FIRST : MEET YOU AGAIN

Enam tahun berlalu dan sampai saat ini rumah tangga Chanyeol dan Kyungsoo baik-baik saja, tetapi ada yang salah dengan Kyungsoo. Chanyeol tahu apa yang dirasakan oleh lelaki manis itu, bahkan sampai sekarang Kyungsoo menjadi sosok yang tak Chanyeol kenal sama sekali.

Kyungsoo hanya mengurung diri di kamarnya dengan wajah pucat dan air mata yang tak kunjung mereda, tubuhnya kian kurus karena dia selalu menolak untuk makan.

Semua ini diawali kejadian dua tahun yang lalu, Kyungsoo mengandung namun tak lama kemudian saat kehamilannya masuk bulan ke-4, ia keguguran dan untuk yang ketiga kalinya pun ia juga mengalami keguguran.

Dan baru lima bulan yang lalu-lah, di mana Kyungsoo bisa mengandung hingga mencapai tahap delapan bulan malah terjatuh dari tangga yang harus membuat lelaki manis itu keguguran untuk yang keempat kalinya dan yang paling menyakitkan adalah saat mengetahui rahimnya harus diangkat karena kecelakaan tersebut membuat rahimnya yang selama ini dibanggakannya hancur total.

Kyungsoo tidak bisa menerimanya sampai saat ini, dia terus menyalahkan dirinya sendiri dan tak berhenti menangis.

Chanyeol sendiri sangat terpukul melihat keadaan lelaki manisnya seperti ini. Apa mungkin semua ini adalah karma dari Tuhan untuk Kyungsoo atau malah untuknya?

"Kyung, kita bisa mengangkat anak, huh? Kumohon jangan menangis," lirih Chanyeol sembari menghapus air mata Kyungsoo.

Kyungsoo memeluk Chanyeol dan menangis keras di dada Chanyeol, menumpahkan segala kemarahan atas dirinya dan semua kesedihan mendalam yang ia rasakan.

"Ayah dan Ibumu sangat menginginkan anak darimu, Yeol! Sementara itu, aku tidak akan pernah bisa memberikan mereka cucu!" histeris Kyungsoo membuat Chanyeol tak dapat lagi menampung semua air mata.

Dia tahu ini akan sulit, apalagi kedua orang tuanya juga belum tahu kalau ternyata rahim Kyungsoo telah diangkat.

Yang mereka tahu, Kyungsoo hanyalah keguguran dan bisa mengandung lagi seperti sebelumnya.

Chanyeol mengelus surai hitam Kyungsoo dan mengecupnya beberapa kali seolah memberikan sebagian ketenangan untuk lelaki manis itu.

Kyungsoo menangis dan terus menangis hingga dia merasa kantuk melanda dirinya, lalu Kyungsoo pun tertidur dengan jejak-jejak air mata di kedua pipinya.

Dengan telaten, Chanyeol membenarkan posisi tidur Kyungsoo, kemudian menutupi tubuh mungil itu dengan selimut tebal mereka.

Chanyeol mendudukan dirinya di pinggir ranjang, sebelah tangannya mengelus lembut poni Kyungsoo yang memanjang hingga hampir menyentuh alis matanya dengan air mata yang tak lekang sedari tadi.

Tetapi, ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya jika melihat Kyungsoo tertidur begitu lelap seperti sekarang ini.

Sebuah bayang-bayang dari lelaki cantik di masa lalunya kembali hadir dan menghantuinya dengan rasa bersalah yang masih ada sampai saat ini, meskipun Chanyeol sudah meninggalkannya lama sekali.

Saat di pernikahannya dengan Kyungsoo, Baekhyun tidak menghadirinya dan mendadak hilang bak ditelan bumi.

Chanyeol tak ada lagi mendengar ataupun melihat berita tentang Baekhyun.

Tetapi, bukannya tenang karena tak ada lagi yang membuatnya ragu, Chanyeol malah semakin dihantui bayangan Baekhyun di dalam hidupnya.

Untuk sekarang, dia masih fokus pada Kyungsoo yang masih dilanda kesedihan tak berakhir.

Akan terasa sulit untuk Kyungsoo bila kedua orang tuanya tahu bahwa lelaki manis itu tidak lagi bisa mengandung, ia bisa saja diperlakukan seperti apa yang Baekhyun dulu rasakan karena tidak bisa memberikan mereka cucu.

Chanyeol tidak ingin mengulangi kesalahannya untuk kedua kalinya, cukup sekali ia menyakiti hati seseorang yang sangat dia cintai sampai saat ini.

