Harry Potter's Journey in Japan
Pagi ini adalah pagi yang sangat mengejutkan di The Burrow. Keterkejutan Harry yang disebabkan oleh Hermione yang berteriak-teriak dan disambut oleh sorakan bahagia dari Ron. Entah apa itu, tapi tampaknya sangat membahagiakan.
"Harry! Harry!" teriak Hermione dari luar kamar. Dilihatnya disebelah, kasur yang ditempati Ron sudah kosong.
"Harry! Harry!" seru Ron yang tampaknya disebelah Hermione.
Harry bangkit dari tempat tidurnya. Melipat selimut dan merapikan bantalnya yang sudah kusam. Dia berjalan keluar dari kamar itu. Melihat Hermione dan Ron yang melompat-lompat senang.
"Kalian ini, berisik sekali" gerutu Harry.
"Harry, ada berita yang sangat bagus!" jerit Hermione.
"Iya. Kemarin, aku dan Hermione mengikuti undian di SDI Sabilina (ngaur abizz!). Dan kita dapat kesempatan untuk pergi ke—," ujar Ron.
"KE JEPANG!" sorak Hermione dan Ron bersamaan.
"Eh, Jepang?" ulang Harry.
"Iya, Harry! Kita dapat tiket ke Jepang! Waktu kami ditempat undian, orang yang memberi tiket bilang, tiketnya ada tiga! Untuk kita bertiga!" seru Ron.
"Kami sudah izin ke seluruh anggota Keluarga Weasley di The Burrow dan semuanya mempersilakan. Dan tentunya, Ginny yang sedang sekolah Muggle di Jepang bahagia sekali!" ujar Hermione.
"Tapi, aku tidak bisa bahasa Jepang!" kata Harry yang wajahnya tampak tidak senang.
"Tenang, Harry. Kita akan menghubungi Ginny. Dia akan memberi kita alamat Guru Bahasa Jepang dari England di Jepang. Ginny sendiri bilang, dulu dia belajar kepada Guru itu," tutur Hermione.
"Eh, aku tidak yakin disana nyaman," gumam Harry.
"Tenang, Harry. Ada aku dan Hermione bersamamu," kata Ron sambil menepuk pundak Harry.
"Itulah masalahnya. Kalian pasti cuek!" kata Harry yang mulai kesal.
"Kenapa kita cuek?" tanya Hermione dan Ron bersamaan.
"Kalian tahu sendiri, lah. Kalian sedang dalam masa—yah—begitulah," ucap Harry. "Asalkan kita bertemu Ginny, aku mungkin akan lebih menikmati liburan ke Jepang ini. Ya sudahlah, Konnichiwa" kata Harry yang disambut kebingngan Ron dan Hermione. Bukannya Harry tidak bisa bahasa Jepang?
"Kalau begitu, lusa kita berangkat!" seru Hermione yang diikuti teriakan bahagia Ron.
…..
Dua hari berlalu. Mereka membereskan barang-barang yang akan dibawa ke Jepang. Wajah Harry masih tampak kesal dan tak berdaya. Sedangkan Hermione dan Ron, sangat berseri-seri. Harry tampak selalu melempar pandangan sebal pada Ron dan Hermione.
"Ayo kita berangkat!" seru Hermione dan Ron. Harry hanya mengikuti kedua sahabatnya saja.
Mereka melakukan Dissaparate ke bandara. Dan mereka muncul di sebelah sebuah bak sampah besar yang sangat bau di bandara itu, membuat mereka menjadi sedikit bau.
Hermione menuju loket untuk memberikan kupon tiket pesawat.
"Kami dapat dari undian di SDI Sabilina (undian khusus orang Inggris, jangan lupa, ya. Itu undian palsu buatan penulis). Ini sudah diberi persetujuan," ujar Hermione.
"Baiklah. Silakan masuk pesawat sebelum melayang," kata orang di loket itu.
"Melayang?" pikir Hermione yang setelah itu menghampiri kedua sahabatnya.
