Summary : Pertemuan pertama mereka adalah saat pertengahan musim gugur. Di tengah dinginnya bulan itu, keluarga Ichigo sedang menderita. Saat itulah, dia muncul. Malaikat kecil penyelamat mereka.
Disclaimer : Bleach milik Kubo Taito-sensei dan Kokoro no Tamago milik Buono
Chapter 1 : Meet You My Angel
"Ibu, aku lapar." Seru seorang gadis kecil berambut cokelat.
"Sabar, ya, Yuzu-chan. Ayah sedang mencari makanan. Nanti ayah pasti kembali dengan membawa makanan." Kata seorang wanita kepada putrinya yang bernama Yuzu.
"Kau itu cerewet sekali Yuzu. Memangnya kau tidak bisa tahan sebentar saja?" tanya gadis kecil lain yg berambut hitam dengan nada agak ketus.
"Aku bisa, kok!"
"Sudah, sudah, jangan bertengkar. Coba lihat kakak kalian, ia begitu tenang, kan. Kalian harus meniru sikapnya." Lerai ibu mereka.
"Ibu, Ichi-nii itu diam karena dia tidak punya tenaga untuk bicara." Komentar gaids berambut hitam tadi.
"Diam kau Karin!" bentak kakak mereka yang di panggil Ichi-nii.
"Haah… Ibu jadi pusing mendengar kalian bertengkar terus." Keluh Ibu mereka.
"Kalau ibu pusing, sebaiknya ibu istirahat saja." Kata Ichi-nii.
"Tidak apa, kok, Ichigo. Ibu cuma sedikit lelah saja. Ibu tidak boleh istirahat, padahal ayah kalian sedang berusaha mencari makan untuk kita semua."
"Pria tua itu lama banget, sih!" gerutu Karin.
"Karin-chan! Kau tidak boleh memangil ayah seperti itu!" Yuzu mengomeli Karin.
"Iya, iya…"
XXxxXX
Mungkin para readers bingung dengan apa yang sedang terjadi pada keluarga Kurosaki yang biasanya bersemangat dan ramai ini. Biar saya Ai jelaskan.
Kepala keluarga Kurosaki, Isshin, adalah seorang dokter yang bekerja di salah satu rumah sakit yang ada di kota Karakura. Suatu hari, Isshin di pecat karena dia dituduh telah melakukan korupsi. Disaat mereka sedang kebingungan, ada seseorang yang membakar rumah mereka. Harta benda milik mereka habis terbakar. Tidak ada yang tersisa sama sekali. Mereka memiliki sanak saudara, tapi tempat tingal saudara mereka sangat jauh. Karena tidak ada pilihan lain, mereka terpaksa pergi mengembara (baca : tinggal di jalanan) di kota Tokyo, karena kota itu sangat besar, jadi Isshin berpikir kalau dia bisa mencari pekerjaan disana.
Dan saat ini, keluarga itu sedang berada di pinggir trotoar pejalan kaki, sedang duduk santai, menunggu kembalinya sang ayah dari perjalanannya mencari makanan.
Nah, sudah jelas, kan? Kalau begitu, kita kembali ke cerita!
XXxxXX
Saat keluarga yang selalu ramai itu menjadi tenang, tidak ada yang bicara, tiba-tiba terdengar suara seseorang bicara dengan suara yang sangat keras dari tengah jalan.
1 keluarga itu mencari-cari asal suara tersebut. Ternyata suara itu berasal dari sebuah tv raksaksa (Ai ga tahu namanya apa) yang sedang menyiarkan sebuah acara. Suara sang pembawa acara yang sedang becuap-cuap ria dengan tamu specialnya yang duduk di sofa cokelat dengan senyum kecil terukir di wajahnya.