Terakhir sebelum meninggalkan Kyungsoo, Chanyeol terlebih dahulu mengecup bibir merah muda itu sekilas.

-o0o-

Di tempat lain, tepatnya di New York City, di mana seluruh orang berlalu-lalang dengan kesibukan masing-masing yang mereka miliki. Kita akan lebih fokus di salah satu lokasi yaitu di depan sebuah Sekolah Taman Kanak-kanak dengan bangunan besar.

Terlihat sekali sekolah itu untuk anak-anak elit.

Seorang lelaki tampan dengan kulit putih pucat dan mata sipit khas orang Asia itu tengah celangak-celinguk ke sana kemari untuk mencari anaknya yang bisa saja berada di antara gerombolan anak kecil yang baru saja keluar dari pagar sekolah.

Senyumannya terkembang tatkala melihat anaknya yang sedang dia cari sedari tadi.

"Jackson!"

"Daddy!"

Anak berambut pirang bermata besar itu segera berlari ke arahnya, lelaki tampan itu segera menggendongnya tatkala anaknya yang bernama 'Jackson' itu berada dalam pelukkannya.

"How was your school today, Baby?" tanya lelaki tampan itu pada anaknya yang membalasnya dengan rengutan yang menggemaskan.

"It's boring, Dad!" sahut Jackson dengan bahasa inggrisnya. Jackson ini anak yang pintar dan IQ-nya pun berada di atas rata-rata, dia telah menguasai bahasa Inggris dan Korea sekaligus tanpa adanya kesulitan sama sekali dan itu otodidak.

Yup, faktor pertama dia bisa menguasai bahasa inggris karena kota ini tempatnya tinggal dan dilahirkan dan faktor pertama dia bisa menguasai bahasa Korea adalah karena kedua orang tuanya orang Korea, jadi saat di rumah kedua orang tuanya itu akan berbicara dengan bahasa Korea.

"Wah, Anak Daddy pintar sekali menjawabnya," kata Sehun, nama lelaki tampan itu, dengan menggunakan bahasa Korea, lalu kemudian mencium pipi gempal Jackson dengan gemas.

Sebenarnya, nama asli Jackson ini adalah Park Sehyun, namun entah mengapa suaminya teringat pada mendiang Michael Jackson sehabis bangun dari operasi dan malah memanggil anaknya itu dengan Jackson pula.

Jika diperhatikan dengan saksama, sama sekali tidak ada kemiripan di wajah Jackson dan Sehun.

Mata besar itu, sangat berbeda dengan Sehun dan juga papa-nya yang sama-sama sipit. Sampai pernah, kalau bukan hidung mungilnya yang mengikut dari papa-nya, Jackson berpikir kalau dia bukanlah anak Daddy dan Papa-nya.

Jackson cukup pintar untuk dapat membandingkan wajah mereka.

"Tentu saja karena Jackson adalah anak Daddy!" seru Jackson dengan sangat ceria, ia tersenyum sampai memperlihatkan deretan gigi susunya yang tersusun rapi. Sehun yang melihat senyuman Jackson tiba-tiba saja teringat seseorang di benaknya.

"Baiklah, anak Daddy, sekarang mari kita pulang," ucap Sehun dibuat-buat lucu sampai membuat Jackson tertawa digendongannya dan meminta diturunkan, namun Sehun tetap menggendongnya hingga mendudukan dirinya di jok depan, tepat di samping jok supir.

Mobil sedan Sehun mulai melaju di jalanan dengan kecepatan normal sambil melihat anaknya yang sedang bermain ponsel milik Sehun, game yang dimainkan Jackson pun tak kalah dengan game yang sedang tren dimainkan saat ini, Clash of Clans atau Let's Get Rich.

Hebat sekali anak berumur lima tahun telah memainkan game strategi seperti itu dan biasanya Jackson tak akan mau berhenti bila baterai ponsel milik Daddy atau Papa-nya belum habis. Tetapi, sepertinya hari ini sedikit berbeda, Jackson mematikan ponsel Sehun dan mengembalikannya pada sang empu.

"Daddy...," panggil Jackson dengan manja, sedangkan Sehun hanya menjawabnya dengan gumaman yang mengandung suara tanya.

"I want to eat ice cream," cicit Jackson sambil mengerucutkan bibirnya imut, tak lupa mengeluarkan jurus mata anak anjingnya agar Daddy-nya itu mau membelikannya es krim.