"Bagaimana, kita naik ke pesawatnya sekarang?" tanya Ron yang tampak sudah tidak sabar.
"Tentu saja. Ayo kita ke sana!" seru Hermione. Dia menarik tangan Ron yang menyeret Harry yang wajahnya tampak meminta belas kasihan kepada orang disekitarnya kecuali Ron dan Hermione.
Mereka mulai memanjat tangga yang membawa mereka kedalam pesawat yang rutenya ke Jepang. Menduduki tempat duduk yang sudah ditentukan. Harry duduk di sebelah seorang laki-laki tua berjenggot coklat panjang dan berkuku sangat pendek. Sedangkan kedua sahabatnya duduk bersebelahan dibelakangnya. Harry merasa sangat kesepian. Kedua sahabatnya memang mulai mencuekinya. Laki-laki tua disebelahnya sedang tertidur sangat pulas. Sungguh sunyi kehidupannya.
Pramugari di depan sudah menjelaskan bahwa orang-orang didalam pesawat tidak boleh berisik. Tapi nyatanya, isi pesawat ini penuh dengan obrolan. Harry memilih untuk tidur saja.
"Permisi. Kami menyediakan beberapa cemilan sebelum kita mendarat. Mau sushi, okonomiyaki?" tanya sang Pramugari.
"Coklat kodok, ada?" tanya Ron.
"RON!" bentak Hermione. "Itu pastinya tidak ada disini. Maaf, teman saya yang satu ini memang rada-rada aneh," ujar Hermione.
"Oh, tidak apa-apa. Kalau begitu, saya permisi dulu," ujar Pramugari itu dengan amat lembutnya.
"Hermione, kau—," kata Ron.
"Tenang! Aku membawa coklat kodok untukmu" bisik Hermione. "Memangnya kau mau apa dengan coklat ini?".
"Menjahili Harry," bisik Ron. "Kau lihat. Dia tertidur dengan mulut terbuka!".
"Oh iya, ya. Masukan kodoknya!" ucap Hermione dengan sangat pelan.
Ron perlahan memasukan coklat kodok itu ke mulut Harry. Selama beberapa saat sampai kodok itu melompat-lompat di mulut Harry, Ron dan Hermione menatap kartu dari coklat kodok yang berfoto Harry!
Dan… kodok itu melompat-lompat!
"AAAAAA! Apa ini! AAAAAAAAAAA!" teriak Harry yang diikuti tawa keras Ron dan Hermione. Tidak biasanya Hermione senang menertawakan orang yang dijahili.
"KALIAN INI! MENYEBALKAN SEKALI! APA YANG KALIAN LAKUKAN ITU SANGAT MENGGANGGUKU! Kalian ini, memang Pasangan!" teriak Harry.
Tidak seperti biasanya, hal itu tidak membuat wajah Hermione maupun Ron bersemu merah. Mereka malah terus tertawa dan semaki keras setelah kodok itu masuk kebalik jaket biru Harry. Jelas saja, kedua sahabat Harry itu mulai tidak setia kawan secara bercanda.
"Kalian itu sahabatku atau bukan, sih?" bentak Harry.
"Tentu saja Sahabat, sobat. Aku tidak akan membuatmu terlalu kecewa," ujar Ron yang menepuk-nepuk punggung Hermione. Hermione tampak terbatuk-batuk.
"Iya, uhuk! Kami tidak akan memutuskan persahabatan kami denganmu, Harry. Ayolah, kau sejak lusa sangat berwajah buruk! Kau tampak terlalu kesal denganku dan Ron. Apakah kalau kami bercanda itu dilarang?" ujar Hermione.
"Kalian bercanda terlalu berlebihan! Aku tidak sudi punya sahabat seperti kalian!" bentak Harry sampai membuat orang lain menengok kearahnya.
"Baiklah. Kami minta maaf, Harry," kata Hermione.
"Iya. Kami tidak akan mengulangnya lagi. Tapi kami masih boleh bercanda, kan?" tanya Ron.
