NO REASON
A BLEACH Fanfiction
Written By Hatsune Julie
"Celebration of IchiRuki Day"
Disclaimer : BLEACH © Tite Kubo
Warning : OOC, Alur yang aneh, plot yang aneh, kegajean tingkat wahid, AU, dst, dst, dst.
Tak ada kata untuk mengungkapkan kebahagiaan
Tak ada kata untuk mengungkapkan kesedihan
Tak ada kata untuk mengungkapkan perasaan, apapun bentuknya, terutama bila itu adalah sebuah perasaan yang bernama cinta.
Aku berjalan menyusuri jalanan yang sepi, matahari yang bersinar terik dan cuaca yang panas memang membuat orang enggan melangkahkan kaki keluar rumah. Tapi, perkecualian untukku. Si bodoh Renji itu dengan kebodohannya yang luar biasa baru saja merusak tugas praktekku, membuatku harus berjalan sepanjang kurang lebih 1 km untuk membeli kebutuhan perbaikan tugas tersebut.
Duk,
Tidak sengaja, tubuhku bertabrakan dengan bahu seseorang, seorang perempuan tepatnya. Gadis itu, saking lunglainya, membuatnya berputar 180 derajat, membuatku dapat menatap wajahnya yang berderai airmata.
Dia,… menangis.
Dia, Kuchiki Rukia namanya. Rukia adalah salah seorang teman sekelasku. Sifatnya pendiam dan tertutup, bahkan di kelas dia sering menyendiri di pojok kelas sambil mendengarkan i-pod dan membaca buku, dengan kata lain, terutup. Dan aku berani bersumpah, ini adalah kali pertama aku melihat sebuah ekspresi di wajahnya yang cantik itu.
"Hei, kau baik-baik saja?" tanyaku sambil meraih bahunya.
Dia menepis tanganku. "Lepaskan!" serunya. Suara sesenggukan tak sengaja terlepas dari bibirnya yang bergetar menahan tangis yang sudah terlanjur pecah.
Awalnya aku terbelalak kaget mendapati responnya. Tapi ketika aku sudah dapat menguasai emosi, aku menghela nafas kemudian menggaruk-garuk rambutku yang tidak gatal, pose berpikir andalanku. Setelah berpikir sebentar, aku merogoh kantong saku celana jeans-ku dan mengeluarkan sebuah sapu tangan dari sana, untuk kemudian kuberikan pada Rukia.
"Aku hanya bisa melakukan ini untukmu," kataku sambil mengulurkan sapu tangan. "Aku tahu benar, dan sangat mengerti, kalau tak ada kata yang sanggup menggambarkan kesedihan. Tapi, jangan sampai kau terhanyut di dalamnya. Itu, akan membuatmu semakin menderita," nasihatku.
Yaaaahh,… kalimat itu berdasarkan pengalaman pribadi. Walaupun mungkin masalahku dan Rukia berbeda, tapi toh sama-sama menorehkan kesedihan. Sama saja.
Dengan ragu-ragu Rukia meraih sapu tangan yang kusodorkan kemudian menyeka airmatanya sedikit demi sedikit. Aku menahan senyum ketika dia mengeluarkan ingusnya, suaranya itu lho!
"Terima kasih," ujar Rukia pelan dari balik sapu tangan yang sedang menutupi sebagian besar wajahnya yang memerah. "Terima kasih," ulangnya sambil semakin menenggelamkan wajahnya pada sapu tangan.
Aku tersenyum tipis melihatnya. "Ah!" aku tersentak, tiba-tiba saja teringat akan tugas praktekku yang hancur berantakan. "Maaf ya Rukia, aku harus pergi sekarang. Mata aimashou!" ujarku sambil berlari menjauh dan melambaikan tangan.
Kulihat dari sudut mataku, Rukia tersenyum. "Mata aimashou, Ichigo," ujarnya lirih. Kemudian dia sendiri juga berbalik dan melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda karena bertabrakan denganku tadi. Dalam hati aku bersyukur tangisnya sudah berhenti.
NORMAL POV
Teng,… Teng,… Teng,…
Suara bel berbunyi nyaring, nyaris bergema di antara dinding-dinding bercat putih Karakura High School. Sebuah suara yang menandakan waktu untuk memulai pelajaran pertama pada hari pertama masuk sekolah setelah liburan musim panas yang panjang dan melelahkan.
"Ishida! Pak Kyoraku kemana ini? Kok belum muncul juga?" tanya Hitsugaya pada Ishida, wakil ketua kelas.
Ishida menaikkan kacamatanya dengan jari telunjuk, mungkin dia berniat bergaya cool. "Kau kan ketua kelas, Hitsugaya-kun, kenapa tidak kau cari dia di ruang guru? Ataukah ketua kelas harus diganti karena tidak kebecusanmu ini?"
Ara~, Hitsugaya yang memang gampang terprovokasi itu langsung keluar dari kelas dengan langkah menghentak-hentak dan raut wajah ditekuk, tak lupa dia meninggalkan debam pintu yang, sungguh, menyakitkan telinga ketika menutup pintu kelas.