Pertama kali Ichigo melihat gadis itu, kesan pertama yang muncul di otaknya adalah…
Kecil
Ya, kecil banget gadis itu. Gadis kecil tapi manis itu memiliki rambut hita legam dan mata berwarna violet yang sangat indah. Kulitnya putih bersih, rambutnya pendek sebahu, dengan poni jatuh di antara kedua matanya. Gadis itu memakai dress tanpa lengan yang panjangnya selutut berwarna biru muda dan memiliki renda-renda kecil di ujung bawah dan sekitar bahu. Rambutnya dipasangi pita kecil berwarna putih dengan sisa pita yang cukup panjang dibiarkan terjatuh.
"Terima kasih kasih karena hari ini anda sudah bersedia untuk hadir di acara ini, Kuchiki-san!" ujar sang pembawa acara itu dengan nada yang sangat riang.
"Tidak masalah, kok. Aulah yang harus berterima kasih karena anda sudah mengundangku." Sahut gadis yang di panggil Kuchiki-san itu.
"Sebagai penutup, bersediakah anda menyanyikan satu lagu untuk para penonton?"tanya pembawa acara itu.
"Baiklah, boleh saja. Mau lagu apa?"
"Hmm… Bagaimana kalau 'Kokoro no Tamago'? "
"Oke."
"Nah, para hadirin sekalian! Kini akan kita saksikan penampilan dari penyanyi favorit kita! Kuchiki Rukia dengan lagu 'Kokoro no Tamago'!"
Pembawa acara itu segera keluar dari panggung dan Rukia bangkit berdiri lalu berjalan menuju tengah panggung.
Terdengar suara alunan lagu, dan saat itu jugalah Rukia mulai bernyanyi.
HOPPU SUTEPPU JYANPU
DORUU DOROO DOROUN
CHIPPU SHIROPPU HOIIPPU
Ippaiarumon
HOPPU SUTEPPU JYANPU
DORUU DOROO DOROUN
CHIPPU SHIROPPU HOIIPPU
Naritai atashi
KUURUde tsuyokute kakkoii iketeruto iwareteitemo
Hontowa sonnademo naishi futsuuni onnanoko damon
PURESSHAA nanka hanenokete sunaoni naritaindakedona
KYARA jyanaitoka iwaretatte atashino kokoro ANROKKU!
Naritai youni nareba iijyan shugo KYARAga tsuiteruyo
Yaritai youni yareba iijyan zenzen OKKEE dashi
Naritai youni nareba iijyan hitotsudakejya tsumannai
Yaritai youni yareba iijyan nandatte dekiruyo
Semua penonton yang mendengar nyanyian Rukia hanya bisa berdecak kagum dengan keindahan suaranya dan alunan musik yang ceria. Semuanya terbawa suasana dan tidak ada yang bisa melewatkan penampilan Rukia.
Ichigo serta keluarganya yang saat itu sedang menyaksikan acara itu dari jalan pun terkagum-kagum dengan nyanyian gadis kecil itu. Yuzu berteriak-teriak penuh kekaguman, Masaki tersenyum melihat penampilan Rukia, Karin menatap Rukia dengan pandangan yang menidolakan, dan Ichigo….
Ichigo memandangi Rukia dengan tatapan penuh kekakugam dan takjub. Tubuh sekecil itu tetapi mempunyai kekuatan untuk bernyanyi seindah itu dan menari dengan penuh semangat. Wajah Rukia saat bernyanyi memancarkan keceriaan, sesuai dengan lagu yang di nyanyikannya.
Daredemo dokokade negatteru chigau jibunni naritaito
Dakara senobiwo shitemitari hekondarimo surundayone
Kokorono nakaniaru tamago minna motteru hazudakara
MARUmo BATSUmo tsukesasenai NEGATIBU HAATO ni ROKKU ON!