"Tentu saja boleh. Tapi aku mohon jangan sampai menyiksaku!" kata Harry yang emosinya mulai pulih kembali. Dan meletakan kedua tangannya dipundak masing-masing sahabatnya yang saling rangkul.
Di tokyo…
Mereka menuju sebuah Hotel bernama Kaiteki-sa Hotel setelah mendarat di bandara lagi. Mereka hanya sewa satu kamar, dengan tiga kasur didalamnya.
"Kami pesan yang satu kamar isinya tiga bed," ujar Hermione kepada si petugas Hotel.
"Baiklah, ini kuncinya, Konbanwa," ujar orang itu.
"Eh, Konbanwa," balas Hermione dengan ragu-ragu.
"Ayo cepat ke kamar! Sebelum ada banyak orang Jepang disini yang berkomunikasi secara tiba-tiba!" seru Hermione kepada kedua sahabatnya. Mereka pun pergi ke Kamar mereka yang berada di lantai empat dan bernomor 49.
"Ini, dia. Kamar nomor 49," kata Hermione dan dia menempelkan kartu yang menjadi kunci kamar di kotak kecil di dekat gagang pintu masuk.
"Ayo ma—," ucap Ron yang langsung dikagetkan dengan seorang anak perempuan datang pada mereka.
"Watashi o tasukete! Watashi o tasukete! Watashi wa haha no heya bangō o wasurete shimatta!" seru anak itu yang tampaknya tidak bisa Bahasa Inggris.
"Apa yang dia katakan?" bisik Harry pada Ron.
"Aku tidak tahu," balas Ron.
Anak perempuan itu mulai menangis. Hermione memilih membawa anak itu ke meja informasi, dan bereslah sudah. Ron dan Harry masuk kedalam kamar. Mereka langsung menaruh koper mereka disamping tempat-tempat tidur yang paling pojok. Mereka menempatkan Hermione di kasur tengah yang berwarna ungu.
Beberapa saat kemudia, Hermione datang.
"Bagaimana?" tanya Ron yang langsung menhampiri Hermione.
"Kata Petugas Hotel anak itu berkata, "tolong aku! Tolong aku! Aku lupa nomor kamar Ibuku!" .dan akhirnya anak itu menuju kamarnya. Coba tebak nomor berapa kamarnya!" ujar Hermione.
"Berapa?" tanya Harry dan Ron bersamaan.
"Empat puluh delapan! Tepat disebelah kita! Dan akhirnya, aku yang mengantarkan anak itu kekamarnya. Ibunya berterimakasih dalam Bahasa kita," seru Hermione.
"Ya, ampun. Tampaknya Trip ke Jepang memang menyebalkan!" teriak Harry didalam kamar.
"Sssst! Harry, nanti orang disebelah bisa dengar!" kata Ron.
"Aku tidak peduli! Aku mau tidur saja," ujar Harry yang kekesalannya akan Jepang muncul lagi.
"Hermione, aku pikir, kita harus cari Guru Bahasa Jepang yang diajukan Ginny kepada kita. Kalau kita tidak belajar, kita akan terus seperti tadi," ujar Ron.
"Ya. Betul. Oh, iya. Ini brosur dari Ginny. Ayo kita baca!" kata Hermione perlahan agar Harry tidak terbangun dengan amarah membara.
Together With Nippon Learning Center. Coba gratis dari tanggal 1-19 Februari. Pendaftaran gratis, dilakukan di lokasi cabang manapun atau secara Online (website tertera di bagian paling bawah brosur).
Guru Senior: Sara Kururugi (サラ クルルギ)
.com
"Toroku shite Kudasai!" baca Ron dan Hermione bersamaan.
"Sara Kururugi. Itu namanya," kata Ron.
"Bagaimana dengan Tour Guide? Kita belum punya Tour Guide," kata Hermione.
"Apa itu Tour Guide? Tanya Ron.
"Pemandu wisata kita. Kita kan belum tahu menahu tempat-tempat di Jepang. Sekarang kita di Tokyo. Aku baru mempelajari sebagian dari kota Tokyo!" ujar Hermione.
