Yahahahaha. Fic baru. Padahal belom nyelesaiin fic yang lama. Tapi ini fic-nya lain. Ini mirip cerfet (cerita estafet). Nah lho, saya ngga main estafet. Ini fic-nya dioperoper ke author yang lain. Chapter 1 saya yang buat. Chapter 2 author yang bernama AnnaYuki yang buat, tapi tetep dipublish di sini biar lanjut. Ngga kenal? Ga usah kenal deh. Hahaha. *plakk*. Trus chapter 3 saya lagi yang buat, dst dst dst. Yang main estafet baru dua author, ngga seru. Author yang mau ikutan main estafet, ayo di review bilang ya..XD

.

Disclaimer: Tsugumi Ooba feat. Takeshi Obata

Rate: T

.

.

.

"Kau merepotkan, Matt!" bentak cowo berjaket dan jeans hitam yang baru saja keluar dari mobilnya.

"Maaf aja deh, Mello. Aku juga baru ingat mobilku di service. Terpaksa aku minta kau menjemputku. Hehehe," kata cowo berambut merah yang menggenggam PSP-nya.

"Terpaksa? Terpaksa? Kau senang kan merepotkanku?" bentak Mello dengan nada penuh emosi.

"Aku ngga jahat gitu, Mell," kata Matt, cowo berambut merah itu dengan datarnya. Ingin rasanya Mello menimpuk Matt dengan benda yang ada didekatnya. Sayangnya, semua benda didekat Mello termasuk kategori berat di atas rata-rata.

BRUMM!

Sebuah mobil memasuki areal parkiran Harvard University, universitas paling bergengsi di dunia -?-.

"Itu, kan. Mobilnya Near!" kata Matt senang.

"Kenapa lo girang gitu?" tanya Mello sinis.

"Soalnya Near lebih baik dari pada lo," balas Matt santai tanpa tahu perkataannya membuat Mello panas.

"Kalo gitu kenapa lo ngga minta Near aja jemput lo?" kesal Mello.

"Matt anak baik ngga mau ngerepotin anak baik," kata Matt berpose ala Tobi. Mello kali ini menjitak Matt dengan sungguh-sungguh.

Cowo berambut dan berkulit yang senada dengan warna kaos kakinya itu akhirnya keluar dari mobilnya. Dengan gaya khasnya, ia melepas kaca mata hitamnya.

'Cih! Sok keren!' kesal Mello dalam hati.

"Oy, Near! Sini!" panggil Matt teriak-teriak. Near yang dipanggil langsung menuju ke arah mereka.

"Halo, Matt!" sapa Near, pura-pura tak melihat Mello.

"Jalan ke kelas bareng, yuk!" ajak Matt menarik tangan Near. Meninggalkan Mello yang kesal dicuekin.

.

"Baiklah. Pelajaran sampai hari ini. Selamat pagi!" kata sang dosen lalu berjalan keluar ruangan.

"Ih, Mello. Masih marah ama yang tadi?" tanya Matt sambil membereskan bukunya.

"Huh!" cuek Mello yang pergi meninggalkan Matt.

"Mello! Matt!" panggil seseorang dari belakang. Mello menghentikan langkahnya dan melirik sosok yang ia benci. Matt melihat orang yang memanggilnya dengan tampang bingung.

"Ada apa, Near?" tanya Matt.

"Akan ada olimpiade SMA tingkat nasional. Jadi..."

"Jadi kau mau kita menyamar menjadi anak SMA yang baru lulus? Ha.. Ha.. Lucu sekali," kata Mello dengan tawa mengejek.

"Kita kan memang anak SMA yang baru lulus," kata Matt santai. Aura jadi panas. Orang-orang yang masih ada di kelas langsung ngacir keluar.

"Tolong biarkan saya menyelesaikan kalimat terakhir!" kata Near membenarkan kaca mata yang ia pakai. Bukan kaca mata hitam. Sepertinya kaca mata untuk rabun jauh.

"Oh, maaf. Lanjutkan!" kata Matt bergaya SBY.

"Olimpiade matematika yang diselenggarakan di Harvard ini. Jadi..."

