Disclamer: Vocaloid belongs to Yamaha

Warning: AU, OOC

Ket: Len dan Rin umur 16 tahun


My Butler Is My Lover


Di sebuah pemukiman yang cukup elit, ada sebuah rumah atau bisa dibilang mansion yang cukup luas dengan nuansa Eropa. Mansion itu bewarna coklat dengan berbagai macam ornamen di halamannya.

Tampak seorang gadis berambut pirang dengan gaun putih sedang berjalan-jalan di halaman mansionnya. Ia menikmati hawa sejuk pagi hari. Ia memejamkan matanya sejenak dan melihat ke arah langit yang biru.

"Hari ini cerah." gumam gadis itu.

Gadis itu, sebut saja ia Kagamine Rin. Ia adalah satu-satunya anak perempuan yang dimiliki keluarga Kagamine. Orang tua Rin selalu sibuk dengan pekerjaan dan jarang menemani Rin. Baik dari Rin masih kecil hingga sekarang ketika usianya mencapai 16 tahun.

Rin tinggal sendiri di mansionnya. Terkadang beberapa pelayan juga datang, tapi mereka tidak tinggal di mansion itu. Rin terkadang merasa kesepian, tapi mau bagaimana lagi? Ia sudah sering merasakan hal ini.

Tiba-tiba datang sosok wanita berambut pirang panjang di belakang Rin, ia menepuk pundak Rin dan tersenyum manis ketika Rin melihat ke arahnya.

"Okaa-sama? Ada apa?" tanya Rin.

"Aku ingin mengenalkanmu pada seseorang. Ayo ikut." ujar ibu Rin sambil mengulurkan tangannya.

Rin menyambut uluran tangan ibunya itu dan mereka berdua berjalan bersama menuju mansion mereka. Jarang-jarang kedua orangtua Rin pulang ke rumah. Mereka selalu sibuk dengan pekerjaan.

Tidak lama mereka telah sampai di ruang depan mansion mereka, disana ada sosok pria berambut pirang bersama dengan pemuda berambut pirang. Pria itu adalah ayah Rin, tapi Rin tidak tahu siapa pemuda yang ada di samping ayahnya.

"Otou-sama..." panggil Rin sambil berlari-lari kecil ke arah ayahnya.

"Rin... Baguslah, aku ingin mengenalkannya padamu." ujar ayah.

"Hmm? Siapa?"

Rin melihat ke arah pemuda berambut pirang itu, pemuda itu tingginya tidak terlalu beda jauh dengannya dan mungkin mereka seumuran. Sebenarnya siapa pemuda itu? Rin melihat ke arah pemuda itu dari atas sampai bawah, bajunya sangat formal seperti butler.

"Nah, Rin. Kenalkan, ia adalah Kagami Len. Dia adalah butler yang akan bekerja di sini selama kami pergi." ujar ayah Rin.

"Dia seorang butler? Tidak salah?" tanya Rin sedikit meragukan.

"Mungkin saya masih baru dalam pekerjaan ini. Tapi, saya akan berusaha sebaik mungkin demi Ojou-sama." ujar Len sambil membungkukkan badannya.

"Nah, Rin. Len akan berusaha melayanimu. Baik-baiklah dengannya."

Rin terlihat kurang yakin, apalagi butler yang akan bekerja untuknya terlihat seumuran. Apa ia mampu bekerja? Rin masih sedikit meragukan kemampuan Len sebagai seorang butler. Ia hanya memalingkan wajahnya dari Len dan ayahnya.

"Sudahlah, Rin. Lagipula, kami sebentar lagi akan pergi. Harus ada seseorang yang menjagamu."ujar ibu Rin.

"Memangnya pelayan yang lain tidak bisa?" tanya Rin.

"Setidaknya Len akan menjagamu lebih dari mereka, karena ia tinggal di sini."

"EH?"

Rin terlihat kaget dengan keputusan sepihak kedua orangtuanya. Ia terlihat sedikit kesal, ia hanya bisa melipat tangan di dada saja sambil cemberut. Kedua orangtuanya menghampiri Len yang hanya berdiri saja.

