Complicated
Malfoy Manor
AU! OOC/ No Magic/ Modern Timeline
Summary : Malfoy Manor, rumah besar milik keluarga bangsawan Malfoy selama ini selalu tampak tenang dan teratur. Apa yang terjadi ketika seorang pelayan baru yang datang disana mampu merubah semuanya. Suasana baru, dan tentunya … perasaan baru. Semuanya menjadi lebih rumit dan kompleks. Dimana sebenanrnya perasaannya berlabuh? Untuk kekasihnya atau…. Pelayan baru itu?
Author note : Cerita ini FULL AU . NO MAGIC. Modern Timeline. Dan hampir semua OOC. Typo(s). DM (22) HP (18). Pairing H/?. etcetera dan etcetera. Read & Review! Xie xie! ^^.
-0-
Malfoy Manor, Wiltshire, Inggris
Seorang pemuda bertubuh kecil berdiri memandang manor mewah yang berdiri menjulang dihadapannya. Manor bernuansa krem keabu-abuan itu menguarkan aura ketenangan dan kehangatan diantara dinginnya suhu ditempat tersebut yang memang lebih tinggi dari sekitarnya.
Disisi kanannya, sebuah koper berukuran sedang bertuliskan inisial H.J.P menunggu untuk dibawa sang pemilik yang masih mematung mengagumi manor besar yang (mungkin) sebentar lagi menjadi rumah keduanya. Setidaknya sampai musim panas baru ia bisa pulang lagi ke rumah pamannya.
'Kau bisa, Harry!' batinnya. Dengan tarikan nafas panjang lalu menghembuskannya, pemuda itu menggotong kopernya dan berjalan menuju gerbang hitam dengan sebuah perisai bermotif rumit seperti sulur tanaman. Benar-benar keluarga bangsawan.
Sesosok pria berbadan kekar menyambutnya –jika menatap tajam padamu bisa dianggap menyambut- dari balik gerbang.
"Sebutkan nama dan keperluanmu!" katanya tegas dan dingin.
"Harry James Potter. Saya mendengar keluarga Malfoy mencari pelayan tambahan. Saya kemari ingin mengajukan lamaran untuk pekerjaan itu," jawab Harry to the point.
Pria itu mengawasi Harry dari atas ke bawah dengan tatapan mengintimidasi yang sayangnya tidak mempan sama sekali padanya. Ia kemari untuk bekerja, bukan untuk djadikan samsak tinju oleh orang yang lebih besar, lagi.
Lama rasanya sebelum pria itu akhirnya mengangguk sekilas dan membuka gerbang tersebut, menyuruh Harry masuk dengan gerakan dagunya. Tanpa disuruh dua kali, Harry menggotong kopernya dan langsung disuruh mengikuti pria tersebut lewat jalur memutar yang langsung menuju ke belakang manor. Meski dari pintu belakang, tetap saja ini kesempatan awal baginya memulai pekerjaan (yang semoga ia dapatkan) untuk menopang kehidupannya. Ia tak mungkin selamanya bergantung pada paman Regi dan istrinya.
'Buat mereka bangga padamu, Harry!'
-0-
"Harry James Potter, 18 tahun. Kau baru lulus sekolah, eh? Bukankah harusnya kau lulus umur 17?" tanya pria berambut hitam panjang yang duduk dikursi kayu berukir dihadapannya. Mata hitamnya menatap tajam pada sosok Harry, membuatnya agak merasa tidak nyaman tapi harus ia tahan.
"Iya Tuan Snape, tiga bulan yang lalu," jawabnya pada Severus Snape, kepala pelayan keluarga Malfoy.
"Kau terlambat masuk sekolah atau bagaimana hingga baru lulus tahun ini?" Snape bertanya lagi, kali ini matanya sibuk membaca daftar riwayat milik Harry.
Harry menghela nafas panjang sebelum menjawab. Sosok Snape yang dingin jauh lebih mengintimidasi dibanding Robert yang berbadan kekar, kepala keamanan Malfoy Manor tadi.
"Saya terlambat masuk satu tahun. Karena berbarengan meninggalnya ayah baptis saya," kata Harry tenang meski sebenarnya ia merasa pahit setiap mengingat hal itu.
"Orangtua kandungmu?"
"Meninggal ketika saya umur 3 tahun,"
Snape menatapnya lagi dengan ekspresi yang tak terbaca. Kasian? Harry tak butuh dikasihani, paman Regi mengajarinya menjadi pribadi yang tangguh tanpa harus bertindak kasar. Dan terutama, jangan tunjukan terlalu banyak emosi, secukupnya saja. Dengan berlaku introvert orang cepat bosan denganmu, jadi kau juga terhindar dari masalah, kata pamannya suatu ketika. Kecuali kau merasa orang itu layak di percaya, tambahnya.
Kepala pelayan tersebut masih menatapnya sebelum menutup berkas milik Harry. "Kau ku beri waktu percobaan selama satu bulan. Jika keluarga ini mengeluhkan kerjamu, kau keluar. Mengerti?"
Harry mengangguk tegas, tak sedikit pun memutus kontak mata pada Snape. Biarpun masih percobaan, setidaknya masih dapat kesempatan.
"Aubrey. Beri pengarahan singkat tentang tugasnya dan tunjukan kamarnya. Jangan memanjakannya meski ia masih masa percobaan. Tuan Lucius tak perduli dia anak baru atau bukan. Kau, ikuti dia," perintah Snape menunjuk pada sesosok perempuan muda berpakaian ala maid –meski rok hitam khasnya diganti celana kain berbalut apron pendek- yang berdiri di dekat pintu.
-0-
"Marlene Aubrey, pelayan pribadi Nyonya Cissa." Kata Marlene sambil menjulurkan tangannya.
