Boku no Hero Academia©Kōhei Horikoshi
Blood Lust©Shin Aoi
Todoroki Shōto×Midoriya Izuku
Warning(s) : Maybe kinda OOC. Typo(s), BL/Yaoi/Sho-ai. Vampire!Todoroki. Self beta. Tidak memenuhi kaidah bahasa Indonesia maupun EYD.
If you don't like this story, just click x button on your PC or Phone. Thanks.
Izuku menatap kursi kosong yang berada di samping Yaoyorozu dengan bingung. Pagi hari setelah malam yang ditandai dengan bulan purnama penuh, Todoroki selalu izin dari kelas mereka dengan berbagai alasan tidak masuk akal yang disampaikan oleh Aizawa-sensei. Selalu seperti itu sejak pertama kali tahun ajaran dimulai di Yuuei.
Mungkin alasan tersebut masih terdengar logis ditelinga siswa lain, namun tidak bagi Izuku. Ia sudah terlatih untuk menganalisa sesuatu hingga keakarnya dan kini menemukan kejanggalan pada alasan yang Aizawa-sensei utarakan hari ini.
Izuku terdiam. Ia harus menyelidiki hal ini dengan cepat. Ia tidak mau jika Todoroki, teman sekelasnya jatuh dalam kubangan masalah. Karena, ikut campur dalam urusan orang lain juga termasuk pekerjaan pahlawan dan sudah tugas sebagai seorang teman untuk saling membantu.
Izuku.. mungkin sesekali kau harus menuruti sebuah kalimat yang berbunyi 'rasa ingin tahu dapat membunuhmu'.
Hingga keesokan harinya, Izuku dapat melihat sosok Todoroki duduk dengan tenang di kursi miliknya. Saat Izuku tengah mengobrol dengan Mineta, sesekali biner kehijauannya mencuri pandangan kearah Todoroki dan mengamati kedua iris heterokromnya yang terlihat lelah.
Sekelebat cahaya kemerahan muncul di kedua iris si surai dwi warna dan menjadikan sepasang biner heterokromia itu berubah menjadi sewarna darah. Izuku tersentak dan segera memutuskan arah pandangnya yang sedari tadi masih terpaku kearah Todoroki.
Lelaki berhelai hijau tua itu kembali melanjutkan obrolan randomnya bersama Mineta. Mau bagaimanapun juga ia memiliki sisi keingintahuan yang sangat besar. Benaknya bertanya-tanya. Apakah yang baru saja ia lihat adalah kesalahan?
Bagaimana bisa warna mata Todoroki-kun menjadi merah? Apakah ia memakai lensa kontak? Tidak, tidak mungkin.
Sungguh jelas jika sebelumnya Izuku melihat kalau warna mata Todoroki masih normal dan berwarna abu-turqouise. Lalu kenapa bisa berubah menjadi berwarna merah dalam kedipan mata?
Setelah diadakan pertarungan singkat berkelompok di ground beta. Izuku pun segera melangkahkan kakinya menuju ruang ganti bersama yang lain.
Ia mengganti pakaian olahraga miliknya dengan seragam Yuuei. Untuk yang kesekian kalinya, netra kehijauannya melirik kearah punggung telanjang Todoroki yang nampak pucat. Sampai-sampai Izuku berfikir untuk mencoba menyentuh dan merasakan suhu tubuhnya.
Ia tidak menyadari jika sedari tadi biner abu melirik kearah dirinya waspada. Izuku menggeleng kecil dan kembali melanjutkan aktifitasnya untuk memakai dasi dan ikat pinggang.
Perlahan, murid lain yang berada di kamar ganti itu berangsur-angsur keluar. Izuku sengaja mengulur waktu hingga yang lain keluar dari ruang ganti itu terlebih dahulu dan menyisakan dirinya sendiri.
