Title: It Hurts

Author: LoveHyunFamily

Cast: Oh Sehun

Kim Jongin

Other

Rated: T

Length: Twoshot

Warn! Yaoi, BL, Sho-Ai

Genre: Drama; Romance; Angst

Disclaimer: Yang pasti mereka milik pribadi dan ceritanya milik Ovie ya.

Summary: Ditinggalkan orang yang terkasih memang menyakitkan. Apalagi dia adalah seseorang yang sangat sangat berharga bagimu. Dan ini terjadi pada Sehun. Apa yang akan dilakukannya?

Note: Italic untuk masa lampau, dan non-Italic masa kini.

.

.

Happy Reading

.

Ruangan yang remang-remang itu menampakkan seonggok manusia yang terdiam. Terdiam cukup lama hingga kau tidak menyadari kalau dia adalah manusia. Setiap hari kegiatannya hanya diam, diam dan diam. Raga yang masih bernyawa itu sudah tidak merasakan tubuhnya. Ia mati rasa. Secara fisik maupun batin.

Sudah dua minggu ia seperti itu. Ia akan bergerak jika ada panggilan alam saja; makan, minum, ke kamar mandi. Itupun jika sudah sangat terpaksa, jika tidak maka ia akan disitu seharian tanpa melakukan apapun. Menatap kedepan dengan pandangan kosong, seperti yang dibilang, seakan tidak bernyawa. Bahkan—calon- ibu mertuanya saja sudah tidak dapat melakukan apa-apa untuk dirinya. Karena setiap hari ia akan mengacuhkan semua orang dan lebih memilih melamunkan sang terkasih.

Ditinggalkan orang yang terkasih memang menyakitkan. Apalagi dia adalah seseorang yang sangat sangat berharga bagimu. Dimana kau akan terbayang-bayang akan senyumnya, tawanya, manja-nya, marahnya, nada merajuknya, semuanya. Semua apapun tentang dia, kau pasti akan terbayang baying jika orang tersebut sudah tidak ada.

Oh Sehun, sebut saja dia Sehun. Orang yang seperti patung itu, dengan wajah pucat ia masih terdiam di atas kasur usangnya—karena sudah lama tidak diganti. Rumah-nya pun penuh debu, didalam kamar itu terasa pengap. Namun tidak baginya, baginya itu baik-baik saja selama itu akan membuatnya lebih cepat mati, menyusul sang terkasih yang sudah bahagia di surga tetapi tidak dengan dirinya yang seperti mayat hidup tapi tidak bergerak.

"Jongin" lirihan selirih angin lalu itu keluar dari bibir pucat nan keringnya. Melirihkan nama Jongin—sang terkasih yang sudah bahagia di surga.

.

"Sehun! Kau mau kemana?" tanya seorang remaja yang berlari mengejar remaja lain yang bernama Sehun.

"Uh? A-aku?" Yang bernama Sehun terlihat gelagapan dengan kedatangan yang memanggilnya itu.

"Tentu saja kau, memang siapa saja yang bernama Sehun disini?" dan diakhiri cibiran dari bibir penuh itu.

"Umm aku—"

"Kau memang jahat, masa ia lelaki semanis aku ditinggalkan sendiri ditempat ini? Ini tempat ramai Sehun! Bagaimana kalau aku diculik!?" tanyanya dengan nada yang dibuat berlebihan. Membuat Sehun terlupakan akan kegugupannya yang tadi. Mereka memang ditempat keramaian. Tepatnya di Lotte World. Dan dia memang ditinggalkan Sehun tadi—saat dirinya ke kamar kecil dan meminta Sehun untuk menunggu.

"Bagaimana kau bisa diculik Jongin. Memang ada yang mau menculikmu? Bocah kerdil, hitam dan pesek sepertimu?" Sehun sebenarnya hanya bercanda dengan omongannya. Namun yang menanggapi sangat salah.

"Kau mengataiku kerdil? Hitam? Dan apa itu, pesek?" matanya melotot pada Sehun dengan pose berkacak pinggang. "Baik, aku membencimu kalau begitu" Kemudian berlenggang pergi, membuat Sehun menganga.

"Jongin!"