"Harry Potter, pegawai baru. Masa percobaan, mohon bantuannya" jawab Harry sambil menyambut uluran tangannya.
"Kau terlalu formal, Potter. Panggil aku Marlene, tidak ada formalitas antar sesama pelayan. Ok,"
"Baiklah Au- Marlene. Kalau begitu panggil aku Harry biar adil. Bagaimana?"
Marlene hanya mengangguk mengiyakan dengan senyum kecil tersungging dibibirnya. Kalau bakat observasi Harry benar, karena biasanya ia tidak salah, wanita disampingnya berusia sekitar 25 tahun berkulit kuning langsat –agak langka untuk ukuran Eropa- mata biru gelap dan rambut pirang gelap dan memiliki pribadi yang easy going terhadap sesama. Terbukti dia tak berusaha menonjolkan sikap senioritasnya pada Harry yang notabenenya anak baru.
"Ini kamarmu, kalau kau sudah merapikan bawaanmu aku tunggu di teras belakang. Biar ku kenalkan dengan yang lainnya. Masih ada sekitar sepuluh orang lagi yang harus kau temui. Jadi, cepatlah. Eh, kurasa yang lain masih sibuk dengan tugasnya. Lima belas menit lagi kurasa mereka sudah selesai, jadi datanglah. Ok?" tanya Marlene dalam satu tarikan nafas.
Harry tersenyum melihat Marlene yang ternyata cerewet jika dia mau, tapi tak bermaksud menyinggung ia hanya mengangguk sambil menerima kunci yang diberikan Marlene dan masuk ke kamarnya.
Ruangan berukuran 6x8 m tersebut termasuk luas untuk ukuran kamar pelayan. Kamar bernuansa hijau lembut dengan sebuah ranjang tunggal, lemari pakaian berukuran sedang dan sebuah meja belajar yang lebih dari cukup untuk tempat tinggal sementaranya.
Dengan segera ia merapikan pakaian yang ia bawa ke lemari yang ternyata sudah terisi tiga pasang seragam buttler resmi –celana kain hitam dan kemeja putih- dan dua pasang pakaian yang layaknya digunakan pekerja peternakan. Well, pekerjaanku memang lebih banyak di "alam", kan?, pikirnya. Tambahan beberapa buku untuk hiburannya di meja belajar, figura foto dan terakhir meletakan koper kosongnya di sudut ruangan. Ia melirik arloji ditangannya, tak terasa sepuluh menit berlalu ketika ia merapikan bawaanya.
Knock! Knock!
"Iya, sebentar." Harry bangkit dari posisinya ditempat tidur, membuka pintu dan mendapati Marlene berdiri disana dengan senyum.
"Ayo, ku kenalkan pada yang lain. Keluarga Malfoy baru saja pergi ke luar kota selama beberapa hari. Jadi kita ada waktu kosong. Severus juga sudah mengizinkanku mengajakmu berkeliling manor. So, come on!"
-0-
Jadilah siang itu dihabiskan Harry berkeliling manor ditemani Marlene. Mendapat berbagai penjelasan tentang majikan barunya yang menuntut kesempurnaan dan disiplin tinggi. Rincian pekerjaanya dan berbagai peraturan di Malfoy Manor. Meski statusnya sebagai pelayan baru, keluarga Malfoy tak pandang bulu. Mereka sudah memberikan fasilitas yang jauh lebih baik dibanding pelayan keluarga lain, karena itu mereka juga punya standart tinggi untuk para pekerjanya.
Dan bisa dibilang, Harry mendapat pekerjaan yang belum pernah didapat pelayan lainnya. Berdasar pernyataan Marlene, yang sudah bekerja di manor kurang lebih lima tahun, ia mendapat tugas untuk menjaga peliharaan pribadi Tuan Muda Mal- Draco.
'Jangan pernah panggil Tuan Muda dengan Malfoy kalau kau tak mau Tuan Lucius memecatmu saat itu juga. Kalau Tuan Muda Draco terlalu panjang, cukup Tuan Muda. Para pelayan disini memanggilnya begitu' kata Marlene memperingatkan. Katanya sih biar tak tertukar mana kepala keluarga Malfoy dan mana pewarisnya.
Masih berdasar kata Marlene, selama ini Tuan Muda mengurus sendiri binatang kesayangnya –seekor Siberian husky, burung hantu elang dan seekor kuda thoroughbred- dan tak pernah membiarkan orang lain menyentuhnya. Tapi, karena sekarang ia mulai aktif di bisnis keluarganya, ia terpaksa mencari asistan untuk mengurus peliharaannya itu.
Ia juga sempat diajak melihat masing-masing binatang tersebut, dan cukup dengan melihat binatangnya saja ia langsung tau –meski tidak rinci- keluarga ini amat sangaaat kaya raya. Sudah jelas semua binatang peliharaan tersebut adalah kelas unggulan dengan perawatan nomer 1.
Satu hal mengejutkan buatnya dan terutama Marlene adalah ketika Alpha, anjing Siberian berukuran cukup besar itu langsung mendekatinya ketika mereka tiba dikandangnya. Marlene sendiri yang sudah lama bekerja disana tak pernah berani mendekati Alpha, karena anjing itu pasti langsung menyalak garang pada siapa pun –kecuali pemiliknya sendiri-.
'Mungkin kau memang berjodoh dengan pekerjaan ini, Harry. Maksudku, lihat Alpha tadi, ia menjadi anjing penurut layaknya anjing puddle yang minta dimanja tuannya. God, aku saja tak pernah berani mendekatinya,' kata Marlene sambil menggelengkan kepala.
Harry yang mendengarnya hanya bisa tertawa kecil, well- mungkin ini pertanda baik buatku. Semoga saja.