Izuku menatap kesekeliling ruang ganti itu dengan was-was dan perlahan langkah kakinya bergerak menuju kearah loker dengan papan nama yang bertuliskan marga 'Todoroki'.
Ia mengusap papan nama itu pelan. Iseng, ia pun mencoba menarik tuas pintu loker milik Todoroki dan voila. Lokernya terbuka dengan begitu mudah. Izuku berpikir betapa cerobohnya Todoroki karena tidak mengunci loker miliknya.
Ia bergumam pelan dan membuka perlahan loker itu. Iris kehijauannya membelalak dengan kening yang berkerut dalam. Hatinya bertanya-tanya.
"Mengapa ada sekantung jus delima di loker Todoroki-kun?"
Izuku menatap kantung jus itu lekat. Salah satu tangan terulur untuk mengambilnya. Lelaki bermahkotakan helai hijau tua itu terpaku melihat sebuah tulisan disana.
Ia melihat sebuah sticky notes berwarna biru dengan tulisan; teruntuk tuan muda Todoroki. Saya bawakan darah donor segar dari rumah sakit daerah pinggiran Tokyo dengan pendonor khusus tipe O kesukaan anda.
Netranya membelalak. Nyaris saja ia berteriak jika ia tidak dapat mengendalikan dirinya.
"I-i-ini.. d-d-darah? d-darah m-manusia?!"
Izuku terlalu terfokus dengan sekantung darah yang ia kira jus delima segar hingga dirinya tidak menyadari jika si pemilik loker sudah berada dibalik tubuhnya.
"Midoriya."
Hingga sebuah suara baritone serak menyapa telinga si hijau. Ia mematung dengan refleks berbalik kearah lelaki yang tengah membelakanginya. Tak lupa sekantung darah yang ia genggam disembunyikannya di balik punggung.
"T-T-Todoroki-k-kun?!"
Izuku menatap takut-takut kearah Todoroki yang menatapnya dingin tak berekspresi. Biner sewarna emerald terfokus begitu melihat bibir Todoroki yang sedikit terangkat, seolah ingin mengatakan sesuatu.
Pemuda dengan tubuh mungil itu berjalan mundur perlahan, aura sosok yang ia kenal di depannya terasa sungguh mengerikan. Ia merasa Todoroki tengah menekan dirinya hingga ia sanggup bertekuk lutut dibawahnya kapan saja.
"Apa yang kau lakukan didepan lokerku?"
Suara serak dan menggelitik telinga itu berdendang. Izuku mendadak lupa bernafas. Ia semakin memundurkan tubuhnya hingga menabrak loker pria didepannya dan membatasi pergerakan dirinya.
"Aku tidak suka mengulang pertanyaanku."
Samar-samar Izuku dapat melihat perubahan mata Todoroki. Biner heterokrom itu berubah menjadi semerah darah dalam kedipan mata. Hingga Izuku merasa ia harus memeriksakan kedua matanya ke optik. Katakan kalau matanya sudah rusak saat ini.
Bagaimana tidak rusak? Tidak mungkin 'kan gigi taring seorang manusia bisa memanjang dalam waktu sekejap?!
Dan itu terjadi secara langsung dihadapannya. Ia merekam kejadian itu dengan erat didalam kepalanya. Bagaimana kedua netra heterokrom class mate nya berubah menjadi merah darah hingga sepasang taring yang memanjang dengan tiba-tiba didalam mulutnya.
"Kau sudah melihatnya?"
Izuku tergugu. Ia menggumamkan kata-kata yang tidak berarti. Tubuhnya bergetar begitu melihat seringai Todoroki yang terbit di wajahnya menampilkan sepasang taring putih panjang.
"Kupastikan kau sudah melihatnya. Aku ketahuan eh?"
Sepasang biner kehijauan masih terbelakak, tremor yang menyerang tubuh Izuku semakin parah tatkala tubuh Todoroki perlahan menghimpit tubuhnya.
Sepasang bibir tipis mengeluarkan ultimatum beracun.