Ikitai youni ikeba iijyan shinpai shinakuteii
Tamaniwa sukoshi saborya iijyan ganbari suginaide
Ikitai youni ikeba iijyan otonaniwa wakannai
Shinjiru michiwo ikeba iijyan machigattatteii
Naritai youni nareba iijyan shugo KYARAga tsuiteruyo
Yaritai youni yareba iijyan zenzen OKKEE dashi
Naritai youni nareba iijyan hitotsudakejya tsumannai
Yaritai youni yareba iijyan nandatte dekiruyo
Kitto
HOPPU SUTEPPU JYANPU
DORUU DOROO DOROUN
CHIPPU SHIROPPU HOIIPPU
Ippaiarumon
HOPPU SUTEPPU JYANPU
DORUU DOROO DOROUN
CHIPPU SHIROPPU HOIIPPU
Naritai atashi
Rukia berhenti bernyanyi, tanda bahwa lagunya sudah habis. Begitu juga dengan suara musik yang tadi mengiringi nyanyian Rukia. Terdengar suara tepuk tangan dari studio. Begitu juga dengan para penonton yang mendengarkan nyanyiannya di jalan tempat Ichigo dan keluarganya berada. Semuanya bertepuk tangan memberikan sorakan pujian pada Rukia, meskipun orangnya tidak bisa mendengarnya.
Di studio, Rukia membungkukkan tubuhnya sambil mengucapkan terima kasih, lalu dia kembali duduk di sofa yang tadi.
Sang pembawa acara muncul lagi dan mengambil alih acaranya.
"Itulah penampilan penyanyi kesayangan kita. Benar-benar lagu yang sangat ceria, ya. Saya jadi ikut bersemangat juga. Tapi sayangnya acara kita sudah selesai. Sudah tiba waktunya bagi kita untuk berpisah. Kuchiki-san, sekali lagi terima kasih atas kehadirannya dan penampilan yang mengagumkan barusan. Kalau begitu, saya Kobayakawa Midori, mohon undur diri dari hadapan anda. Sampai berjumpa lagi sabtu depan. Bye bye!"
Acara live itu telah berakhir. Para penonton yang sempat berhenti di jalan untuk menyaksikan penampilan Rukia, kini melanjutkan aktivitas mereka lagi.
"Tadi itu luar biasa, ya. Kuchiki-san sangat hebat!" decak kagum Yuzu.
"Iya. Ibi tidak menyangka akan ada penyanyi seperti itu. Apalagi dia terlihat masih sangat muda." Sambung Masaki.
"Aku tidak mau mengakuinya, tapi aku acungkan 4 jempol untuknya." Celetuk Karin menyelip pembicaraan Ibu dan adiknya.
"Bagaimana pendapatmu, Onii-chan?" Yuzu bertanya pada kakak laki-lakinya yang sejak tadi diam saja.
Dilihatnya saat ini Ichigo masih memandangi layer raksaksa itu dengan wajah yang penuh dengan takjub, seperti melihat seorang bidadari atau malaikat.
Karin ikut memandangi kakaknya yang bersikap aneh itu dan mengusilinya.
"Kuchiki-san cantik bagaikan malaikat kecil, ya."
Ichigo yang merasa disindir Karin membuang mukanya ke samping agar Ibu dan kedua adiknya tidak bisa melihat wajahnya yang blushing.
Tidak lama kemudian, Isshin, sang ayah, muncul sambil berjalan lunglai ke tempat keluarganya beristirahat.
"Ayah, kau sudah kembali." Sapa Masaki lembut seperti biasanya.
"Ayah! Mana makanannya? Aku sudah lapar." Tanya Yuzu penuh antusias.
"Maafkan ayah. Ayah tidak bisa membawakan makanan untuk kalian." Jawab Isshin tidak semangat.
"Tidak ada? Tapi aku lapar…" keluh Yuzu.
"Sudahlah, Yuzu, mau bagaimana lagi. Setidaknya ayah sudah berusaha, kan."omel Karin.
"Tapi kan…"
"Yuzu-chan, kau tidak boleh begitu. Ayah juga pasti lapar. Kita semua sama. Jadi tidak perlu mengeluh. Kalau kita bersabar, pasti nanti akan ada yang membantu kita.