"Tapi, Papa akan marah kalau tahu Jackson makan es krim, sedangkan Jackson sendiri belum sembuh dari flu dan sekarang pun adalah musim dingin, benar, 'kan?" sahut Sehun yang malah membuat Jackson kesal dan memalingkan wajahnya ke luar jendela mobil.

Dia tengah merajuk pada Daddy-nya saat ini agar Daddy-nya itu mau membelikannya es krim.

"Daddy tidak menyayangi Jackson!" tuduh Jackson berusaha membuat Sehun merasa bersalah padanya dan akhirnya mau membelikannya es krim dengan rasa pisang kesukaannya. Sebuah kesukaan yang juga mengingatkan Sehun pada seseorang.

"Baiklah, tapi hanya satu cup saja, oke?" peringat Sehun yang langsung saja mendapat anggukan semangat dari anaknya itu. Kemudian, sebelah tangan Sehun terulur untuk mengusak surai kepirangan Jackson dengan senyumannya yang sangat tampan.

-o0o-

"Papa!" Jackson berlari ke dalam rumah besar mereka sambil masuk ke dapur yang bersekat dengan ruang makan.

Di sana terlihat punggung seorang lelaki berambut cukup panjang hingga hampir menyentuh bahunya, ia mengenakan sebuah apron berwarna kuning yang selaras dengan baju yang lelaki itu kenakan.

Lelaki cantik itu meninggalkan pekerjaannya dan menghampiri Jackson yang minta dipeluk, beginilah rutinitas mereka, karena Jackson sangat senang dicium dan dipeluk oleh Daddy dan Papa-nya.

"Mana Daddy?" tanya lelaki cantik bermata sabit itu sambil mengusak surai kepirangan Jackon yang tadinya juga diusak oleh Sehun. Jackson saja sampai heran kenapa kedua orang tuanya itu senang sekali menghancurkan surainya yang sudah ia tata sendiri dengan rapi.

"Daddy masih diluar, Pa," jawab Jackson sambil memperlihatkan cengirannya hingga menampakkan giginya yang sedikit kecokelatan. Jackson bisa berbicara dengan lancar tanpa adanya satu huruf yang cadel, ah dia memang anak yang sempurna.

"Hai!" sapa Sehun yang sudah berdiri di ambang antara ruang makan dan dapur, ia tersenyum begitu lebar hingga membuat matanya juga ikut tersenyum.

Baekhyun, nama lelaki cantik pemilik mata sabit dengan iris mata cokelat tua yang untuk pertama kalinya mampu membuat hati Sehun bergetar hebat dan sampai saat ini mata itu masih membuat jantungnya berdetak tak keruan.

Sehun mencintai lelaki cantik yang telah menjadi suaminya ini, suaminya yang cantik dan begitu menakjubkan.

Sehun sangat mencintai Baekhyun dan Jackson, dia bersumpah akan membahagiakan lelaki cantik dan anaknya yang tampan itu meskipun sebenarnya Jackson bukanlah anak kandungnya.

Dan, Jackson sama sekali tidak tahu bahwa sebenarnya dia memang bukan anak Sehun, tetapi Sehun selalu menyakinkannya bahwa dialah Daddy Jackon, Daddy hebat yang selama ini menyayanginya, juga mencintai Papanya.

"Itu Daddy!" seru Jackson sembari bertepuk tangan untuk menunjukan antusias dirinya.

"Sebentar, unjukkan gigimu!" perintah Baekhyun yang melihat gigi anaknya itu ada bekas-bekas cokelat. Jackson yang memang anak penurut pun mengikuti perintah orang yang sudah melahirkannya itu.

"Sehun...," panggil Baekhyun terlihat kesal. Sehun meneguk ludahnya susah payah, huh dia sudah dapat memprediksi kalau suaminya itu akan memarahinya.

"Ya, Sayang?" sahut Sehun sedikit tergagap, kalau suami cantiknya itu sudah marah, bisa jadi semua sudut rumah ini akan mendengarkan high notenya.

"Kau tahu kan ini musim dingin?" tanya Baekhyun masih bersikap tenang, namun suaranya seperti menyudutkan Sehun.

"Ya," jawab Sehun lalu menggaruk tengkuknya yang tak gatal sama sekali. Baekhyun menatapnya tajam, saking tajamnya sampai-sampai membuat Sehun salah tingkah sendiri.

"Yak, berhentilah memandangku sep--"

DRT... DRT... DRT...

Ponsel Sehun tiba-tiba saja bergetar dari dalam saku celananya, membuatnya menghentikan kalimatnya.

"Sebentar," kata Sehun seraya menjauh dari sana untuk mengangkat panggilan teleponnya.