"Kau harum sekali, Midoriya."
Hidung bangirnya berusaha mengendus perpotongan leher Izuku. Jari-jari Todoroki terangkat menyentuh perpotongan leher yang menggoda dengan kuku-kuku tajamnya yang memanjang.
"T-T-Todoroki-kun..."
Izuku mencicit mencoba memberanikan diri untuk menatap sepasang netra heterokrom yang bertransformasi menjadi semerah darah.
"Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu tutup mulut?"
Todoroki menggoreskan kuku panjangnya di leher jenjang Izuku. Melakukannya dengan perlahan dan menciptakan suara erangan sakit dari si hijau bertubuh mungil disana.
"Aku sudah menahan diriku sejak lama untuk tidak mencicipi tubuhmu secara langsung."
"K-kau.. T-Todoroki-kun.. kau itu a-apa?"
Izuku berpikir jika kata 'siapa' bukanlah kata yang tepat untuk mendeskripsikan seorang Todoroki yang kini berada dihadapannya.
"Bukankah kau sudah bisa menebaknya? Aku adalah makhluk nokturnal penghisap darah yang memiliki sepasang taring tajam didalam mulutnya."
Izuku terbelalak. Ia berusaha untuk tidak mempercayai apa yang ada dihadapannya saat ini. Tetapi ia tidak bisa. Keadaan ini menjelaskan semuanya.
"V-vampir.. k-kau adalah v-vampir. B-bukan begitu, Todoroki-kun?"
Todoroki tersenyum kecil. Salah satu telapak tangannya membelai pipi gembil Izuku.
Tangannya.. dingin.
"Setiap tiga bulan sekali kau pasti selalu mendonorkan darahmu di rumah sakit daerah di pinggiran Tokyo. Kantung darah yang kau sembunyikan di balik punggungmu adalah donor darahmu bulan kemarin yang berhasil aku dapatkan."
"..."
"Mungkin kau tidak tahu, darahmu tidak pernah sampai atau bahkan mengalir didalam tubuh pasien yang membutuhkan di rumah sakit itu."
"K-kenapa k-kau bisa m-mengetahui hal itu, Todoroki-kun?"
Pertanyaan Izuku diabaikan oleh si surai ganda seraya mengusap pipi Izuku lembut dan melanjutkan bicaranya.
"Kau tahu.. bertahan untuk tidak meminum darahmu selama tiga bulan ataupun lebih sangat menyakitkan untukku.."
Izuku terperangah. Jadi selama ini darah yang ia donorkan tidak pernah sampai di tangan pasien yang membutuhkan dan malah sampai ditangan Todoroki? B-Bagaimana bisa?!
"Jika kau bertanya bagaimana aku bisa mendapatkan darahmu, tak usah kau pikirkan. Itu hal yang mudah untukku."
Izuku terdiam.
"Maka dari itu, terkadang jika rasa haus sudah terlalu membakar tenggorokan. Aku akan lebih memilih untuk meminum darah seekor kijang atau rusa."
Todoroki mendekatkan wajahnya kearah perpotongan leher jenjang Izuku. Menjilat sedikit darah yang keluar dari sana akibat goresan kuku tangannya.
"Kebetulan saat ini aku sedang haus. Sudah 2 purnama penuh aku tidak meminum darahmu."
"Tadinya aku kembali ketempat ini untuk mengambil kantung darahku yang tertinggal di loker."
"Ah.. nampaknya hari yang kutunggu telah datang eh? Aku ingin tahu bagaimana rasanya jika taringku menancap langsung kedalam pembuluh darahmu."
"...j-jangan.."
"Keberatan untuk membagi sedikit darahmu untukku, Midoriya?"
Err― end.
a/n : harap maklum dengan keanehan ceritanya /disleding
Didedikasikan untuk meramaikan event OFA_TODODEKU
Semoga suka ne~ Mind to RnR?