"Baiklah…"
Setelah itu, keluarga Kurosaki hanya diam dalam keramaian dan terangnya kota Tokyo I malam hari. Semuanya merasa lapar karena belum makan sejak pagi tadi. Wajah Yuzu terlihat sangat kusut karena lapar. Wajah Karin terlihat seperti sedang marah, masih merutuki orang yang memfitnah ayahnya, Masaki duduk tenang sambil bernyanyi-nyanyi kecil, Isshin diam memikirkan cara untuk membebaskan keluarganya dari penderitaan, dan Ichigo hanya melamun memikirkan gadis penyanyi tadi.
Saat semua sedang berada di dunia masing-masing, tiba-tiba saja Masaki yang sedang duduk tenang terjatuh dari tempatnya duduk. Sisa keluarga Kurosaki menoleh ke arah Masaki dan sangat terkejut dengan apa yang mereka lihat. Ishin segera merangkul pundak Masaki dan memeriksa istri tercintanya itu.
"Ibu! Ibu kenapa, ayah?" isak Yuzu mulai menangis.
"Ibu pingsan, nak. Sepertinya Ibu sakit. Kita harus membawanya ke rumah sakit." Jelas Isshin dengan suara panic.
"Tapi kita tidak punya uang. Apa pihak rumah sakit mau menerima kita?" tanya Ichigo.
"Setidaknya kita harus coba dulu."
"Sekalipun di izinkan, bagaimana cara kita untuk membayar ?" tanya Karin.
"Bagaimana, ya…."
Semuanya mulai panic dengan kondisi Masaki yang semakin parah.
Disaat sedang memikirkan cara untuk menolong ibu mereka, datang seorang gadis kecil di hadapan mereka. Gadis itu memakai topi dan kacamata hitam.
"Maaf, apa kalian ada masalah?" tanya gadis itu pelan.
Isshin menoleh ke arah gadis itu dan bertanya, "kamu siapa?"
"Saya…. Hanya orang yang sedang lewat, kok. Daripada itu, sepertinya istri anda sakit?"
"Ya, begitulah."
"Kenapa tidak di bawa ke rumah sakit?"
"Kami tidak punya uang untuk membayar."
"Kenapa bisa begitu?"
"Itu…. Panjang ceritanya. Yang pasti, keaaan kami saat ini sangat tidak memungkinkan untuk ke rumah sakit. Pagi ini saja kami tidak makan." Jelas Isshin.
"Hmm.. begitu, ya. Kalau begitu, biar saya antar kalian ke rumah sakit." Ajak gadis itu.
"Heehh?" Isshin sangat terkejut dengan tawaran gadis itu.
Gadis itu bangun dari tempatnya berjongkok dan brjalan menuju pinggir jalan raya untuk memanggil taksi. Saat sudah mendapat dua taksi, gadis itu memanggil Isshin.
"Kenapa masih diam? Ayo cepat naik!" perintahnya.
Tanpa bicara apa-apa lagi,gadis itu segea menaiki taksi yang di depan. Isshin menggendong tubuh Masaki dan masuk ke taksi yang sama dengan Gadis itu. Begitu juga Ichigo. Karin dan Yuzu naik ke taksi yang ada di belakang.
Taksi itu pun segera melaju dengan cepat menuju rumah sakit Tokyo.
Awalnya Isshin menolak untuk ke rumah sakit Tokyo karena di sana pastilah sangat mahal, tapi gadis itu tetap bersikeras untuk kesana karena rumah sakit itu yang paling dekat.
XXxxXX
Begitu sampai di rumah sakit, ada beberapa suster dan 1 dokter yang mendorong blangkar untuk membawa Masaki ke UGD. Ishin keluar dari mobil dan menggendong Masaki ke atas blangkar. Setelah selesai, para suster segera membawa Masaki ke dalam, di ikuti dengan keluarga Kurosaki dan gadis itu di belakangnya.
Sesampainya di depan ruang UGD, satu suster melarang mereka untuk masuk ke dalam, dan menunggu di luar. Keluarga Kurosaki dan gadis itu menuruti perintah suster itu dan duduk di kursi yang ada di sana.
XXxxXX
Setengah jam telah berlalu. Akhirnya satu dokter keluar dari ruang UGD dan menemui Isshin untuk menjelaskan keadaan Masaki.
