinggal lagi"

Do Kyungsoo berkata sopan. Menyampaikan pesan Jongin dan Sehun yang tadi ia temui di tangga. Dan kebetulan kelas ekstrakulikuler vokal yang dia ikuti ada di lorong dekat lapangan basket indoor. Tempat Chanyeol dan kedua kunyuk itu berlatih setiap pulang sekolah untuk pekan olahraga bulan depan.

Chanyeol baru selesai mandi. Jongin dan Sehun tak suka mandi.

"Baik. Terimakasih ya"

Ia menjawab dengan senyuman. Masih duduk di pinggir lapangan seraya mengikat tali sepatu nya.

Tapi Do Kyungsoo tak kunjung pergi. Masih berdiri tegak dihadapannya dengan wajah datar.

"A-ada lagi yg ingin kau sampaikan?"

Chanyeol bertanya agak tak enak hati.

"Tidak. Kak Jongin bilang aku harus tetap mengawasi kakak sampai kakak selesai. Kalau bisa katanya aku harus melotot tajam supaya kakak takut. Kalau kakak lambat, aku disuruh menemui nya di bawah untuk memberi laporan"

Hampir saja Chanyeol meledakkan tawa nya kalau tidak segera menutup mulut rapat rapat. Kadang dia heran. Jongin serius suka pada anak ini atau tidak sih? Kerjaannya menjahili terus.

"Jongin hanya bercanda Kyungsoo-

"Tapi kak Jongin tidak tertawa"

"Dia hanya modus supaya bisa bertemu denganmu lagi"

Tak ada jawaban. Si adik kelas diam dengan wajah blushing.

Chanyeol berdiri seraya tertawa kecil.

"Oke. Aku akan segera menemui Jongin. Mau turun bersama?"

"Tidak kak. Aku masih harus menunggu teman. Terimakasih tawarannya"

"Baik. Kalau begitu aku duluan"

Kyungsoo mengangguk lalu membungkuk untuk memberi hormat. Yg lebih tua lalu berbalik dan menghilang dari pandangan.

Ia berjalan dengan agak terburu buru. Sesampainya di lapangan parkir, dirinya malah disambut pekikan kecewa Jongin karena anak itu berharap Do Kyungsoo lah yg turun. Bukan dirinya.

"Mana Sehun?"

"Di gerbang. Beli susu nasional"

Oh iya. Susu nasional. Chanyeol lupa.

Lantas keduanya melangkah bersama menuju sepeda masing masing. Mengayuh nya menuju gerbang besar jauh didepan sana. Sesekali Chanyeol menggeleng heran melihat sosok Sehun yg nampak serius menikmati susunya dari kejauhan. Anak itu bahkan sudah pernah mimpi basah dan sering beronani, demi tuhan. Tapi masih saja rutin membeli susu nasional setiap pulang sekolah.

Terkadang ia tak mengerti kenapa dia harus mengiyakan takdir tuhan untuk bersahabat dengan makhluk makhluk 3D. Bukan manusia normal seperti yg orang lain punya.

"Loh? Bukannya itu Terompet tahun baru?"

Jongin menggumam. Menatap heran pada seorang siswi berambut merah maroon yg kini sedang berdiri disamping Sehun. Berbisik bisik serius.

Chanyeol mengikuti arah pandangan nya. Itu Yeri. Teman sekelas mereka. Orang yang Jongin panggil Terompet Tahun Baru.

"Sejak kapan Sehun akrab dengan monster galak penagih kas seperti dia?"

Pemuda Kim itu menggumam lagi. Lalu mempercepat kayuhan sepeda nya diikuti Chanyeol di belakang.

"Sedang apa Hoi?"

Jongin mengageti. Yeri menatap nya malas.

"Please, Jongin. Aku tak terbiasa dikageti makhluk halus sebelum tengah malam"

"Ya!"

Sebelum Jongin mendaratkan tangannya pada kepala Yeri, Sehun tiba-tiba saja berbalik dan memegang kedua pundak Chanyeol erat. Memposisikan kedua kaki panjangnya di sisi kanan dan kiri roda sepeda depannya. Wajah nya serius sekali.

"Eh, ada apa sih?"

Chanyeol mengernyit. Jongin menganga.

Yeri memutuskan untuk segera berlalu karena ia tau mungkin ini akan sedikit serius.

