Tak ada yang tak mungkin dalam hidup ini,

Selalu ada hal yang di luar nalar,

Selalu ada hal yang tak bisa dijelaskan dengan logika,

Karena,

Keajaiban itu ada

..

.

KEAJAIBAN ITU ADA

Pairing: SasuNaru

Slight SasuSaku

Genre: Romance, Hurt/Comfort

Rate: M

Warning: Gaje, OOC, miss typo, Boys love etc

..

.

GAK SUKA?

GAK USAH BACA YA!

..

.

NARUTO'S POV

Percaya akan sebuah keajaiban? Aku percaya, dan aku meyakininya. Selalu ada keajaiban di dunia ini. Keajaiban untukku adalah kehadirannya, tapi itu dulu. Ya, itu dulu saat hidupku dipenuhi olehnya. Tapi kini semua telah berubah.

"Oee…oee.."

"Naruto, dia nangis nih!" Sebuah tepukan di pundak menyadarkanku untuk kembali ke dunia. Sosok wanita dewasa yang terlihat awet muda, menggendong bayi mungil di pelukannya. Tanpa menunggu lama, segera kuraih bayi mungil itu. Mencoba untuk menenangkannya.

"Cup..cup..cup… jangan nangis ya, tou-san disini!" Kucoba meredakan tangisnya, dan ternyata berhasil. Bayi mungil di pelukanku kini terdiam, menatapku dengan matanya yang indah. Hitam, itulah warna matanya. Kulit putih, berwajah tampan, berambut pirang, ciri-ciri yang pastinya akan mampu membuat semua gadis tertarik padanya kelak. Dialah keajaiban paling berharga dalam hidupku kini. Meski dia hanya mewarisi satu hal dariku, rambut pirangnya tapi dialah buah hatiku.

"Jadi tou-san Naruto?" Ah, aku hampir saja melupakan sosok yang kini menatapku dengan tajam. Sosok yang telah kuanggap sebagai nenekku sendiri. Walaupun dia keberatan, tapi untukku dia adalah satu-satunya keluarga yang aku punya. Tidak sedarah memang, tapi melebihi hubungan sedarah.

"Kurasa hal itu tidak perlu ditanyakan lagi, aku adalah tou-sannya. Hanya aku yang dia punya." Kuhiraukan tatapan protesnya, kualihkan tatapan mataku pada malaikat kecilku. Sumber kebahagiaanku sekarang. 'Maaf, tapi tou-san janji akan selalu membuatmu bahagia!'

Kini aku tidak lagi sendiri, ada malaikat kecilku yang akan selalu menemani langkahku. Tak bosan aku menatap wajahnya yang kini sedang pulas tidur. Nenek Tsunade sudah kembali bekerja, ya mengingat dia seorang dokter. Kini aku sendiri di kamar yang bernuansa orange, kamar malaikat kecilku. Menatapnya yang sedang terlelap menjemput mimpi, begitu damai. 'Kenapa wajahnya semakin lama semakin mirip dia?'

'Seperti melihatnya, orang yang telah berhasil menghancurkan hatiku'

Flashback

Tak ada kebahagian melebihi kebahagiaanku sekarang. Mencintai dan dicintai, bukankah itu kebahagiaan yang dicari oleh semua orang. Dan aku beruntung bisa bertemu dengan orang yang aku cintai juga mencintaiku.

"Tidurlah dobe!" Tangan kekar itu memelukku erat, memaksaku untuk bergelung di dada bidangnya. Nyaman, itulah yang aku rasakan dan membuatku tak menolak pelukan hangatnya.

"Aku gak ngantuk teme!"

"Masih pengen?" Nada menggoda itu sedikit menakutkan dan berhasil membuatku merona pastinya.

"Dasar mesum!" Teriakanku disertai dengan pukulan-pukulan kecil di dadanya.

"Hahaha… kamu lucu dobe!" Dia tertawa dengan lepasnya, melepaskan topeng Uchiha yang selama ini dipakainya. Ya sosok yang tengah memelukku ini adalah Uchiha Sasuke. Salah satu pewaris dari Klan Uchiha yang terhormat. "Aku bercanda, mendingan sekarang kita tidur!" Pelukannya semakin erat, belaian tangannya di rambutku menghipnotis mataku untuk cepat terpejam. Betapa nyamannya pelukan dan belaiannya. Dialah kebahagiaanku. Dialah segalanya untukku. Kekasih, teman, sahabat, saudara, dia melebihi segalanya. Keajaiban dalam hidupku adalah memilikinya.