"Kalau begitu, besok kita hubungi Ginny. Siapa tahu, dia kenal beberapa Tour Guide di Jepang," kata Ron. Tiba-tiba seekor burung hantu melayang kearah jendela kamar mereka yang sangat dekat dengan kasur Ron.
"Itu mungkin surat dari Ginny!" kata Ron yang membuka jendela dan mengambil surat dari paruh si burung hantu.
Untuk Kakakku, Ronald Weasley
Di Kaiteki-sa Hotel dengan kedua sahabatmu.
Aku tahu Hermione pasti tahu tentang Tour Guide. Dan salah satu sahabatku adalah seorang Tour Guide. Dia lebih tua satu tahun dariku. Dia besok akan datang ke Hotel yang kalian tempati. Untuk namanya, silahkan besok temui dia saja. Dia akan mencari kalian.
Salam hangat
Ginny Weasley
"Ginny mengirimkan Tour Guide!" sorak Hermione dengan sangat pelan.
"Itu bagus. Sekarang, kita sebaiknya membalas surat ini dengan coklat kodok dan sebuah surat balasan," kata Ron dan dia mengambil selembar perkamen dan ditulisinya dengan pena bulu dan tinta.
"Apa menurutmu, kau Kakak yang baik?" tanya Hermione.
"Memang aku pernah menyakiti Ginny?" tanya balik Ron.
"Hmmm, pernah! Kau mendobrak pintu kamar Ginny keras-keras di hari ulang tahun Harry!" kata Hermione.
"Oh, itu. Kau masih mengingatnya saja. Hal itu membuat Ginny marah seharian denganku," ujar Ron.
"Hahaha! Kasihan, hahaahaha!".
"Sssst! Nanti Harry terbangun!".
"Oh, maaf. Aku, eh, boleh aku baca-baca buku?" tanya Hermione.
"Boleh. Silahkan saja," Ron memasukan perkamen dan coklat kodok ke dalam amplop. "Wingardium Leviosa!". Surat itu melayang kearah si burung hantu yang bertengger di jendela. Dan burung itu terbang pergi ke angkasa.
Hermione bersender ke bantalnya dan mulai membaca bukunya. Ron menutup jendela dan langsung membanting dirinya keatas kasur dan tertidur. Hermione masih terus membaca sampai pukul 11 malam waktu Tokyo.
Paginya…
"Selamat pagi!" seru Ron kepada Harry yang masih tertidur. Untungnya tidak membuka mulut lebar-lebar.
"Oh, ya. Pagi, Ron. Eh, apa yang akan kita lakukan hari ini?" tanya Harry.
"Menemui Tour Guide yang diajukan Ginny. Hei, sebaiknya kau mandi sekarang. Kita akan sarapan di bawah," kata Ron yang sedang membersihkan bekas tintanya tadi malam.
Harry bangkit dari tempat tidurnya dan masuk ke dalam kamar mandi yang tepat berada beberapa senti disebelah kasurnya. Mengambil handuk, dan membuat bunyi air bercucuran dari shower.
"Ayo! Kita sarapan!" seru Hermione yang tampak kelaparan. Dia tidak mau sarapan dengan coklat kodok ataupun snack lainnya yang ia bawa.
Harry sudah keluar dari kamar mandi dan mereka menuju ke lantai paling bawah, dibagian Restaurant. Tempat yang isinya orang-orang yang sedang makan dan mereka tampak sangat menikmati makanannya.
"Silahkan menikmati sarapan kalian. Jika ada yang diperlukan, panggil saya, nama saya Rizuka Maemi." Ujar si pelayan.
Hermione dan Harry makan makanan itu dengan normal, biasa saja. Dengan okonomiyaki yang masih hangat. Sedangkan Ron, tampak seperti sedang makan telur dadar yang ada saus asamnya.
"Rasanya sebenarnya mungkin enak, tapi ada sesuatu yang ganjil," ujar Ron sambil kembali memakan okonomiyaki-nya.