"Hiks…" Sebuah isakan keluar, namun air matanya tidak. Terlalu kering untuk keluar lagi. Itu saat saat mereka baru menjejakkan kaki di tempat yang namanya taman hiburan. Saat itu Sehun sedang ingin membelikan Jongin permen kapas serta balon. Karena Jongin menyukai hal yang berbau childish.

Setiap hari selalu mengulang memori bahagia itu membuat relung hatinya seakan dicabik cabik dengan ganas. Karena ia tidak akan pernah melakukan itu lagi dengan Jongin, tidak akan pernah.

"Sehun!" Sehun menoleh saat mendengar namanya dipanggil.

"Jongin, ada apa?" tanya Sehun saat Jongin sudah berada dihadapannya. Dengan senyum yang sangat lebar membuat Sehun mengerutkan kening bingung. (Umur mereka saat itu masih lima belas tahun)

"Coba tebak apa yang terjadi?" ucap Jongin sedikit mencondongkan kepalanya kearah Sehun, jangan lupakan senyumnya yang kelewat lebar masih setia di wajah polosnya.

Sehun bingung, apa yang terjadi? Memangnya ada apa? Dilihatpun tidak ada yang berbeda pada tubuh Jongin, tetap hitam. "Huh? Apa memangnya?" tanya Sehun membuat yang manis mendenguskan napas dengan jengkel.

"Tebak dulu" balasnya dengan nada merengek, dan Sehun hanya menahan rasa gemasnya.

"Umm.. Anak anjing baru?" Hanya itu yang dapat Sehun tebak karena Jongin suka dengan nak anjing, bahkan dirumahnya pun ada tiga.

"Salah! Ishh.. Lagi~"

"Memangnya apa? Beritahu saja apa susahnya?" ucap Sehun datar dan Jongin membalas datar wajahnya pada Sehun.

"Kau tidak asik" rajuknya, tapi hanya sebentar setelah itu senyum kelewat lebarnya kembali pada wajah polosnya. "Ayah membelikanku PS 4!" ucap Jongin kegirangan. Tanpa sadar memeluk Sehun dengan erat, membuat yang dipeluk hanya tegang ditempat. Bukan, bukan tegang karena mendengar Jongin yang dibelikan PS 4. Tapi dia tegang karena telah dipeluk. Dipeluk seorang Kim Jongin, sahabat sekaligus cinta pertamanya.

"Jongin…" Kembali Sehun melirihkan nama yang terkasih. Ia tidak tahu kenapa kepergian yang terkasih sangat fatal efek terhadapnya. Ia tidak bisa hidup tanpa sang kekasih. Ya, kekasih.

.

"Jongin" Yang dipanggil menolehkan kepalanya dan tersenyum saat melihat dirinya datang. Membuat kinerja jantung Sehun bertalu-talu melihat senyumannya.

"Sehun" jawabnya semangat. "Apa yang ada dibelakangmu?" tanyanya lalu celingak-celinguk kearah Sehun yang menyembunyikan sesuatu, namun Sehun selalu menghidar agar Jongin tidak melihat dan itu sukses membuat Jongin memajukan bibirnya dengan panjang. Lalu kembali duduk pada ayunan disitu.

Mereka janjian hari ini, di taman ini. Sehun ingin menyatakan perasaannya pada sahabat berharganya itu. Tapi, kata-kata yang sudah Sehun rancang semalaman, dan berlatih semalaman pula sekarang seakan hilang entah kemana. Sehun gugup, ia kehilangan kata-katanya.

"Umm. J-Jongin?" panggilnya tak yakin. Sedangkan Jongin hanya meliriknya, kemudian kembali mengarahkan pandangannya kearah lain.

"Jongin?" tanya Sehun lagi. Dan dia mengulurkan tangannya dihadapan wajah Jongin.

"Ap-" Ucapan Jongin terputus saat sebucket bunga telah dihadapannya. Lili putih, kesukaannya. "Kenap—"

"Jongin. Aku tahu ini mungkin akan membuatmu terkejut. Atau juga tidak" kalimat akhirnya mengecil. Jongin hanya menatapnya bingung.

Sehun berlutut masih dengan tangan yang memegang bucket bunga. Membuat Jongin salah tingkah. Kenapa Sehun bersikap seperti ini. "S-Sehun. Bangun" Jongin berusaha mengangkat tubuh Sehun yang sudah bersimpuh dihadapannya. Jonginpun mau tak mau turun dari ayunannya dan hendak duduk sejajar dengan Sehun. Tapi tubuhnya kembali duduk di ayunan tersebut karena Sehun yang menahan pergerakannya.