"Sebelum kukatakan ada apa, berjanjilah satu hal"

Yang paling muda mulai bicara. Chanyeol dan Jongin masih tak sadarkan diri.

"Hey hey, jangan bertingkah menjijikkan oh sehun!"

"Diam kau, hitam. Aku perlu bicara pada Chanyeol. Bukan padamu"

"Ada apa sih?"

Chanyeol hendak turun dari sepeda nya. Tapi tangan Sehun menahan. Ia jadi semakin penasaran. Kepalanya sedikit menjulur untuk melihat apa yg ada di belakang Sehun tapi yg ia lihat hanyalah Jalan Raya dua arah yg ramah oleh kendaraan. Dan lagi lagi Sehun menahan.

"Jangan lihat apapun selain aku, Park"

"Ada apa bodoh? Jangan membuat lelucon kalau tidak lucu!"

Chanyeol menggeram kesal. Sehun memilih mengalah. Ia menghela nafas.

"Berjanjilah untuk berhenti menyukai dan mengharapkan pria yang kau sebut sebut sebagai jelmaan malaikat tadi siang. Berjanjilah, bro"

Ia berucap serius. Chanyeol terkekeh tapi dahinya masih terlipat heran.

"Kau bicara ap-

"Ya Tuhan!"

Belum juga ia menjawab kalimat aneh Sehun, Jongin yg berdiri membelakangi nya di samping Sehun tiba tiba memekik kaget. Lalu berbalik menghadapnya dengan wajah horor.

"I-itu.. It-itu-"

Ia tergagap dengan telunjuk kirinya yg menunjuk ke satu arah di sebrang jalan raya. Sehun menghembuskan nafas. Ia menyingkir dari hadapan Chanyeol, mengangkat kedua kakinya yg sejak tadi berada di sisi kanan dan kiri roda depan sepeda si Park.

Membiarkan Chanyeol melihat sendiri apa yg sudah membuat Jongin dan dirinya (tadi) terkejut.

3 detik memicingkan mata, Chanyeol menemukannya.

Dia, malaikat cantik itu, ada disana. Berdiri disamping sebuah Lamborghini hitam,

Berciuman panas dengan seorang pria yg dia kenal sebagai Guru Wu. Pengajar sejarah di sekolah nya.

Mendadak Chanyeol sesak oleh rasa sakit.

"Ja-jadi.. Orang yang kau sukai adalah pacara Guru Wu?"

Ia lega satu pertanyaan nya terwakili oleh Jongin karena lidah nya terlalu kelu untuk mengucapkan apapun.

Tapi kemudian gelengan kepala Sehun membuatnya kembali didera heran

"Tidak. Dia bukan"

"Maksudmu?"

"Dia bukan pacar Guru Wu, Jong"

"Lalu?"

"Dia-

Sehun nampak gugup

-dia Bee Byun"

"HAH?!"/"siapa?"

Jongin dan Chanyeol bertanya bersamaan. Bedanya, Jongin kini sedang menatap Sehun tak percaya dengan mulut dan kedua mata terbuka lebar. Tapi Chanyeol malah semakin mengernyit tak mengerti.

"Siapa itu Bee Byun? Kalian mengenal nya? Kenapa terkejut?"

Sumpah. Ini membuat Chanyeol bingung. Dia kaget, dia sedih, dia patah hati. Tapi kedua sahabatnya malah membuatnya penasaran dengan bersikap seperti ini.

"ah.. Bagaimana ya menjelaskannya"

Sehun mengusap dahinya frustasi. Berpikir. Agak kesal juga karena Chanyeol terlalu polos untuk ukuran remaja seumurannya. Dia bahkan tak tau siapa itu Bee Byun? Yang benar saja.

"jelaskan, jong"

"tidak. Kau saja"

Keduanya sama sama memalingkan wajah.

"Kau saja, Jong"

"Kau saja, Hun. Nilai sastramu lebih tinggi dari punyaku"

"Angka dibelakang koma tidak dianggap, bodoh"

"Aku tak tega. Kau saja"

"Kau saj-

"Bisakah kalian berdua berhenti berargumen dan langsung menjelaskan siapa itu Bee Byun padaku dengan cepat?"

Chanyeol akhirnya membentak.

"Tak tahukah kalian bagaimana perasaanku saat ini?"

Ia berdecak.

"Justru karena kami tahu. Makanya kami tak ingin menjelaskan"

Jongin balas membentak.