Kehidupanku bersamanya terasa indah dan begitu menakjubkan. Ada orang yang memelukku saat aku tidur, ada senyuman yang selalu menyambut pagiku saat aku terbangun. Untuk orang yang besar dalam kesindiran, mendapati seseorang di dalam hidupnya adalah keajaiban tak terkira. Jujur aku sendiri tak pernah menyangka akan memilikinya.

Sangat tidak mungkin, mungkin itulah yang terpikir olehku saat bertemu dengannya.

Kami begitu berbeda, amat sangat berbeda. Dia terlahir dalam keluarga terhormat, dikelilingi oleh semua hal yang diinginkan semua orang di dunia ini. Harta berlimpah, kekuasaan, dan berbagai hal yang membuat semua orang di sekelilingnya tunduk padanya. Sedangkan aku? Aku hanyalah anak yatim piatu yang tidak punya apa-apa. Tidak ada saudara, apalagi harta. Sangat berbeda bukan?

Tak hanya itu, dia adalah pangeran idaman semua orang. Sedangkan aku, hanyalah sosok yang tidak pernah terlihat oleh orang di sekelilingku. Takkan pernah ada yang menyangka, aku dan dia bisa bersama. Atau memang tidak akan ada yang mengira? Kami begitu berbeda, dia makhluk sempurna yang pernah aku temui. Tapi dibalik kesempurnaannya dan segala kelebihannya, dia melihatku sebagai makhluk sempurna. Aneh? Tentu saja, tapi dia membuatku merasa begitu berharga. Dia menjadi keajaiban dalam hidupku.

Kebersamaanku dengannya hampir genap 3 tahun. Dan aku selalu merasa hidupku akan selalu bahagia dengannya. Selalu.

Sampai hari itu datang.

"Aku ingin kita berpisah!" Suara itu begitu lemah tapi berefek lebih keras dari petir untukku. Saat ini, aku tengah makan malam bersamanya seperti biasa. Makan malam yang indah itu hancur dengan satu kalimat yang meluncur dari bibirnya.

"Kenapa?" Aku berusaha agar air mataku tidak keluar. 'Tidak, aku tidak boleh menangis! Mungkin saja dia hanya bercanda!'

"Aku minta maaf Naruto!" Wajahnya tertunduk lesu, membuatku berusaha lebih keras menggigit bibir bawahku menahan isak tangis yang kurasa akan pecah.

"Kamu.. kamu bercanda kan teme!" Aku berjalan mondar-mandir di hadapannya, berusaha menenangkan diri sendiri. "Katakan kalau kamu hanya bercanda Uchiha Sasuke!" Kini aku kehilangan kendali, aku berteriak memintanya menjelaskan semua maksud perkatannya.

"Aku…"

"Tidak, kamu bercanda! Ini semua tidak lucu tahu!"

"Naruto, aku…."

"Kamu tidak mungkin meninggalkanku kan, kamu mencintaiku kan?"

"Maaf tapi aku akan menikah Naruto!"

"Apa?" Perkataan Sasuke sukses membuat gelas yang aku pegang jatuh berkeping-keping. "Kamu…. Menikah?" Tanpa peduli dengan pecahan gelas, aku berjalan mendekatinya. "Apa maksud ucapanmu?" Kutatap tajam matanya yang tengah menatapku dengan tatapan sendu. Tidak ada kebohongan disana.

"Aku akan menikah dengan Sakura!"

Degg. Sakura, aku ingat siapa Sakura. Tepatnya Haruno Sakura, putri tunggal keluarga Haruno yang terkenal karena cantik juga pintar.

"Kapan?"

"Minggu depan!"

"Apa maksudnya ini teme?" Tanpa peduli lagi kuraih segala barang yang berada di dekatku. Kulempar ke sembarang arah. Bagaimana bisa dia akan menikah minggu depan?

"Aku akan menikah minggu depan dobe!"

"Kapan? Kapan kamu memutuskan semua ini? Kapan hah?"

"Aku sudah memikirkan ini selama sebulan dobe! Aku harus melakukannya, aku minta maaf." Raut wajahnya terlihat menyesal memang, tapi aku sama sekali tidak peduli. Kenyataannya, dia akan meninggalkanku untuk menikah dengan gadis itu.

