Magic crystal for life
Author : Utsuksuhi Hana-chan
Raten : T
Genre : adventure, Romance
Warning : Au, Ooc, Typo, alur kecepetan mungkin dan sebagainya.
.
.
.
Koper orange
.
.
.
Tap tap tap tap
Gadis dengan rambut indigo panjang tersebut berlari kecil, rintik-rintik hujan sudah mulai membasahi bumi sedangkan dirinya belum sampai di rumah.
Butuh keberuntungan untuk meminta hujan tak akan lebat dan gadis itu mendapatkannya. Akhirnya gerbang rumahnya yang besar namun terkesan tradisional terlihat. Sebuah koper orange terlihat di depan gerbang itu, gadis tersebut semakin mempercepat larinya hingga ia sampai di depan gerbang rumahnya.
"Koper apa ini." Gadis tersebut mengambilnya dan membawa ke dekapannya dan membuka gerbang rumahnya. Rumahnya masih berkonsep tradisional, keluarganya adalah keluarga yang terkenal di kota ini.
Gadis tersebut akhirnya sampai di kamarnya, kamar yang bernuansa lavender. Gadis tersebut segera duduk di tepi tempat tidurnya dan membuka koper orange tersebut.
Cklek~ krieet~
Akhirnya koper tersebut terbuka dengan sepenuhnya. Di dalam koper yang cukup dalam tersebut terlihat sebuah boneka seukuran bayi yang baru lahir. Terlihat sangat lucu untuk sebuah boneka. Boneka laki-laki dengan rambut pirang dan bola mata sapphire dan jangan lupa tiga garis di masing-masing pipinya.
"Terlihat seperti asli," Gumamnya sambil membelai pelan pipi boneka tersebut, kulit boneka tersebut sangatlah kenyal seprti kulit manusia asli. Gadis tersebut melihat sesuatu di samping boneka tersebut sebuah gelang dengan permata berwarna sapphire terlihat sangat indah dan gelang tersebut dapat membuat bunyi yang cukup nyaring.
"Aku pakai saja."
SRING~
Cahaya putih menyelimuti boneka tersebut, cahayanya tersebut semakin besar semakin besar membuat gadis tersebut ketakutan, matanya terpejam karena ia tak sanggup melihat cahaya silau tersebut dan ia juga takut akan apa yang akan ia dapatkan karena cahaya menyilaukan tersebut.
Tap
Suara kaki yang terdengar baru saja berpijak membuat gadis tersebut membuka pelan kedua matanya. Di depannya sosok laki-laki dengan postur tubuh yang tegap dan tinggi.
"Aku adalah salah satu boneka dari ke-9 dari ke-9 yang di buat oleh Harogomo Ootsutsuki, aku Naruto Uzumaki ekor 9." Gadis itu tak bisa berkata apa-apa, matanya masih saja memandang lelaki di depannya ini. Takut tentu saja hanya orang gila yang tak takut.
"Dan kau adalah rekanku untuk mencari kristal kehidupan dan kau tak bisa menolak itu karena kau telah terikat oleh gelang tersebut." Pria dengan rambut blonde tersebut berjalan menghampiri gadis yang masih terduduk di tempat tidurnya.
Sunggu gadis itu tak menyangka kalau sebuah boneka kecil dengan tubuh seukuran bayi dan kulit semulus bayi berubah menjadi seseorang laki-laki yang terlihat sangat tampan. Rambut pirang pendeknya membuatnya terlihat tegas, kedua bola matanya sapphire terlihat seperti laut. Dan juga jangan lupakan sepasang tiga garis di kedua pipinya.
Manik lavendernya semakin membelak kaget saat melihat sosok tersebut mendekat ke arahnya.
"Ja...jangan mendekat!"
"Kau tak boleh menolak jika kau menolak kau akan mati dengan sia-sia." Bisiknya lembut tepat di telinga gadis tersebut. Deru nafas gadis tersebut semakin memburu ia masih tak menyangka akan hal ini lelaki boneka tersebut berada di dekatnya, sangat dekat.
"Namamu siapa?" Ujar Naruto.
"A...aku Hinata." Naruto tersenyum kecil setelah mendengar nama dari rekannya. Ia tak sabar untuk mendapat buah kehidupan itu rasanya ini akan menjadi perjalanan panjangnya.
"Nama yang bagus, baiklah Hinata sekarang kau harus membuatkanku ramen. Aku lapar." Ucap Naruto.
"A...apa! Menjauh kau!" Teriak Hinata sambil mendorong tubuh Naruto yang masih berada di dekatnya membuat Naruto terjatuh ke belakang.
Brugh
"Iitai~" Ringis Naruto karena jatuh dengan tidak elitnya membentur ubin kayu yang dingin tersebut.
"Apa yang kau lakukan ah!" Naruto menatap geram Hinata.
"K-kau sangat lancang berdekatan denganku, pergi sana aku tak membutuhkanmu," Ucap Hinata, ia menatap Naruto dengan pandangan takut.
"Kau tak bisa mengusirku seenakmu." Ketus Naruto. Naruto duduk bersila sambil memejamkan matanya, ia tak boleh emosi di saat seperti ini. Ia tak boleh membuat Hinata katakutan karenanya.
"Sekali aku bilang pergi ya pergi, aku tak akan menjadi rekanmu." Hinata mencoba melepaskan gelang tersebut dari tangannya namun semakin keras ia mencoba melepaskannya gelang tersebut tak lepas-lepas.
Naruto tersenyum mengejek kemudian berucap, "Kau tak akan bisa melepaskan itu."
Naruto bergumam seperti melapalkan mantra-mantra. Dan seketika tangan kiri Hinata tempat ia menyematkan gelang tersebut panas serasa seperti terbakar.