"Nah, Len-kun tolong jaga Rin ya?" ujar ibu Rin.

"Baik..." gumam Len.

"Kami titip dia ya." tambah ayah Rin.

Len hanya mengangguk saja. Kedua orangtua Rin segera menghampiri Rin, mereka berpamitan pada Rin seperti biasa.

"Rin, kami pergi dulu." ujar ibu Rin.

"Iya..." gumam Rin pelan.

"Oh ya, kalau ada apa-apa kau bisa meminta bantuan Len-kun."

"Iya..."

"Baiklah, kami pergi dulu~"

Akhirnya kedua orangtua Rin pergi dari mansion ini untuk bekerja seperti biasa. Rin hanya menghela nafas saja, ia yakin orangtuanya akan pulang dalam waktu yang lama. Entah sekitar empat atau lima bulan lagi, atau mungkin hampir satu tahun.

Rin melirik ke arah Len yang masih berdiri. Ia berjalan mendekati Len dan menatapnya dengan tatapan sedikit kurang bersahabat.

"Hei, tolong buatkan aku camilan ya? Kutunggu di kamar." ujar Rin dan ia berjalan meninggalkan Len.

"Baiklah..." Len segera berjalan menuju dapur untuk membuat cemilan.

.

.

.

Rin hanya duduk-duduk santai sambil membaca sebuah buku. Ia terlihat serius membaca buku itu, sesekali ia memandang ke arah luar jendela. Angin musim semi menerpa wajahnya, membuatnya merasa sejuk.

"Hmm~ besok sudah masuk sekolah ya?" gumam Rin.

'Tok, tok'

Terdengar pintu kamar Rin diketuk oleh seseorang, Rin tahu siapa yang datang. Ia menyuruh orang itu untuk masuk. Dan orang itu, Len segera masuk ke kamar Rin. Ia membawa beberapa kue kering dan segelas orange juice.

"Silahkan, camilan Anda, Ojou-sama." ujar Len sambil menaruh satu piring kue kering dan gelas orange juice itu.

"Terima kasih." gumam Rin.

"Sama-sama."

Rin melirik ke arah kue-kue dan gelas yang ada, ia memakan kue itu dan meminum orange juice favoritnya. Ia tersenyum setelah memakan kue buatan Len itu.

"Hmm... Kue buatanmu enak ya." ujar Rin.

"Terima kasih, Ojou-sama. Saya berusaha membuat kue seenak mungkin untuk Anda." ujar Len sambil tersenyum.

"Baiklah. Kau boleh pergi."

Len membungkukkan badan sejenak dan berjalan meninggalkan Rin sendiri di kamarnya. Rin masih menikmati kue-kue yang ada. Ia berpikir ternyata pemuda itu bisa membuat kue seenak ini.

"Wah... Hebat juga dia." gumam Rin sambil meminum orange juice miliknya.

.

.

.

Sementara Len, ia berada di ruang depan mansion. Ia ingin membersihkan ruangan yang ada, memang beberapa maid yang ada sudah melakukannya. Tapi Len ingin berguna bagi Rin. Ia mengecek beberapa ruangan yang ada, dan ada satu ruangan yang terlihat berantakan. Ruang perpustakaan milik Rin.

"Kenapa di sini berantakan sekali?" gumam Len.

Ia melihat beberapa buku berserakan di lantai atau hanya asal ditaruh saja. Len segera membereskan tumpukan buku-buku itu. Dari buku pelajaran, novel, komik hingga buku-buku pengetahuan lainnya.

Len berusaha menjalankan pekerjaan barunya sebagai butler. Maklum, ia berasal dari keluarga yang tidak memiliki apa-apa. Ia hanya bisa meneruskan pendidikan sampai sekolah menengah pertama saja.