"Jangan! Aku tak mau ikut campur masalah olimpiade di Harvard. Aku masuk sini aja setengah mati," kata Mello memotong ucapan Near.

"Sudah ku bilang, cari saja fakultas yang tak ada hitung-hitungannya," kata Matt.

"Terserahku mau ke mana saja," kata Mello.

"Kau mau mengikutiku, ya?" tanya Matt. Wajah Mello memerah. Entah marah atau malu. Mungkin satu paket karena paketan lebih murah dari pada eceran.

"Kalian mau sebuah dua buah tomat di wajah kalian?" tanya Near yang kesal omongannya terpotong terus.

"Maaf," kata Matt.

"SMA kita meminta kita bertiga untuk membimbing murid yang ikut olimpiade ini. Kalian bisa?" tanya Near.

"Begitu, ya?" kata Mello ngga semangat.

"Kapan, Near?" tanya Matt.

"Bimbingan yang pertama nanti sore. Dibayar kok," kata Near.

"Benarkah?" tanya Mello semangat. Di kepalanya sudah penuh dengan cokelat dan cokelat. Padahal kalo mau cokelat, dia bisa beli sendiri atau ngancem Matt.

"Wah, nanti aku tak bisa. Maaf. Aku harus membawa anjingku ke dokter. Kemarin dia muntah-muntah," kata Matt yang malah curhat.

"Kau bisa, Mello?" tanya Near sambil membenarkan kaca matanya.

"Hmm. Bisa, sih," kata Mello.

"Datanglah nanti ke SMA jam dua siang!" kata Near yang berjalan melewati Mello.

"Near, aku ngikut di mobilmu boleh ngga?" tanya Matt pada Near yang hampir sampai di pintu.

"Mobilmu kenapa?" tanya Near berbalik.

"Ah, rusak. Sedang diperbaiki," kata Matt menggaruk kepalanya.

"Boleh," kata Near.

"Horeee~" girang Matt.

'Matt kurang ajar!' batin Mello kesal.

.

"Kau terlambat, Mello!" kata Near di depan kelas XI IPA 2 yang memegang beberapa buku dan kertas sambil membenarkan kaca matanya.

"Hah?" tanya Mello bingung, berjalan dengan santai mendekati Near sambil memasukkan tangan ke saku celana.

"Terlambat. Apa perlu aku carikan artinya di Kamus Besar Bahasa Inggris?" tanya Near.

"Hei, bukankah janjinya jam dua? Ini baru jam setengah dua," kata Mello melihat jamnya.

"Jam setengah tiga tau!" protes Near memperlihatkan jam tangannya. Mello sweatdrop.

"Gini jadinya orang jenius kebanyakan mikir. Masa jam setengah dua dibilang setengah tiga?" kata Mello.

"?" bingung Near.

"Beli jam yang bener dong. Itu jamnya cuma ada angka 12, 3, 6, ama 9 doang. Angka yang lain ga ada. Jadi ga jelas antara angka satu dan dua," jelas Mello.

"Oh, maaf, Mello. Pantas saja murid-muridnya belum datang," kata Near datar sambil melihat jamnya.

'Cih! Saat minta maaf pun ekspresinya kayak gitu,' bete Mello dalam hati. Near masuk ke kelas XI IPA 2 yang sudah sepi, diikuti Mello. Near duduk di mana biasanya guru yang mengajar mendudukinya.

"Kertas apaan tuh, Near?" tanya Mello yang berdiri di sebelah Near dan menunjuk kertas yang tadi dibawa Near. Near memberikan selembar pada Mello. Ternyata foto copy-an. Mello mengerutkan dahinya melihat kertas itu.

"A... Apaan nih, Near?" ulang Mello.

"Saya mau menguji kemampuan anak-anak yang akan ikut olimpiade," kata Near.

"Ini sih lebih parah dari SNMPTN," kata Mello.

"Engga. Ini kan materi SMA," kata Near.

"Tapi pengembangannya jauh banget. Gue aja ngga bisa," kata Mello jujur.

"Ngga bisa? Anak Harvard bilang ngga bisa untuk materi SMA?" tanya Near ga percaya.

"Eh, enak aja. Gue bisa!" kata Mello.