Yup, jam pertama pada hari pertama ini guru kesenian, Kyoraku-sensei, yang mengajar di kelas 2-1 datang terlambat. Jam pertama bisa dikatakan kosong. Rukia yang sedari tadi sibuk bermain dengan rubix kini meletakkan mainan tersebut dan berdiri dari kursinya, kemudian berjalan ke arah tempat duduk Ichigo.
Semua terdiam dan membeku ketika Rukia menyebutkan nama Ichigo. Sungguh, ini adalah kali pertama mereka semua mendengar suara Rukia. Mereka semakin tercengang ketika Rukia membungkukkan badan ke arah Ichigo sambil menggumamkan 'terima kasih'. Tapi, mereka semua tidak tahu betapa merah wajah Rukia dan betapa malu perasaannya.
Pada dasarnya sifat Rukia adalah pemalu, ditambah kecuekan tingkat akut, membuatnya sulit bersosialisasi dan lebih memilih menyendiri. Tapi, khusus hari ini dia membiarkan dirinya bertindak di luar kebiasaan tersebut. Dia, Kuchiki Rukia, setidaknya harus berterima kasih atas kebaikan hati Kurosaki Ichigo tempo hari, dan harus mengembalikan sapu tangan milik Ichigo secepatnya, yang artinya saat ini juga.
"Ini, sapu tanganmu. Aku benar-benar berterima-kasih," ujar Rukia sambil menegakkan tubuhnya dan menyodorkan sebuah sapu tangan putih polos. "Maaf kalau sudah menyusahkanmu tempo hari, Ichigo."
"Waaaahhh,.. ada hubungan apa antara Kurosaki dan Kuchiki?" Inoue tiba-tiba histeris. "Aku saja tidak pernah berani memanggil Kurosaki dengan nama kecil." Bukan rahasia lagi kalau dia menyukai Ichigo, mungkin hanya Ichigo dan Rukia yang tidak menyadarinya gara-gara kecuekan mereka itu. "Kuchiki-san, kau pacaran dengan Kurosaki-kun?" tanya Inoue, yang tiba-tiba sudah berada di depan Rukia.
"Eh?" wajah Rukia memerah dengan kecepatan yang luar biasa. "Ti-,"
"TIDAK!"
Baru saja Rukia mau menyangkal, tapi Ichigo memotong penyangkalan tersebut dengan penyangkalan yang sama, dengan suara yang lebih keras dan lantang.
"Aku dan Rukia hanya teman, mengerti?" ujar Ichigo pada Inoue, dengan penekanan yang menakutkan. Sampai-sampai Tatsuki membelalak saking kagetnya.
Bisik-bisik gosip pun langsung menyebar ketika bel istirahat siang berbunyi.
.
"Apa yang kau lakukan disini? Tidak dingin?" tanya Rukia pada Ichigo yang berbaring santai di atap sekolah berbantalkan kedua lengannya.
Mata hazel Ichigo langsung terpancang pada wajah cantik Rukia yang tiba-tiba muncul dan menutupi background langit yang sedari tadi dipandanginya. "Aku sedang tiduran, memangnya kau tidak lihat?" tanya Ichigo balik.
Rukia tertawa kecil. "Kepribadianmu beda sekali ya," ujarnya sambil merapikan rambutnya yang tertiup angin musim gugur.
"Imagemu juga beda sekali dengan yang kami duga. Kau cengeng, pemalu, dan,.. pokoknya tak seperti yang kami duga sebelumnya," balas Ichigo.
Keheningan mulai merebak ketika Rukia tidak membalas perkataan Ichigo.
"Kau tidak kedinginan, Rukia?" tanya Ichigo membuyarkan keheningan yang hanya diisi desau angin.
"Dingin sih, tapi tak masalah kok," jawab Rukia. "Kau sendiri? Kau kan belum menjawab pertanyaanku."
"Sama saja," jawab Ichigo dengan nada cuek.
Lagi-lagi Rukia tertawa.
"Eh, kau tidak risih dengan gosip yang beredar di antara anak-anak?" tanya Rukia. "Padahal sudah satu bulan, kenapa belum reda juga ya gosipnya?"
Sudah sebulan lamanya sejak hari pertama masuk sekolah. Desas-desus tentang hubungan Ichigo-Rukia pun semakin merebak, gosip tentang mereka bukannya mereda malah semakin menghangat. Tapi, sekali lagi terima kasih pada kecuekan Ichigo dan Rukia, mereka sama sekali tidak peduli.
"Tumben kau peduli. Bukannya kau orang yang cuek?" tanya Ichigo.
Kali ini terima kasih pada gosip tersebut, dan Inoue sebagai awal mula gosip. Berkat itu mereka berdua, Ichigo dan Rukia, semakin dekat. Mereka berdua sering bertemu di atap sekolah ketika menghindari kejaran para penggosip dan berondongan pertanyaan mereka. Yang paling gigih adah Chizuru dan Keigo, mereka cukup serasi lho!
Rukia menggeleng menanggapi pertanyaan Ichigo. "Entahlah. Dan entah kenapa aku ingin segera mengakhiri gosip menyebalkan ini," jawab Rukia meragukan.
"Bagaimana kalau kita pacaran?" tanya Rukia dan Ichigo bersamaan setelah keheningan merebak cukup lama diantara mereka.
T B C