"Duduk disitu saja" Sehun berujar dengan senyumannya yang sangat tampan. Tanpa disadari Jongin itu membuat pipinya bersemu samar.

"Tapi—"

"Ssttt.." Sehun menaruh telunjuknya di depan bibir Jongin. Menyuruhnya agar tidak banyak bicara. "Diam dan dengarkan aku sebelum aku kembali kehilangan kata-kata" Jonginpun hanya diam memperhatikan Sehun yang berlaku aneh-menurutnya- padanya hari ini.

"Jongin. Kau tahu 'kan kita sudah lama bersahabat. Dari umur berapa? Oh sepuluh tahun. Dan sekarang kita sudah menginjak sembilan belas tahun. Lama sekali ya" Sehun mendongak menatap wajah kebingungan Jongin.

"Jongin. Selama sembilan tahun mengenalmu dengan baik, awalnya aku merasa nyaman berada didekatmu. Karena, ya kau tahu. Tidak ada orang yang mau berteman dengan anak miskin sepertiku" Sehun tersenyum perih. Dan Jongin gelisah dalam duduknya, ia merasa tidak nyaman dengan pembicaraan ini. Ada apa memangnya Sehun membicarakan ini ngomong-ngomong?

"Sehun, apa yang kau—"

"Saat itu hanya kau yang mau berteman denganku. Bahkan kau langsung mengenalkanku pada kedua orang tuamu. Ibumu juga memberiku beberapa bajumu karena haha, waktu itu bajuku sangat lusuh. Sangat tidak cocok saat memasuki rumahmu yang bagus" Sehun menunduk memandang sepatu sneakers hasil jerih payahnya selama kerja paruh waktu. Mata Jongin berkaca-kaca entah kenapa.

"Sehun—"

"Jongin, aku tahu ini lancang. Karena sudah banyak berhutang budi padamu dan juga orang tuamu. Kalian semua membiayai hidupku, menyekolahkanku yang sebatang kara ini" Jongin makin tidak enak.

"Bangunlah Sehun. Kau—"

"Tidak Jongin. Biarkan aku menyelesaikannya" Sehun memberatkan badannya saat Jongin berusaha mengangkat tubuhnya.

"Tapi aku tidak bisa menyimpan ini terlalu lama Jongin" Sehun mendongak lagi memandang Jongin yang matanya berkaca-kaca. Tersenyum sebentar, Sehun menggenggam tangan Jongin yang berada dilututnya.

"Aku tahu aku tidak pantas untukmu. Tapi biarkan aku mengatakannya. Aku mencintaimu Jongin. Sangat mencintaimu lebih dari apapun didunia ini. Karena barang yang sangat berharga bagiku adalah kau saat ini" Tubuh Jongin menegang mendengar perkataan Sehun.

Sahabatnya itu mencintainya?

"Aku berharap kau mau jadi bagian hidupku. Menjadi seorang ibu untuk anak-anak kita kelak. Aku berjanji akan membahagiakanmu Jongin. Apapun yang kau mau, aku usahakan bisa memenuhinya. Jadi, maukah kau jadi kekasihku Jongin? Jika iya, maka terima bunga ini dan jika tidak, yaa aku akan membuangnya" Sehun tersenyum pada Jongin yang sudah menitikkan air matanya sedari tadi.

"S-Sehun..." Jongin terisak diduduknya. Masih bergeming pada tempatnya, dan senyum Sehun sedikit luntur karena Jongin tidak menunjukkan gerak-gerik yang berarti.

"Tak apa. Aku mengerti. Tunggu sebentar aku ingin membuang ini dulu" Sehun berdiri dan berbalik hendak membuang bunga itu namun baru beberapa langkah ia merasakan sesuatu yang erat pada bagian perutnya.

Dan ternyata itu tangan Jongin. "K-kenapa kau ingin membuangnya? Aku a-aku belum hix menjawabnya" Jongin semakin mengeratkan pelukannya. Dan Sehun hanya terdiam ditempatnya.

"A-apa kau—"

"Ya Sehun. Aku mau, aku mau jadi bagian dari hidupmu. Jadi ibu untuk anak-anak kita kelak. Aku mau jadi kekasihmu" ucap Jongin lantang dipunggung Sehun.