"Okonomiyaki itu enak! Kau saja yang tidak biasa dengan makanan Muggle, Ron!" kata Hermione sinis.
"Ya sudahlah, sebaiknya kita makan seadanya. Jujur, aku lebih suka makanan Muggle di Inggris daripada yang di Jepang," kata Ron sambil memotong-motong okonomiyaki-nya.
Harry hanya terdiam sambil memakan sarapannya itu. Dia makan, minum susu, dan selesai. Makan dengan biasanya saja.
Beberapa langkah menghampiri mereka. sepertinya ada seseorang yang berjalan kearah Harry, Ron dan Hermione. Dia membawa tas selempang berukuran sedang dan mulai menyapa mereka. "Selamat pagi,".
"Selamat pagi. Apakah kau—," gumam Hermione.
"Tour Guide kalian? Ya. Perkenalkan, namaku Najira Enoki. Aku dijadikan Tour Guide kalian oleh—."
"Ginevra Molly Weasley," sambung Ron.
"Ya. Kau pasti Kakaknya dan kau gadis berambut coklat dan kau yang memakai kacamata, kalian pasti sahabatnya, bukankah begitu?" tanya Najira.
"Iya. Begitulah," jawab Harry.
"Baguslah. Sebenarnya aku lebih sering dijadikan teman baru daripada Tour Guide. Ginny juga menyuruhku begitu. Jadi, aku terserahkan kepada kalian mau berpergian kapan saja," ujar Najira. "Kalian akan mulai berkeliling sekitar kota ini besok".
"Baguslah kalau begitu. Sekarang, apakah kau tahu Jalan Kichi nomor 1?" tanya Hermione.
"Tentu saja. Tempat itu tidak jauh dari rumahku. Aku tinggal di nomor 6. Kalian nanti tinggal naik bus umum dan turun di Halte dekat Tsubaki Mall. Didekatnya, Jalan Kichi berada. Kalian mau belajar Bahasa Jepang, ya?" tanya Najira.
"Iya. Kami mau belajar dengan Guru professional disana," kata Ron.
"Guru disana memang professional. Padahal, aslinya dia berasal dari England. Sara-sensei," ujar si Tour Guide.
"Ya! Namanya Sara Kururugi. Itu kata brosurnya," tutur Hermione.
"Sebenarnya, namanya Sarah Phantomhive, itu namanya di England. Tapi, dia masuk keluarga Kururugi di Jepang," ujar Najira. "Sudah dulu, ya. Aku masih ada pekerjaan lain, sampai jumpa!".
Dia pergi meniggalkan mereka bertiga kembali. Harry, Ron dan Hermione meningglkan Restaurant itu. Mereka memilih untuk pergi ke Jalan Kichi nomor 1.
Mereka mengikuti rute-rute yang diberitahu Tour Guide baru mereka. Menaiki bus, dan turun di Halte yang bernama Tsubaki Teishi. Dilanjutkan dengan berjalan ke Jalan Kichi yang tepat berada didekat Tsubaki Mall. Hermione menjerit saat pertama kali masuk Jalan itu.
"Kenapa—," kata Hermione.
"Kenapa apanya?" tanya Ron penasaran.
"Deretan rumahnya, dari depan Jalan, dimulai dari nomor—," kata Hermione lagi.
Sejenak, mereka bertiga mengamati nomor-nomor rumah disekitar mereka.
"MULAI DARI RUMAH NOMOR 100!" seru mereka bertiga. Itu berarti, mereka harus berjalan sampai bertemu rumah besar nomor 1! Begitu stress Hermione. Ron menganga lebar. Harry pura-pura pingsan.
"Kita tetap harus menemukan rumah itu!" ujar Hermione yang stress-nya mereda. "Kita harus cari sesuatu yang bisa mengantarkan kita ke sana".
"Tapi disini sepi, Hermione. Kita sebaiknya berjalan saja—," kata Ron.
"TIDAK!" seru Harry. "Aku tidak mau!".
"Ya sudahlah. Kalau begitu, aku dan Ron berjalan kaki," bentak Hermione yang langsung menarik tangan Ron. Mereka pergi meningglakan Harry yang malah balik ke Hotel.