"Keadaannya tubuhnya sangat lemah karena kekurangan gizi. Apa yang terjadi pada keluarga anda? Kenapa istri anda bisa kekurangan gizi?" jelas dokter itu sambil bertanya.
"Ada masalah yang membuat kami kesulitan untuk makan."
"Begitu, ya. Baiklah, kami akan bawa istri anda ke kamarnya. Beliau harus rawat-inap disini selama beberapa hari sampai kondisi gizinya sudah kembail seperti semula."
"Rawat-inap? Tapi saya belum membayar biayanya?" tanya Isshin kebingungan.
"Lho? Tapi di berkas ini sudah tertulis kalau biaya administrasi rumah sakit sudah lunas semuanya, kok."
"Apa tidak salah? Saya belum membayarnya. Atas nama siapa biaya itu di bayar?"
Dokter itu membaca berkas-berkas administrasi dan terkejut membaca nama orang yang telah membayar biaya pengobatan Masaki, "atas nama….hmm…Kuchiki Rukia. Kuchiki?"
"Kuchiki—"
"Rukia?"
"Berarti, gadis yang tadi menolong kita itu adalah…." Kata Isshin terbata-bata.
"Apa ada masalah?"
Sebuah suara muncul di belakang mereka. Semuanya menoleh ke arah suara itu dan mendapati orang yang telah menolong mereka sedang berjalan ke tempat mereka.
"Maaf nona, apakah anda Kuchiki Rukia-san?" Isshin bertanya dengan sopan.
"Ya, saya Rukia." Gadis itu menjawab sambil melepas topi dan kacamata hitam yang sejak tadi dipakainya.
Ichigo terkejut setengah mati. Saat ini, dihadapannya, begitu dekat, berdiri gadis yang tadi sangat di kaguminya. Ditatap mata violet itu dan dirinya merasakan perasaan aneh yang tidak dimengerti oleh dirinya sendiri.
Yuzu sangat kaget dengan kenyataan itu, dan Karin hanya bisa diam seribu kata.
Isshin dan dokter itu juga diam tanpa kata. Bisa bertemu dengan artis terkenal sangatlah tidak terbayangkan oleh mereka.
"Maaf, apa kalian baik-baik saja?" Rukia bertanya, kebingungan dengan keheningan yang menyelimuti mereka.
Setelah kembali dari shock, Isshin segera menjawab, " oh, ah, tidak apa-apa, kok. Kami baik-baik saja. Cuma agak kaget. Tapi Kuchiki-san, apa benar tidak apa kalau anda yang membayar? Saya jadi merasa tidak enak. Kita kan baru bertemu hari ini."
"Tidak masalah, kok. Saya yang ingin membantu kalian. Jadi anda tidak perlu memikirkan masalah tidak enak hati hanya karena baru bertemu. Apakah untuk saling menolong diperlukan alasan?"
"Tidak, sih, tapi kan—"
"Sudahlah. Yang penting sekarang istri anda sudah bisa di obati. Tidak ada yang perlu di khawatirkan lagi. Akagi-sensei. Apa kami boleh menjenguk Kurosaki-san?" tanya Rukia kepada dokter yang bernama Akagi itu.
"Tentu saja. Tapi kalian tidak boleh mengganggunya, karena beliau buth banyak istirahat."
"Baiklah. Terima kasih."
XXxxXX
~Di kamar tempat Masaki di rawat~
Masaki sudah sadarkan diri. Saat ini, mereka sedang mengobrol dengan Rukia. Yah… bisa dibilang yang paling banyak bicara itu adalah Yuzu.
"Maaf, kalau boleh saya tahu, kalian tinggal dimana?" tanya Rukia.
"Sekarang kami tidak punya tempat tinggal. Rumah kami terbakar dan semua barang brharga kami hangus di makan api. Karena itulah kami tidak bisa makan." Jelas Yuzu.
"Kalian tidak punya tempat tinggal, ya…. Kalau begitu.. kalian mau tidak kalau tinggal di rumahku?"