"Lalu apa artinya aku untukmu?" Amarahku reda digantikan oleh butiran air mata yang sudah tidak dapat aku bendung lagi. "Apa artinya aku di hidupmu hah?" Suaraku semakin lirih, seakan menanti berita yang paling buruk. Lebih buruk dari pernyataannya tadi.

"Aku mencintaimu…"

"Bohong…"

"Aku mencintaimu, itu benar dobe! Tapi aku harus, ini semua demi keluargaku! Aku…."

"Keturunan.." Aku memotong pernyataannya begitu saja. "Karena aku tak bisa memberimu keturunan, karena itu kamu menikah dengannya! Dia bisa memberimu keturunan, begitu kan?"

Kulihat Sasuke hanya diam, kembali duduk di kursi. 'Ternyata benar, semua karena aku tak mampu memberinya keturunan.' Tanpa menunggu lebih lama, aku segera berlari ke kamarku tepatnya kamar kami. Segera kuraih baju dan memasukkannya ke dalam koper. Tanpa banyak kata, aku menarik koper itu menuju ruang tamu. Kulirik sekilas Sasuke yang masih terduduk di kursinya tadi.

"Kamu mau kemana?" Hanya itu yang terucap dari mulutnya, entah seperti apa ekspresinya. Aku tak peduli.

"Pergi, ini bukan apartementku jadi aku akan pergi!"

"Tunggu, kamu mau kemana dobe? Ini sudah malam!" Kini kurasakan tangan kekarnya menahan lenganku. Ternyata dia masih seperti biasa, bisa bergerak dengan cepat.

"Apa pedulimu?" Kusingkirkan tangannya dari lenganku dengan sedikit kasar. "Aku tidak butuh perhatianmu Tuan Uchiha!" Segaja kutekankan kata 'Uchiha', dan tanpa menunggu jawabannya segera aku menarik koperku untuk keluar dari tempatnya. Tempat yang selama hampir 3 tahun ini menjadi rumahku.

Langkahku terasa berat, setiap langkah kakiku bagai sayatan yang tergores dalam hatiku. Betapa aku sakit olehnya, tapi apa dayaku? Dalam dinginnya malam, aku terus berjalan menjauh dari kota yang selama ini menjadi tempat tinggalku. Sejuta kenanganku bersamanya ada di kota yang kini harus aku tinggalkan.

Seketika, aku merasakan kehidupanku tidak berarti lagi. Tak ada keajaiban dalam hidupku, itu yang aku pikirkan dulu.

2 bulan kemudian

"Jangan bercanda nek!" Suaraku yang pasti mampu membuat semua orang yang lewat di taman menengok heran kearahku.

"Jangan berisik bocah!"

"Tapi.. bagaimana mungkin aku.. aku…"

"Aku hamil maksudmu?"

"Iya, bagaimana mungkin nek! Aku kan laki-laki!" Aku setengah berteriak frustasi. Bagaimana tidak, beberapa hari yang lalu aku merasa ada yang aneh dengan badanku. Dan karena desakan nenek Tsunade, aku pun memeriksakan diri padanya. Dan kini hasilnya telah aku ketahui, aku hamil! Seorang Uzumaki Naruto hamil, padahal aku bukan wanita!

"Haahh.. apa kamu sudah lupa bocah? 4 bulan yang lalu kamu datang ke klinikku dan bertanya soal bagaimana caranya lelaki bisa hamil! Ingat?" Kini aku hanya bisa terpaku mendengar keterangan nenek Tsunade. Ya, empat bulan yang lalu aku memang pernah mengunjungi nenek Tsunade untuk bertanya soal kehamilan. Aku sangat ingin membahagiakan Sasuke dengan memberinya keturunan. Tapi bukankah usaha itu gagal?

"Tapi nek, itu…."

"Itu tidak gagal ternyata, tapi hanya sedikit terlambat! Dan kini, kamu hamil Naruto!"

Sebuah kabar yang membahagiakan, memberiku setitik cahaya terang. Di perutku, ada janin yang tengah menanti untuk terlahir ke dunia. Ada anakku dan anaknya. Anak Sasuke.