"Jongin..."

"Jadi jangan buang bunga itu karena aku menerimamu" Jongin sudah berdiri dihadapan Sehun dan mengambil bunga yang ada di tangan Sehun. Tersenyum dengan mata yang masih penuh air mata.

GREBB

"Jongin... J-jongin. Aku tahu aku tidak sempurna untukmu. Tapi terima kasih. Terima kasih karena sudah mau menerimaku. Aku akan berusaha melakukan apapun untukmu" Sehun memeluk Jongin dan ikut menangis di bahu kekasih barunya. "Aku mencintaimu. Aku mencintaimu. Aku mencintaimu" Sehun mengulang kata-katanya dengan berbisik dibahu Jongin. Menunjukkan kalau perasaannya begitu besar terhadapnya.

"Aku juga mencintaimu Sehun" Jongin memeluk Sehun semakin erat. Mengabaikan berbagai macam tatapan dari pengunjung di taman itu. Yang penting mereka bahagia.

"Ayo kerumah! Kita akan memberitahu ini pada mereka" Jongin berucap semangat saat melepaskan pelukannya.

"Hiks... Jongin" Dirinya hendak meraung saat mengingat itu. Namun terhenti saat seseorang memasuki kamarnya tanpa mengetuk pintu. Ia sudah tahu siapa itu.

"Sehun. Sayang, apa yang terjadi hm?" Itu ibunya Jongin. Sudah kegiatan rutin baginya ke rumah yang dibelikannya untuk Sehun ini. Walaupun kecil, toh Sehun juga tinggal sendiri—Itu kata Sehun dulu saat hendak dibelikan rumah oleh orang tuanya Jongin.

Ibunya Jongin bertanya saat ia memasuki kamar melihat Sehun yang seperti hendak berteriak. Tapi tidak jadi, mungkin karena dirinya memasuki kamar itu.

"Sehun. Jangan seperti ini terus nak. Biarkanlah Jongin tenang di alam sana dengan kita yang merelakan kepergiannya" Ibunya Jongin memeluk tubuh kurus Sehun. "Besok Sehun tinggal dirumah ibu ya. Biar ibu bisa menjaga Sehun dan Sehun makan dengan teratur" Ibunya Jongin berujar dengan meraba-raba tangan Sehun yang seakan tulang semua.

"I-Ibu" Setelah sangat lama dirinya tidak berbicara pada wanita paruh baya itu. Akhirnya ia angkat suara. Membuat wanita itu tersenyum haru karena dapat mendengar suara anaknya lagi walaupun serak.

"Iya. Ada apa?" Tanya wanita itu dengan semangat. "Sehun minum dulu ya. Ibu bawakan air untuk Sehuniie" wanita tersebut menyerahkan gelas yang diambilnya di nakas ke depan mulut Sehun yang sudah dianggapnya anak tersebut.

"Jongin. Sudah minum belum bu?" Wanita itu tersenyum miris mendengarnya. Secinta itukah Sehun terhadap putranya sampai-sampai ditanyai seperti itu padahal dia sendiri tahu kalau Jongin sudah tidak ada disini.

"Iya. Jongin sudah minum. Sekarang Sehuniie yang minum lagi" Entah yang keberapa kalinya, wanita tersebut berbohong pada Sehun agar mau memasukkan sesuatu yang bergizi pada tubuhnya. "Nah, Sehuniie waktunya makan. Ayo buka mulutnya" wanita itu menyuapkan sesendok bubur didepan bibir Sehun. Dan seperti biasanya, Sehun memalingkan wajahnya agar makanan tersebut tidak tertelan olehnya.

"Sehun tidak mau makan"

"Kalau Sehuniie tidak mau makan nanti sakit bagaimana?" Ibunya Jongin tetap bersihkekeuh mengarahkan sendoknya kearah mulut Sehun, namun apa daya jika yang punya mulut tetap memalingkan wajahnya terus menerus.

"Sehun tidak mau makan bu! Sehun tidak mau makan!" Ibunya Jongin tercekat mendengar teriakan Sehun. Baru kali ini Sehun meneriakinya demikian. Bukan masalah Sehun yang meneriakinya, tetapi makna teriakan itu. Sarat akan kefrustasian. "Biar saja Sehun sakit jadi Sehun bisa nyusul Jongin disana!" Segera saja wanita paruh baya tersebut memeluk Sehun erat. Tak menyangka anaknya bakal berujar demikian.