"Arghh!" Hinata memegangi tangannya. Ia memekik kesakitan, Hinata berguling di tempat tidurnya seperti cacing kepanasan karena panas dari tangannya menjadi keseluruh tubuhnya.
Naruto masih saja melapalkan mantra yang di yakinkan membuat Hinata sampai kesakitan seperti itu.
"Ba...baiklah," Ucap Hinata dengan suah payah. Naruto menyeringai kemudian menghentikan mantra yang ia baca.
"Kau kesakitan eh?" Naruto menghampiri Hinata yang masih terengah-engah di tempat tidur dengan posisinya memunggungi Naruto. Ia terlalu takut untuk melihat ke arah Naruto. Tempat tidurnya tak pernah seberantakan seperti ini, ugh abaikan tentang tempat tidurnya yang jelas keadaan Hinata saat ini tak begitu baik.
"Bodoh tentu saja sa...sakit." Hinata memejamkan matanya, tangan kanannya masih menggengam tangan kirinya yang masih terasa panas. Naruto yang sedikit iba segera menghentak pelan tangan Hinata membuat Hinata terlentang.
Tangan kiri Hinata ia gengam kemudian sesuatu berwarna hijau menyelimuti tangan Naruto. Naruto segera mengobati tangan kiri Hinata yang 'sedikit' memerah karena ulahnya dengan menyelimutinya dengan cahaya bewarna hijau tersebut.
Perlahan tangan Hinata yang merah berubah menjadi putih lagi, baik seperti semula.
"Ke...kenapa kau melakukan ini padaku?" Hinata menatap sendu Naruto.
"Karena kau membangkang padaku." Hinata mengubah posisinya yang awalnya terlentang menjadi duduk.
"Kenapa mesti aku yang kau pilih?" Tanya Hinata. Naruto tertawa kecil.
"Bukan aku yang memilihmu bodoh, takdir yang memilihmu Hinata." Jawab Naruto
"Tunggu aku akan membereskan tempat tidurku baru aku akan membuatkanmu ramen."
"Baiklah aku tunggu."
Setelah Hinata membereskan tempat tidurnya ia segera pergi menuju dapur di rumahnya. Jangan tanyakan kenapa teriakannya tak akan ada yang mendengarnya karena rumahnya memang sangat luas dan pasti triakannya tak kalah dengan suara-suara orang-orang yang berlatih di dojo rumahnya. Dojo khusus keluarga Hyuuga.
Saat ia melewati dojo tersebut perempuan kecil itu terlihat sangat bersemangat sekali untuk mengalahkan lawannya yang lebih besar darinya. Senyum miris ia perlihatkan saat melihat pemandangan itu, ia terlalu iri dengan adiknya yang bernama Hanabi karena ayahnya Hiashi selalu menganggapnya lemah.
Sesampainya di dapur hanya ada beberapa pekerja yang sedang menyiapkan makanan. "Buatkan aku ramen." Printah Hinata.
Salah satu juru masak tersebut mengangguk. Tapi belum selesai Hinata menghembuskan nafas leganya tangan kirinya kembali memanas. Ia tahu pasti ulah Naruto.
"Tu...tunggu biar aku saja yang memasaknya." Ucap Hinata cepat. Juru masak tersebut memandang aneh Hinata dan kemudian mengangguk kecil.
"Anda harus hati-hati Hinata-sama."
"Tenang saja aku biasa memasak."
'Kenapa boneka sialan itu ingin aku yang memasaknya sih.' Gerutu Hinata sambil menaruh menma di atas ramen tersebut. Terlihat sangat lezat dengan toping yang membuat orang akan langsung kenyang jika memakannyan.
Setelah Hinata sampai di kamarnya yang ia dapatkan adalah Naruto yang tengah tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Hinata menaruh nampan yang berisi mangkuk ramen tersebut di atas meja kecil di dalam kamarnya.
"Boneka kuning cepatlah bangun." Hinata menggoyang-goyangkan tubuh Naruto keras. Naruto menggeliat pelan kemudian membuka sedikit manik sapphirenya.
"Apa ramenku sudah jadi." Naruto bangun dari tidurnya sambil mengucek kedua matanya dan langsung tersenyum sumringah melihat ramen yang tersaji di depannya sana.
"Ya, dan kau jangan sekali-kali tidur di tempat tidurku lagi." Perintah Hinata.
"Haha baiklah-baiklah, tapi satu jangan memanggilku boneka kuning lagi aku Naruto. Ingat namaku Naruto, sudahlah itadakimasu." Naruto mulai melahap ramennya dengan lahapnya. Hinata menatap Naruto dengan pandangan yang sulit di artikan apakah ia akan menuruti Naruto dan menjadi rekan satu tim Naruto atau tinggal di rumah yang membuatnya tak nyaman.
"Kenapa kau menatapku, apa kau ingin ramen juga?" Tanya Naruto. Hinata menggeleng cepat ia terkejut mendengar suara Naruto.
"Oh." Tanpa melihat ekspresi Hinata saat itu Naruto kembali melanjutkan makannya. Walaupun ia sedikit kejam dengan Hinata tapi ia masih punya sisi baik ia bukan seperti teman bonekanya yang lainnya yang sifatnya sangat egois dan sombong.
"Hinata."
Hinata menatap Naruto yang masih melahap ramennya, di luar sana seseorang memanggilnya bagaimana ini ia tak ingin ketahuan menyimpan seorang 'lelaki' di kamarnya.
.
.
.
.
.
A/N : fic adventure pertama Kushi. Ini terinspirasi dri anime rozen maide tapi critax gk sama kok cuman sma" tentang boneka(?) :v hoho untuk fic adventure pertama Kushi gimana. Kritik dan sarannya yang minna ^^
Salam Kushi-chan ~nyuuu 3