"Dia berhak tau Naruto!" Nenek Tsunade menatapku dengan tatapan yang hangat, seperti saat pertama aku datang ke tempatnya setelah pergi dari apartement Sasuke. "Dia berhak tahu!"

Dorongan nenek Tsunade membuatku berada di tempatku kini. Menatap apartement yang dulu aku tinggali bersamanya. 2 jam sudah aku berada disini, namun kakiku tak beranjak dari tempatku berdiri. Sembunyi di balik tembok yang mampu menyembunyikan ragaku yang takut menghadapinya.

"Sasuke…" Sebuah suara manja membuyarkan segala pikiran dalam otakku. Kulihat, sosok yang selama ini selalu ada dalam setiap mimpiku tengah berjalan dengan seorang wanita cantik. Sosok tampan yang tak pernah berubah, kini di lengannya bergelayut manja sosok wanita cantik berambut pink. Dan aku yakin itu Sakura. Kulihat mereka melangkah ke apartement Sasuke, dan masuk ke dalam. Aku hanya bisa berdiri menatap hilangnya mereka dari pandanganku.

'Ternyata kamu telah bersamanya, ah harusnya aku tahu itu. Bukankah waktu itu kamu bilang seminggu lagi, berarti kamu sudah hampir 2 bulan menikah dengannya Sasuke!' Dengan air mata yang berlinang, aku melangkah pergi. 'Seharusnya aku tak kesini, selamat tinggal Sasuke! Terima kasih atas keajaiban yang kamu beri.' Kuusap perlahan perutku pelan, seolah takut menyakiti jabang bayiku.

'Keajaiban dan kebahagiaan terbesarku kini adalah anakku. Dia anakku Sasuke, anakku!'

Flashback off

Lamunanku tersadar oleh tangisan si kecil, yang kulihat ternyata dia ngompol. Segera aku mengganti popoknya, memberinya susu agar dia bisa kembali tidur. Kulihat dia menghabiskan susunya, dan terlelap kembali.

'Ah, malaikat kecilku yang lucu'

Ya, dialah kini keajaiban dalam hidupku. Keajaiban yang menarikku dari keterpurukan. Keajaiban yang membuatku kembali menatap masa depan. Membangun mimpi bersamanya, membahagiakannya. Itulah tujuan hidupku kini.

Melihatnya, terkadang mampu membuatku tertegun. Betapa miripnya dia dengan ayahnya! Sangat mirip, kecuali rambut pirangnya. Tapi, ayahnya adalah aku bukan dia!

Keajaiban ini akan aku simpan sendiri. Takkan pernah aku biarkan malaikatku merasakan sakit seperti yang aku rasakan. Merasakan pahitnya terbuang begitu saja. Takkan pernah.

Dia adalah malaikatku, milikku, buah hatiku. Tak ada nama Uchiha di belakang namanya, hanya ada Uzumaki. Tak ada orang tuanya yang berwajah sama dengannya, hanya ada aku. Dia takkan pernah tau, dan tak berhak untuk tahu. Toh dia juga tak tahu soal usahaku untuk mendapat keturunan dengan keterbatasanku. Aku tak lagi menyalahkannya yang memilih impian keluarganya, dan dia pun tidak bisa menyalahkanku atas rahasia ini bukan? Hidupnya dan hidupku telah berbeda, tak ada ikatan antara aku dan dia.

'Maafkan tou-san sayang, tapi tou-san janji akan melakukan apa saja untuk membahagiakanmu'

FIN?

OR

TBC?

..

.

Gimana? Aneh? Gaje?

Hehehehe…

Sebenarnya ini fic lama, berhubung blm ada ide buat ngelanjutin fic yg udah ada jadi iseng aku publish aja pic ini.

Soal Naruto yang bisa hamil, memang mustahil sih tapi kan ceritanya keajaiban. *ngeles dikit..

Maaf ya, kalau kurang berkenan.

Oh ya, ditunggu ripiew nya ya! Saran dan kritik diterima dengan senang hati! Kalau bisa sekalian kasih saran dunk soal nama anaknya. Dari pertama bikin, aku sama sekali tidak bisa memikirkan nama anaknya. Jadi minta sarannya ya! Anaknya laki-laki loh! (saran diterima, ya kalau memang tidak ada yang ingin kelanjutannya berarti keajaiban itu hanya sampai disini saja!)

Oke minna…^^

Aku tunggu ripiew nya ya

Makasih…