Dan ketika bertemu dengan kedua orangtua Rin, ia senang bisa bekerja untuk mereka. Pekerjaan Len sebenarnya gampang-gampang susah, yaitu menjaga Rin. Len mengira Rin masih kecil, ternyata seumuran. Seharusnya tidak susah.

'Aku harus berusaha yang terbaik.' batin Len.


Hari sudah menjelang siang, waktunya makan siang. Rin keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ruang makan. Tapi langkahnya terhenti melihat ruang perpustakaan terbuka.

'Lho? Ada orang di dalam?' batin Rin.

Ia melangkahkan kakinya ke ruang perpustakaan dan betapa terkejutnya Rin. Ruang perpustakaannya yang tadi berantakan sekarang terlihat sangat rapi. Buku-buku berada di tempat yang benar, ruangannya juga terlihat bersih.

"Wah..." gumam Rin kagum.

"Ah, Ojou-sama... Anda kemari?" tanya Len.

"Ruangan ini tadinya berantakan, kan?"

"Iya. Saya sudah membereskannya."

"Terima kasih... Bersih sekali."

Len tersenyum saja melihat Rin yang tampaknya kagum dengan hasil pekerjannya itu. Len merasa puas jika melihat Rin senang. Apalagi ruangan ini tampaknya sangat penting bagi Rin.

"Ojou-sama, boleh saya bertanya?" tanya Len.

"Apa?" tanya Rin.

"Ruangan ini pasti penting bagi Anda ya? Hanya saja Anda tidak sempat membereskan buku-buku yang ada."

"Kenapa kamu tahu?"

"Saya melihat beberapa tumpukan buku yang berada di lantai. Buku-buku itu terlihat masih baru. Saya rasa itu buku yang ingin Anda baca, tapi Anda menaruhnya begitu saja di sana."

"Ah iya... Aku malas jika harus menaruhnya di rak buku. Buku-buku yang aku punya sudah terlalu banyak."

"Saya menaruh buku-buku yang ada di bawah di rak paling depan. Anda bisa mengambilnya jika ingin membaca."

"Terima kasih."

"Sama-sama."

Rin bisa melihat bahwa Len adalah pemuda yang rajin. Tampaknya Len berusaha semaksimal mungkin dengan pekerjaannya sebagai butler. Tapi, ini belum cukup. Rin terlihat masih sedikit meragukan Len.

"Aku ke ruang makan dulu." ujar Rin yang berjalan meninggalkan Len.

"Ah, menu makan siang Anda steak daging. Tadi saya melihatnya ketika koki membuatnya." ujar Len sambil menaruh beberapa buku di rak.

"Terima kasih infonya..."

Rin berjalan meninggalkan Len untuk makan siang, sedangkan Len membereskan buku-buku yang ada. Setelah selesai ia menuju dapur melihat sang koki yang sedang membawakan makanannya.

"Biar saya saja yang bawa." ujar Len.

"Terima kasih." ujar sang koki.

Len segera membawa makan siang Rin ke ruang makan. Ia melihat Rin sedang menunggu sambil meminum air putih. Rin sedikit terkejut saat melihat yang datang adalah Len.

"Lho? Kok kamu ada di sini?" tanya Rin.

"Saya membantu untuk membawakannya." jawab Len.

"Aha~ Tidak perlu repot, tapi terima kasih."

Len segera menaruh makan siang Rin di meja makan. Rin segera memakan makanan yang ada. Len berjalan perlahan untuk meninggalkan Rin sendiri di meja makan. Rin hanya melirik ke arah kepergian Len.

'Mungkin ia ingin beres-beres. Rajin sekali.' batin Rin.

.

.

.

Setelah selesai makan, Rin segera membawa piring bekas makannya menuju ruang cuci perlatan makan. Ia melihat sosok Len berada di sana sedang mencuci piring. Rin sedikit terkejut melihatnya.

"Lho? Kamu di sini?" tanya Rin.

"Iya. Saya ingin meneruskan pekerjaan teman-teman yang lain." jawab Len.

"Ah, iya juga ya. Kalau sudah siang, mereka pasti pulang."