Baekhyun merapikan surai kepirangan anaknya itu sambil menatap wajah tampan Jackson. Baekhyun benar-benar seperti melihat sosok, Chanyeol, mantan suaminya di wajah Jackson. Bahkan perilaku, kesukaan, marga sekalipun menyerupai Chanyeol.

Sebuah kebetulan yang membuat semua orang berpikir aneh, tetapi itulah yang terjadi.

Yup! Sehun mempunyai marga yang sama dengan Chanyeol. Park Sehun, itulah nama lengkap Sehun. Dan selama enam tahun belakangan ini pun Baekhyun belum pernah bertemu dengan ibu dan ayah mertuanya.

"Park Sehyun," lirih Baekhyun seraya tersenyum tipis. Ada rasa senang yang menjalari hatinya ketika anaknya ini malah mendapatkan marga yang sama seperti Daddy kandungnya.

Dan selama ini pula, Baekhyun tak mau membuka suaranya kepada Sehun tentang siapa ayah kandung dari Jackson, meskipun Sehun sudah bertanya padanya berkali-kali. Baekhyun hanya ingin agar dia dapat melupakan Chanyeol secepatnya dan ia ingin pikiran tentang Chanyeol benar-benar hilang dari pikirannya.

Sehun mendekat ke arah mereka dengan senyuman tersembunyi. Baekhyun pun menggendong Jackson, sedangkan anak itu melingkarkan kedua tangan kecilnya di leher sang Papa.

"Baek," panggil Sehun tak bisa menyembunyikan senyuman lebarnya.

Baekhyun mengerut bingung, "Ada apa?"

"Masukkan baju kalian ke koper semua, karena tiga hari lagi kita akan kembali ke Seoul, Sayang."

Baekhyun terdiam, bahkan wajahnya menunjukkan keterkejutan dan kekhawatiran yang begitu besar. Sehun saja sampai terkejut dengan reaksi Baekhyun yang jauh dari luar dugaannya.

Ekspektasi Sehun pada Baekhyun; Baekhyun akan senang untuk kembali ke tanah air mereka dan Baekhyun pun bisa bertemu langsung dengan kedua orang tua Sehun. Tetapi, ternyata itu semua bertolak belakang.

"Kenapa, Baek? Kau tidak suka?" tanya Sehun semakin khawatir pada ekspresi Baekhyun yang tetap sama.

Baekhyun seakan tersadar atas keterkejutannya, tiba-tiba saja dia kehilangan kata-kata untuk menyahuti Sehun.

"Tidak, aku suka sekali, a-aku hanya gugup." Baekhyun berusaha membuat alasan apapun yang bisa diterima oleh akal.

Sehun mengerut, "Untuk apa kau merasa gugup?"

"Aku belum pernah bertemu ibu dan ayahmu ketika kita menikah, tetapi sekarang kita akan mendatangi mereka dan itu membuatku sedikit gugup," pungkas Baekhyun berusaha menunjukkan senyumannya, meskipun itu terasa begitu sulit untuk Baekhyun.

Dia akan kembali ke Seoul dan jangan harap Baekhyun akan bisa melupakan kenangannya bersama Chanyeol jika ia kembali ke Seoul. Baekhyun juga tidak mau menyakiti hati Sehun karena masih mengingat mantan suaminya itu, dia tidak mau itu terjadi.

Baekhyun sudah berhutang nyawa pada Sehun karena saat dia akan benar-benar pergi dari dunia ini, Sehun-lah yang menyelamatkannya, juga menyelamatkan Jackson yang kala itu masih berada di dalam kandungannya.

Baekhyun ingin mengabdikan dirinya sepenuhnya kepada sang suami dan ia tidak ingin lagi mengingatnya, tetapi sekarang ia akan kembali lagi ke Seoul dan mengingat kenangan yang pernah dia dan Chanyeol lakukan.

Jujur saja, ini terasa sulit bagi Baekhyun. Bagaimana jika nanti dia akan bertemu lagi dengan Chanyeol dan manusia tidak berperasaan itu melihat Jackson?

Dia memikirkan segala skenario terburuk yang akan terjadi.

-o0o-

Hari ini keluarga besar Park tengah berkumpul di rumah bak istana milik Chanyeol ini. Mereka hanya ingin melihat sekaligus menghibur Kyungsoo yang keadaannya semakin memburuk.

"Chan, apa kau pikir Kyungsoo baik-baik saja? Dia seperti tak ada lagi gairah hidup," kata Nyonya Park yang semakin khawatir dengan keadaan menantunya.