"APA?" semua anggota keluarga Kurosaki (kecuali Masaki) berteriak kaget dengan tawaran Rukia.
"Rumahku cukup untuk kalian, kok. Lagipula aku tinggal sendiri, jadi aku boleh mengajak siapapun tinggal bersamaku."
"Kami tidak bisa menerima tawaran itu, Kuchiki-san. Kami sudah banyak merepotkanmu." Ujar Masaki.
"Tidak apa-apa, kaku tidak merasa direpotkan. Aku senang kalau ada yang menemaniku di rumah."
"Tapi—"
"Tidak ada tapi tapi-an. Setelah Masaki-san keluar dari rumah sakit, kalian akan ikut denganku. Oya, satu hal lagi. Bia tidak kalian memanggilku Rukia saja? Aku kurang suka dipanggil Kuchiki-san." Pinta Rukia.
Entah kenapa muncul sedikit ekspresi sedih di wajah Rukia, namun tidak ada yang menyadari hal itu selain Ichigo.
"Rukia-san…"
"Tidak usah pakai –san."
"Kalau aku panggil Rukia-nee, boleh tidak?" tanya Yuzu dengan polosnya.
"Tentu saja boleh."
"Kalau begitu Rukia-nee panggil aku Yuzu-chan, ya!"
"Iya, iya…"
"OOOHHH SENANGNYA! Aku mendapat putri ketiga! Daddy panggil Rukia-chan, ya!"
"Hahaha dengan senang hati." Sahut Rukia sambil sweatdrop melihat sikap Isshin.
"Aku panggil Rukia aja, ya."
Semua mata melirik ke arah Ichigo. Mereka (kecuali Rukia) sangat shock melihat wajah Ichigo yang memiliki sedikit rona merah. Baru pertama kalinya mereka melihat seorang Kurosaki Ichigo berblushing. Hal ini tentunya merupaka moment paling langka di dunia Kurosaki.
"Ya, tidak masalah." Sahut Rukia sambil menunduk malu, karena baru pertama kali sejak sekian lama, ada orang lain yang memanggilnya dengan nama kecil selain keluarganya dan teman kecilnya.
'Aku mendapatkan sesuatu untuk menertawakannya…' pikir Karin dan Isshin sambil tersenyum licik.
~Chapter 1, End~
Selesai! Fh payah..fic yang lain aja lum selesai….malah dah bikin fic baru. Ai mohon maaf yang sebesar-besarnya bwat para readers yang membaca fic "Love in High School", "Secret Admirer" , dan "My Homeroom Teacher is My Forbidden Love", karena Ai akan makan waktu lama untuk melanjutkan fic itu.
Untuk para readers yang telah R&R oneshot Ai yang berjudul "Goodbye My Best Friend", Ai ucapkan Hontou ni Arigatou…..
So-Chand 'Luph pLend'
Kurochi agitohana
Ephi-chan
Jee-ya Zettyra
aRaRaNcHa
Kick The Ball
aya-na rifa'i
Zheone Quin
Zie-raInc0ol
Sorayuki Nichan
JuLie-Chii IchiRuki ChuBbY
Eternal Secret Ars
ichirukiluna gituloh
Ruki Yagami
avia chibi-chan
Narukura
Ai mohon maaf karena Ai ga bisa balas review . Chaper ini juga klo ada typo, Ai minta maaf…. Special thanx bwat Narukura. Ade! Akhirnya dikau review juga! *ngelap air mata karena terharu*
Halah…lebay banget, sih.
Saksikan episode selanjutnya!
Next Chappy :
"Isshin-san… siapa yang memfitnah anda?" Rukia bertanya dengan wajah serius.
"Dia—"
"Aku benci dia! Dia telah merebut kebahagiaan dariku! Sampai kapanpun aku tidak akan memaafkanya!"
"Mungkin aku telah—"
Itu .. Ai kasih kisi-kisi chapter selanjutnya…*mang ulangan*
Yah..dari pada cuap-cuap ga jelas, mendingan kita…..
\/
~Review Please~
