First Chapter : The Dream

Putih

Lucy Heartfilia memandang tempat disekelilingnya dengan ragu. Ia melangkahkan kakinya kesegala arah dan tidak dapat menemukan apapun selain ruang kosong berwarna putih tanpa ujung Ia tidak tau sudah berapa lama ia berjalan tak tentu arah. Kakinya mulai terasa lemas, perlahan rasa takut mulai menggerogoti hatinya ketika pikiran meneriakan kata-kata yang sama. Apa yang sebenarnya terjadi? Dimana ini?

"hiks mama.. papa"

Tubuh wanita itu tersentak ketika ia mendengar sebuah suara isakan. Ia menolehkan pandangannya kebelakang dan mendapati seorang anak kecil sedang berjongkok sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangan mungilnya. Lucy langsung berjalan cepat mendekati anak itu kemudian langsung berjongkok dihadapannya.

"Hei, apa kau baik-baik saja? Jangan menangis. Aku ada disini" Ucap Lucy dengan sangat lembut.

Tubuh anak itu berhenti bergetar dan suara isakannya sudah tak terdengar lagi saat pendengarannya menangkap suara yang sangat dikenalnya. Ia menurunkan tangannya dan mengangkat wajahnya dengan perlahan. Mata coklatnya melebar saat memandang wanita dihadapannya.

Lucy terdiam memandang anak itu. Ia mengamati setiap detail wajah manis yang ada didepannya. Hidungnya yang mungil, rona merah yang ada kedua pipinya, mata lebar yang sedikit sembab karena menangis dan.. hey warna matanya yang coklat sama seperti miliknya. Lucy mengerjapkan mata saat menangkap sesuatu yang menurutnya menarik. Surai anak ini berwarna merah muda. Sangat indah. Mengingatkan Lucy dengan bunga sakura yang mekar saat musim semi, dan mengingatkannya pada seseorang…Natsu. Calestial Mage itu tanpa sadar menggerakkan tangannya menyentuh surai anak dihadapannya dan mengusapnya dengan lembut.

"…..ma"

Lucy sedikit tersentak saat mendengar suara lirih dihadapannya. Ia tersenyum lembut sambil terus mengusap kepala anak itu berharap dapat membuatnya tenang dan tidak merasa takut.

"Siapa namamu? Tidak usah takut aku ada disini untukmu"

Diam. Tidak ada jawaban dan tidak ada pertanyaan. Mereka hanya saling memandang satu sama lain tanpa mengeluarkan suara dan tanpa ada pergerakan sedikitpun. Ada yang aneh. Lucy tidak pernah bertemu dengan anak ini sebelumnya. Ia juga bukan sesorang yang mudah lupa. Tapi ada sesuatu dalam anak ini yang membuat hatinya terasa….hangat. kemudian ia mulai berfikir, mencoba menggali dalam ingatannya tentang anak dihadapannya ini, mungkinkah mereka pernah bertemu disuatu tempat? Wajah anak ini terlihat familiar. Tapi dimana ia pernah melihatnya?

Tiba-tiba segala suara dalam pikiran Lucy mulai terpotong saat mendengar suara anak itu berteriak dan mulai memeluknya dengan sangat erat.

"MAMAAAA!"

Manik coklat milik Lucy melebar. Bibirnya hanya membuka dan menutup, benar-benar tidak mengerti apa yang harus ia katakan. Lehernya terasa basah karena air mata anak misterius ini. Telinganya terus menangkap kata-kata yang diucapkan anak ini terus-menerus. Anak ini memanggilnya..Mama? Ia ingin melepaskan pelukan anak ini, terlalu banyak pertayaan yang berputar di otaknya. Hanya saja Lucy mengurungkan niatnya dan membiarkan anak ini memeluknya seperti itu.

"Nashi merindukan mama. Nashi tau mama akan selamat. Nashi berjanji akan menyelamatkan mama dan papa."

Perasaan aneh itu semakin kuat. Tubuh mungil dalam dekapan wanita berambut pirang ini seolah mengalirkan perasaan hangat dalam hatinya. Lucy tidak mengerti kenapa anak bernama Nashi ini memanggilnya mama. Selama 24 tahun hidupnya ia bahkan tidak pernah berkencan sekalipun, bagaimana mungkin ia sudah memiliki anak? Dan apa maksudnya dengan 'menyelamatkan mama dan papa'?

Lucy menyentuh kedua bahu mungil itu dengan lembut dan mendorongnya pelan agar memberi sedikit jarak diantara mereka berdua. Tatapannya terlihat ragu-ragu saat melihat mata sembab anak yang terus memanggilnya dengan sebutan 'mama'.