"Oh, gitu," kata Near mengalihkan pandangan pada buku-buku di atas meja.

"Lu ngga percaya?" tanya Mello.

"Sudahlah, lupakan. Aku tahu kalau kau yang jenius hukum disuruh masuk fakultas teknik dan ilmu pengetahuan terapan pasti sulit," kata Near.

"Gue buktiin! Gue bisa! Gue kerjain sekarang!" kata Mello mengambil tempat duduk di bangku siswa depan.

"Mell, ngga perlu. Ngga perlu ampe kaya git..."

"Diem lu! Gue kerjain dalam waktu setengah jam sebelum mereka dateng!" kata Mello berapi-api.

.

Lima belas menit kemudian.

'Astaga. Nih kenapa mentok di sini?' batin Mello berkeringat.

"Mell, sini. Soal yang ini gima..."

"Diem ah, lu!" bentak Mello. Near gagal.

"Mell, udahan aja. Gue mau bahas materi yang nanti..."

"Nanti kalo keringet gue udah satu liter lu boleh ngomong ama gue!" kata Mello.

.

Satu liter keringat Mello kemudian.

"Mell, lima menit lagi jam dua," kata Near.

"Biarin!" kata Mello.

"Permisi, Kak!" kata seseorang yang diikuti temannya memasuki ruangan.

"Kelasnya kan jam dua," kata Near.

"Lebih awal lima menit kan tak apa-apa," kata temannya sambil nyengir. Mereka mengambil tempat duduk di dekat Mello, di sebelahnya.

"Kakak rambut blonde ngapain?" tanyanya. Near berdiri dari tempat duduk dan mengambil kertas Mello.

"Tidak apa-apa," kata Near tersenyum pada murid yang bertanya.

"Near!"

"Mello! Sebelum kesabaranku habis! Duduk di sana!" kata Near menunjuk tempat duduknya tadi. Mello mendengus tapi menurutinya.

.

"Baiklah. Terima kasih. Bimbingan kedua tiga hari lagi, ya! Semoga kalian berhasil. Selamat sore!" kata Near mengakhiri pelajaran dan berjalan keluar.

"Near! Kok dibayar cuma $5?" tanya Mello ngeliatin duitnya.

"Aku kan bilang dibayar, bukan dibayar mahal," kata Near santai.

"Mending aku jadi tentor di…"

"Berisik! Aku traktir makan kue…"

"Sepuasnya?" potong Mello pada Near yang telah memotong kata-katanya. Mata Mello bersinar.

"Satu porsi," lanjut Near.

"Sama aja!" keluh Mello.

"Iya, sepuasnya," kata Near yang masih tenang.

.

Raut wajah Near yang tadinya tenang berubah drastis. Tergambar bahwa dia menyesal mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak ia katakan.

"Satu loyang lagi!" kata Mello angkat-angkat telunjuknya. Pelanggan yang lain melihat ke arah Mello kagum. Udah puluhan loyang numpuk di meja Mello, siapa yang ngga kagum? Near yang memegang cappuccino-nya bergetar. 'Setan apa nih?' pikir Near.

"Mell, saya ada tugas. Kalau mau makan, cepat sedikit!" kata Near takut kalo nanti dirinya yang 'dimakan'.

"Berihik! (Berisik!)" bentak Mello muncrat-muncrat. Kini Near menyesali lagi perbuatannya yang mengajak bicara Mello yang sedang makan.

KREETT!

Seorang lelaki berjas membuka pintu dan memasuki café tempat Near dan Mello berteduh nyari AC dan ngabisin uang Near. Entah sengaja atau tidak, lelaki itu berjalan melewati Mello dan menginjak kakinya. Mello yang kaget. Sukur makanannya ngga dimuncratin ke Near. Mello menatap lelaki itu emosi. Siapa lelaki itu?

To Be Continued

Maaf, karena waktu saya untuk ngetik sedikit (sok sibuk), jadi saya buat TBC dibagian itu. Hahahaha. Tunggu aja, apa imajinasinya AnnaYuki-san. Siapa cowo itu? Hohohoho. Review plis. Flame no problem..XD Tolong kalo ada yang salah ketikannya.