Pria yg mereka sebut Bee Byun di sebrang sana sudah masuk kedalam mobil. Masih melanjutkan ciuman panas nya dengan Guru Wu. Chanyeol bisa melihat nya jelas karena kaca mobil terbuka lebar.

Chanyeol ingin menangis.

"Baik. Akan ku jelaskan"

Sehun berbalik. Menatap nya tepat di mata.

Sesaat ia menghirup udara. Menghembuskannya perlahan.

"Dia Bee Byun"

Jeda sejenak.

"Seorang pemuda yg terkenal di kalangan remaja dan pria dewasa sebagai seorang pekerja seks komersial. Penari strip. Pecandu seks yg tak bisa melewati satu hari pun tanpa bersenggama. Yang menjadi artis tetap salah satu situs porno terkenal. Sosok pria yg menjadi selingkuhan dan simpanan banyak orang. Ia bercinta dengan siapa saja yg membutuhkan. Dia... Dia murahan, yeol. Berhentilah. Berhenti berharap. Hentikan niatmu untuk mencari tahu tentang nya karena aku rasa kabar ini sudah lebih dari cukup untuk membuat mu tau"

Chanyeol merasa beku. Ia tak bisa melakukan apa apa.

"Da-darimana.. Darimana kau mengetahuinya?"

Jantung nya berdetak menyakitkan.

"Yeri memberitahuku"

"Dia pasti berbohong"

"Kau tau dia tak pernah berbohong"

"Tapi-

"Yeri pernah memergoki Taeil, mantan pacarnya, bercinta dengan pria itu di dalam mobil. Yeri mengalaminya"

"Tidak mungkin-

"Tak ada yg tau seperti apa wajahnya sekalipun namanya begitu terkenal. Hanya orang yang yg pernah berurusan dan mengeluarkan uang untuknya yang tau"

Chanyeol terdiam. Mobil hitam di sebrang sudah menaikkan kacanya rapat rapat. Tapi belum ada perpindahan. Yang ada hanyalah sebuah gerakan aneh dari si mobil dan uap yg menempel di kaca. Menandakan ada sesuatu yg terjadi di dalam sana.

Otak Chanyeol mendadak kosong.

Ia bingung.

Ia tak tahu.

Hening menguasai selama beberapa saat. Chanyeol masih teguh memandangi mobil itu dengan wajah nanar. Sehun juga memperhatikan, tapi sesekali ia menggeleng heran. Tak percaya ada orang yang akan melakukan hal itu di pinggir jalan raya yg ramai. Jongin sibuk dengan kekhawatiran nya pada wajah melas sang sahabat.

"A-ayo berangkat. Ini sudah pukul tujuh malam. Game centernya akan tutup dua jam lagi"

Jongin berusaha mencairkan suasana yg tiba-tiba terasa canggung. Berjalan ke arah sepeda nya yg sejak tadi ia sandarkan ke dinding bangunan sekolahnya. Sehun melakukan hal yg sama beberapa detik setelahnya.

"Yeol,"

Sehun memanggil. Chanyeol tetap diam dengan pandangan lurus menatap mobil yg masih bergerak aneh.

Jongin mendesah.

"Ayolah, bro. Jangan seperti in-

"Aku pulang"

Dan Chanyeol memotong kalimatnya dengan cepat. Lalu mengayuh sepeda tak kalah cepat meninggalkan kedua sahabat nya yang masih terdiam dengan wajah lesu.

Malam itu, Chanyeol kembali ke rumah dengan kisah cinta pertama nya yg berakhir mengenaskan. Ada sebuah kenyataan tak masuk akal yg bersembunyi dibalik sayap cantik itu.

See?

Belum apa apa Chanyeol sudah sehancur ini.

.

.

.

.

.

To be continued :")

.

.

.

.

.

.

First chap, super duper pendek. Just the basic story :")

Serius gw gumoh sndiri yank :"""")

Klean juga gumoh kan?

Ga ada review ga lanjut yaa *kedip cantiq

Review apa aja mau bilang jelek gaje apalah apalah monggo serius gw malah pengen digituin :""")

XD

See ya next chapter :v

Nb. Didedikasikan untuk makhluk2 tak kasat mata pejuang2 yg maksa ini dipublish :")

Btw this is ma' first. Moga klean ga muntah.

Lafyah :*