"Lalu Anda yang mencuci piring?"

"Iya."

"Biarkan saya saja."

"Baiklah..."

Rin menaruh piring kotornya dan melirik ke arah Len. Ia hanya tersenyum saja. Entah kenapa Rin merasa Len bekerja keras satu hari ini. Memang ini hari pertamanya dan Rin akui kalau Len itu tipe yang rajin.

"Hei, maaf kalau aku sempat meragukanmu." ujar Rin tiba-tiba.

"Tidak apa, Ojou-sama. Wajar saja, karena ini pekerjaan pertama saya." ujar Len sambil membasuh tangannya dengan air dan membersihkannya dengan sapu tangan.

"Oh ya, besok aku mengajak temanku kemari. Tolong kau siapkan sesuatu untuk besok."

"Baiklah."


Hari ini adalah hari Senin, hari pertama masuk sekolah di semester baru. Rin sudah memakai seragam sekolahnya dengan rapi, yaitu blazer bewarna coklat dengan rok yang senada. Rin segera mengambil tas sekolahnya dan berangkat menuju sekolahnya.

"Hati-hati, Ojou-sama." ujar Len.

"Iya..." gumam Rin sambil berjalan dari rumahnya menuju sekolah. Ia lebih suka pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, selain bisa menikmati pemandangan bisa juga bertemu dengan teman-teman.

"Pagi Rin-chan..." sapa seorang gadis berambut hijau pendek.

"Ah, Gumi-chan. Pagi..." ujar Rin.

Gadis bernama Gumi itu hanya tersenyum saja. Ia seorang gadis yang ceria, Rin senang berteman dengannya. Gumi tidak peduli apakah Rin anak orang kaya atau apa pun, tapi Gumi senang berteman dengannya.

"Gumi-chan, nanti kamu mau ke rumahku?" tanya Rin.

"Boleh? Baiklah..." ujar Gumi senang.

Mereka berdua bersama-sama menuju kelas mereka. Mereka juga teman yang duduknya bersebelahan. Mereka berdua termasuk gadis yang akrab dengan teman-teman yang lain. Tidak lama bel masuk sudah berbunyi, semua murid sudah memulai pelajaran saat guru memasuki kelas

.

.

.

Akhirnya waktu pulang sekolah tiba, Rin segera mengajak Gumi menuju rumahnya. Begitu mereka berdua sampai di rumah, pintu depan terbuka dan Len sudah menyambut kedatangan mereka berdua.

"Selamat datang, Ojou-sama." ujar Len.

"Iya." gumam Rin.

"Wah... Butler-mu keren lho, Rin-chan..." gumam Gumi.

"Sudahlah, kita masuk." ujar Rin sedikit malas.

"Iya." ujar Gumi.

"Ojou-sama, saya sudah menyiapkan strawberry cake dan teh manis." ujar Len.

"Terima kasih." gumam Rin.

Rin mengajak Gumi ke kamarnya, Len segera menuju dapur untuk mengambil cemilan yang sudah ia siapkan. Tidak lama Len masuk ke kamar Rin sambil membawa cemilan. Gumi dan Rin yang tadi asyik mengobrol menghentikan sejenak obrolan mereka.

"Wah... Keliatannya enak~" gumam Gumi.

"Silahkan." ujar Len sambil memotong cake itu dan memberikannya kepada Gumi dan Rin.

"Terima kasih." ujar Rin dan Gumi bersamaan.

"Sama-sama. Kalau ada apa-apa, panggil saja saya." ujar Len dan ia berjalan meninggalkan kamar Rin. Kemudian Rin dan Gumi melanjutkan obrolan mereka.

"Rin, aku belum pernah melihat dia. Dia orang baru di sini ya?" tanya Gumi.

"Iya. Dia baru bekerja kemarin." jawab Rin.

"Oh begitu~," Gumi memakan kue yang ada. "Kue-nya enak."

"Hehe... Dia memang ahli membuat makanan manis. Kemarin aku diberi kue yang enak." ujar Rin sambil tersenyum.