"Harry! Kau mau semakin tersesat disini!" seru Ron.
"Tidak. Maka dari itu, sebaiknya aku kembali ke Hotel!" balas Harry, dia membuang muka dari hadapan kedua Sahabatnya.
"Dia memang keras kepala setelah kita berada disini," bisik Hermione.
"Iya. Ya sudahlah, kita pergi saja. Dia yang akan lebih tersesat karena tidak belajar Bahasa Jepang!" ujar Ron. Dia dan Hermione terus berjalan. Jaraknya dari tempat meraka berpijak tadi 10 km.
Hermione menekan bel yang digantung dipagar. Dipagar itu tergantung sebuah papan yang bertuliskan, "Selamat datang di rumah Keluarga Kururugi". Pagar itu membuka sendiri, seperti menggunakan sihir. Dari luar, bangunan ini tampak sangat tua. Temboknya dipenuhi tetumbuhan yang menjalar, atapnya dilapisi jerami walaupun sudah pakai genteng keramik, dan Satpamnya, kerjanya hanya meminum Ocha atau air hangat biasa.
Ron dan Hermione masuk dan mereka melihat isi rumah itu. Ruang utamanya dipenuhi sofa-sofa dan sebuah meja bundar ditengahnya. Maid yang berkerja disana mempersilahkan Ron dan Hermione memasuki kamar Sara Kururugi, yaitu tempat belajar Bahasa Jepang. Mereka berdua mulai memasukinya.
"Permisi, apakah ini ruangan Sara Kururugi?" tanya Hermione.
"Ya, ini ruanganku. Silahkan masuk," jawab seorang gadis dengan kimono yang dipakainya. Dia menatap tajam Ron dan Hermione sebelum menyanyai mereka lebih lanjut.
"Apakah kau mengajar Bahasa Jepang?" tanya Ron.
"Tentu saja. Kalian murid-murid pertamaku! Akan kuberikan kalian pin ini." ujar Sara sambil menyodorkan dua buah pin berwarna ungu dan hijau kepada Ron dan Hermione. Pada pin itu tertulis, "Pelajar Bahasa Jepang Sejati".
"Terimakasih. Jadi, kita mulai belajar dari mana?" tanya Hermione.
"Dari kata-kata dasar tentunya. Seperti, 'aku'. Bahasa Jepangnya, Watashi, itu secara keseluruhan…," ujar Sara panjang lebar.
"Oh, kalau laki-laki lebih umumnya boku wa…," ujar Ron.
"Ya. Karena ini pelajaran pertma kalian, saya harap, kalian mempelajari buku ini," kata Sara sambil menyodorkan dua buah buku berukuran sedang. "Kalian belajar kata-kata dasar dari sini dulu."
"Hmm, Sara-sensei, apa kami boleh minta bukunya satu lagi?" tanya Hermione.
"Hermione! Sekali Harry tidak berkenan belajar Bahsa Jepang, dia tidak akan mau la—," bisik Ron.
"Ron! Dia mungkin berubah pikiran!" bisik Hermione.
"Untuk siapa?" tanya Sara. "Bukankah, kalian cuma berdua?".
"Kami punya satu Sahabat lagi. Eh— tadi dia sakit perut, makanya tidak ikut kesini," bohong Hermione.
"Boleh. Tapi, pada pelajaran selanjutnya, dia harus ikut!" balas Sara sambil memberikan sebuah buku lagi pada mereka.
"Terimakasih, Sensei. Kami pergi. Sayonara!" kata Hermione yang langsung menarik tangan Ron.
Mereka berdua sebenarnya ingin langsung pulang, tetapi, mereka ingin menengok sedikit ke rumah Tour Guide Najira. Rumah nomor 6.
Didepan rumah itu tertulis, "Enoki Najira, Dokter Hewan Praktek". Terlihat disekitar rumah itu, beberapa mobil parkir. Tampaknya, ada banyak hewan yang sakit.
To be continued…