Chanyeol menundukkan kepalanya, tak berani menjawab pertanyaan ibunya.

Jika dia bilang kalau Kyungsoo sudah tak bisa lagi mengandung, bisa saja ibu dan ayahnya malah menyuruhnya untuk meninggalkan Kyungsoo dan menikah lagi dengan lelaki atau wanita lain, kemudian menyakiti hati pemuda bertama burung hantu itu.

Cukup satu orang dicintainya yang sudah merasa tersakiti dulunya dan dia tidak ingin mengulanginya untuk kedua kalinya.

"Oh ya, Chan. Ayah mempunyai sebuah kabar baik untukmu," kata Tuan Park dengan wajah yang berubah menjadi semringah ketika kembali lagi ke ruangan keluarga setelah menelepon seseorang.

"Ada berita apa, Ayah?" Chanyeol berusaha bersikap seolah semuanya baik-baik saja, meskipun pada kenyataan hal tersebut malah terbalik.

"Adikmu, Sehun, akan pulang dengan anak dan suaminya!" seru Tuan Park yang tampak senang sekali menyebut 'anak' dalam seruannya tersebut, membuat hati Chanyeol sedikit berdenyut sakit.

"Sehun? Ah, sudah 5 tahun dia tak ada lagi menghubungiku, anak itu benar-benar..." geram Chanyeol dengan nada bercandanya.

Nyonya Park menggelengkan kepalanya melihat geraman itu. Sehun memang hanya sekali-kali saja menghubungi mereka. Mungkin dalam satu tahun, adik Chanyeol itu paling tidak hanya tiga kali saja. Itupun hanya bilang 'aku baik-baik saja, kalian tidak perlu khawatir.'

Sekali memberitahu kabar besar, Sehun hanya mengatakan kalau dia sudah menikah dengan seorang lelaki dan sudah mempunyai anak berumur 5 tahun. itupun, Sehun masih merahasikan siapa nama suami dan anaknya, untuk surprise katanya.

"Tiga hari lagi dia akan sampai bersama suami dan anaknya, mungkin akan tinggal bersama kalian terlebih dahulu," kata Tuan Park yang terlihat tak sabar lagi. Untuk pertama kalinya, Chanyeol melihat ibu dan ayahnya bahagia seperti itu.

Mereka tidak menyadari bahwa Kyungsoo menguping dari balik dinding dengan bibir bawah yang terkulum dan wajah muramnya. Dia sempat mendengar bagaimana antusiasnya kedua mertuanya untuk menyambut cucu pertama mereka dari adik suaminya.

-o0o-

Sehun mendorong trolly barangnya dengan badan tegap, wajah datar, dan kacamata hitam yang bertengger indah di hidung mancung lelaki tampan itu membuatnya tampak berkali lipat lebih tampan daripada sebelumnya. Sedangkan, Baekhyun sedang menggendong Jackson sambil mengiringi suaminya mendorong trolly barang.

Dia dan Jackson juga memakai kacamata hitam, seperti Sehun. Lihatlah, betapa indahnya keluarga mereka dengan jalan seperti menunjukan betapa berkelasnya mereka.

"Di mana kakakmu?" tanya Baekhyun yang sedari tadi sudah lelah berkeliling untuk mencari kakak dari suaminya itu.

"Bersabarlah, Sayang," kata Sehun, kemudian dia membuka kacamatanya dan memperhatikan sekitar. Mata sipitnya semakin menyipit tatkala matanya bertemu dengan seseorang yang tengah mengangkat sebuah papan nama dengan wajah lelahnya.

"Hyung!" panggil Sehun dengan kedua tangan melambai bersilangan.

Baekhyun melepaskan kacamatanya juga agar dapat melihat siapa yang dipanggil Sehun itu.

"Sehun!"

Orang itu mendekat ke arah mereka membuat Baekhyun terbelalak, begitupun dengan orang itu yang sama syoknya dengan Baekhyun.

Baekhyun merasakan lemas disekujur tubuhnya ketika mata mereka saling menatap.

Orang yang tak ingin ditemuinya lagi malah sekarang berada di depan matanya.

Ini adalah skenario takdir dari yang paling buruk dan yang terburuk di dalam sejarah hidupnya.

'Chanyeol...'

TBC

WKWKWKWK! Akhirnya aku publish di ffn juga.Happy Reading, Guys! Jangan sungkan memberikan kritik dan sarannya agar aku bisa lebih baik lagi dalam mengetik ceritanya...

TERIMA KASIH...