"Wah, kapan-kapan aku ingin mencicipi kue yang lain."

"Boleh kok..."

"Hehe..."

Mereka berdua hanya tertawa saja dan memakan beberapa cake yang tersedia. Mereka hanya tersenyum saja, sudah beberapa lama mereka tidak bertemu dan ini hari mereka menghabiskan waktu bersama.

Tampaknya waktu sudah menunjukkan pukul enam sore, hampirnya waktu makan malam. Gumi yang tadi asyik mengobrol langsung mengambil tas-nya dan berjalan meninggalkan Rin di kamarnya.

"Aku pulang dulu, ya?" pamit Gumi.

"Tidak mau makan malam di sini?" tanya Rin.

"Tidak, terima kasih. Mamaku sudah menyiapkannya."

Rin hanya tersenyum tipis saja. Ia sedikit iri melihat Gumi yang keluarganya lengkap dan selalu terlihat akrab. Tidak seperti dirinya, kedua orangtuanya selalu sibuk kerja dan tidak ada waktu untuknya.

"Aku antar sampai depan ya." ujar Rin.

"Baiklah..." gumam Gumi.

Rin mengantar Gumi sampai ke pintu depan, di sana Len yang tadi sedang mengelap beberapa vas bunga langsung melirik ke arah mereka berdua.

"Sudah mau pulang?" tanya Len.

"Iya." jawab Gumi.

Len segera membuka pintu depan untuk Gumi. Gumi tersenyum saja ke arah Len. Ia melirik ke arah Rin dan tersenyum.

"Terima kasih untuk hari ini, Rin." ujar Gumi.

"Sama-sama." ujar Rin.

"Ah, butler-mu hebat lho... Jangan disia-siakan. Hehe..." Akhirnya Gumi berjalan meninggalkan mansion Rin. Len menutup pintu dan melihat ke arah Rin.

"Ojou-sama?" panggil Len.

"Gumi-chan benar, kau butler yang hebat." gumam Rin.

"Terima kasih."

Tiba-tiba wajah Rin berubah sedikit sedih, menyadari perubahan wajah Rin itu Len sedikit heran. Ia mendekat ke arah Rin dan memperhatikan wajah Rin baik-baik. Ditatap lama-lama seperti itu membuat wajah Rin sedikit memerah.

"Kenapa lihat-lihat?" tanya Rin malu.

"Ano... Kenapa Ojou-sama terlihat sedih?" tanya Len.

"Aku iri dengan Gumi-chan..."

"Kenapa?"

"Orangtuanya selalu ada di rumah. Beda denganku."

Len berusaha tersenyum untuk menenangkan Rin. Bagaimana pun juga Rin sedikit rindu dengan orangtuanya. Ia tidak suka jika terus menerus ditinggal sendiri seperti itu.

"Tenang, Ojou-sama. Mungkin kedua orangtua Anda sangat sibuk. Tapi itu semua demi Anda." ujar Len.

"Iya deh..." gumam Rin sambil melangkahkan kakinya sedikit menjauh dari Len. "Ayo kita masuk, waktunya makan."

"Iya..."

Rin segera berjalan menuju ruang makan diikuti oleh Len. Len merasa bahwa Rin, gadis yang akan ia jaga sampai orangtuanya kembali dari luar negri ini adalah gadis yang menarik. Ia berusaha terlihat tegar meski sedikit sedih.

'Aku akan berada di sampingnya.' batin Len sambil tersenyum.

Ia yakin, ia bisa membuat Rin menjadi lebih bahagia lagi dan akan menjaganya hingga orangtuanya kembali. Hingga saat itu tiba, ia harus selalu berada di samping Rin.

TBC

A/N: My first LenRin fic in this account. Aku ingin membuat cerita tentang mereka. Mungkin belum keliatan Romance-nya, tapi di chap depan bakal ada. Semoga ada yang mau baca dan review. Ditunggu reviewnya agar bisa update...^^