"Tu-tunggu Nashi. Aku tidak mengerti apa yang ka-"

Perkataan Lucy terpotong saat tiba-tiba anak itu berdiri dan memberikan tatapan penuh keyakinan padanya "Mama, Nashi akan menyelamatkan mama dan papa. Nashi bersumpah akan mencari mama dan papa. Nashi akan mengubah takdir. Tunggu Nashi mama".

Lucy tertegun mendengar perkataan Nashi. Ia semakin merasa bingung dengan situasi yang dialaminya saat ini. Tapi melihat senyum lebar yang diberikan anak itu entah kenapa membuat Lucy merasa tenang. Entah mendapat dorongan darimana Lucy tersenyum lembut dan berkata "Aku akan menunggumu".

Seketika itupula tiba-tiba cahaya yang sangat terang muncul diantara mereka berdua dan membutakan pandangan Lucy. Ruangan putih yang ada sekelilingnya perlahan-lahan mulai beranganti warna menjadi hitam gelap.


Brug!

Lucy meringkuk berusaha memeluk tubuhnya. Hawa dingin mulai menusuk-nusuk kulitnya. Sebelah tangannya meraba-raba sekitar berusaha mencari selimutnya. Ia langsung menarik dan menutup tubuhnya dengan benda kesayangannya itu. tubuhnya menggeliat pelan berusaha mencari posisi yang nyaman di tempat tidurnya yang nya—tunggu. sejak kapan tempat tidurnya sekeras ini? Dan sejak kapan tempat tidurnya sedingin ini?

Manik coklat itu terbuka lebar. Ia menyibakkan selimutnya dan langsung terduduk mengamati sekelilingnya. Sejak kapan ia tidur dilantai?! Lucy mengerjapkan mata lalu menoleh kearah tempat tidurnya saat mendengar dengkuran halus dari atas sana. Ia lalu berdiri dan mengamati manusia tidak tau diri yang telah mencuri tempat istimewanya. Tangan dan kaki orang itu terbuka lebar hampir memenuhi seluruh ruang yang ada di tempat tidurnya.

Darah mulai mengalir keseluruh wajah cantiknya. Diamatinya manusia setengah telanjang yang ada dihadapannya dan dengan sekali tarikan nafas ia berteriak sambil melempar selimut kewajah teman satu timnya itu dengan keras.

"NATSU! PERGI DARI TEMPAT TIDURKU SEKARANG! DAN SUDAH KUBILANG JANGAN TIDUR DISNI SEENAKNYA!"

Natsu hanya mengeliat pelan saat mendengar 'ucapan selamat pagi' yang sudah biasa ia dengar itu. Tangannya bergerak perlahan menyingkirkan selimut tebal yang ada di wajahnya. Sebelah matanya terbuka dan menatap wanita berambut pirang yang sedang menyilangkan tanganya dan memelototinya dengan kesal.

"Ini masih terlalu pagi Luce, biarkan aku tidur sebentar lagi ya. Aku akan membelikanmu milkshake nanti" Jawab Natsu dengan nada yang terdengar malas kemudian menutup matanya berusaha kembali berpetualang dalam mimpinya.

Lucy hanya berkecak pinggang mendengar jawaban sahabatnya itu. "Jangan fikir kau bisa menyuapku tuan Dragneel!"

Ia hanya mendesah pelan saat mendengar dengkuran halus dari sahabatnya itu. Cepat sekali ia tidur. Biasanya putri tunggal keluarga Heartfilia itu akan memberikan 'Lucy Kick' supaya manusia dragon slayer itu pergi jauh dari apartemennya. Tapi sudahlah mungkin sesekali tidak apa membiarkannya tidur dengan nyaman disini. Mungkin karena mereka baru pulang dari misi kemarin, maka ia hanya akan berbaik hati kali ini saja. Ingat! Hanya kali ini. Demi mavis, tidak bisakah ia bangun dipagi hari dengan normal.

Lucy menatap jam dinding yang ada dikamarnya sekilas. Jam 7. "Mungkin lebih baik aku mandi dulu saja. Setelah itu sarapan di guild" pikirnya. Ia baru akan melangahkan kakinya menuju kamar mandi sebelum menoleh menatap Natsu yang masih tertidur dengan tenang. Tanpa sengaja pandangannya terhenti pada dada bidang Natsu yang terekspos dengan indahnya membuat pipinya merasa panas seketika. Lucy menepuk pelan kedua pipinya berusaha menghilangkan pikiran pikiran aneh dikepalanya. Ia sekali lagi melirik sahabatnya itu dan memperhatikan surai salmonnya yang berantakan.

MAMA!

Lucy tersetak pelan saat suara familiar dalam pikirannya terngiang. Ingatannya melayang pada setiap detail kejadian yang ia alami dalam tidurnya seminggu terakhir ini. Mimpi itu. anak itu? Nashi?

TBC