"Sehun. Ya Tuhan, jangan berbicara seperti itu nak. Tidak baik" ucap wanita itu dengan takut. Ia takut, takut akan kehilangan putra satunya ini. Walaupun Sehun bukan anak kandungnya, ia sudah menganggap Sehun seperti anaknya sendiri. Bagaimana tidak jika Sehun tinggal dengannya mulai umur sepuluh tahun, tepat saat Jongin mengenalkan Sehun padanya dan suaminya. Dan Jongin juga yang menyuruhnya agar Sehun tinggal dirumahnya, karena Jongin bilang Sehun tidak punya tempat tinggal.

"Jangan bicara seperti itu lagi Sehuniie. Ibu takut, ibu takut kehilanganmu. Sudah cukup ibu kehilangan Jongin, jadi kau jangan coba-coba menghilang dari ibu. Mengerti?" Wanita itu sudah berurai air mata saat mengucapkannya, sembari memeluk Sehun dan menyatukan dahinya.

Sehun hanya diam. Diam tak merespon. Pandangannya masih sama seperti sebelumnya. Kosong dan hampa. Seakan tak ada apa-apa lagi disitu. Ia juga mendengarkan apa yang ibunya Jongin ucapkan itu cukup membuat hatinya tersentuh. Namun mati rasanya selama ini seakan mengalahkan semuanya. Ia juga dapat melihat wajah wanita tersebut. Dan tangannya tergerak untuk mengusap permukaan wajahnya membuat wajahnya yang diusap tersentak.

"Sehuniie"

"Ibu jangan menangis" Ucap Sehun masih dengan mengusap wajah wanita itu dan sedikit tersenyum. Wanita itu saja sampai tertegun melihatnya. Sudah lama sekali ia tidak melihat senyum anaknya yang ini. Sejak saat itu, ia sudah tidak melihat senyumnya. Sejak saat itu, hanya ada wajah murung dan sedih yang didapatnya.

"Tidak. Ibu tidak menangis sayang. Sehuniie ikut ibu ya. Kerumah, disana ayah sudah menunggu" Sehun tersenyum lagi. Dan ibunya tersenyum senang.

"Iya. Sehun akan kerumah. Tapi besok saja ya bu" Ibunya mengerutkan kening.

"Kenapa tidak sekarang saja sayang. Ayah sudah menunggu disana. Kita bisa makan malam bersama malam ini" ucap ibunya lagi.

"Sehun ingin membersihkan rumah dahulu. Lalu Sehun akan segera kesana besok" Entahlah, ada apa dengan Sehun yang tiba-tiba waras seperti ini.

"Baiklah. Ibu tunggu besok pagi dirumah, jika perlu sesuatu tinggal telepon saja ibu. Sekarang Sehuniie makan dulu ya" Ibunya kembali menyendokkan bubur itu didepan bibir Sehun. Hanya bubur yang dapat Sehun makan sekarang mengingat perutnya kosong sama sekali dan itu tidak memungkinkan untuk memakan makanan berat.

"Tunggu. Apa Jongin sudah makan juga disana?"

Tanya Sehun sedikit dapat memandang ibunya dengan tatapan tidak kosong. Namun wajahnya tentu saja masih sangat pucat serta kantung mata yang sangat mengerikan.

"Sudah. Jongin sudah makan disana karena ini sudah lewat jam makan siang sayang. Sekarang buka mulutnya" Ibunya hanya dapat tersenyum getir.

"Tunggu" Lagi-lagi Sehun menjauhkan sendok itu dari depan bibirnya kemudian mengatupkan tangannya didepan dada. Berdoa. "Tuhan. Jaga Jongin disana hingga aku datang menghampirinya. Jongin jangan nakal dan jaga diri baik-baik. Makan yang banyak agar kau sehat selalu. Sehun disini menyayangimu. Oh ya, ayah dan ibu juga. Amin" Ibunya hanya memandang haru hendak menitikkan air mata jika tidak melihat anaknya yang membuka mulutnya dengan lebar.

.

"Sehuniie~!" Sehun merasakan pelukan pada perutnya. Dan itu Jongin yang memeluknya dari belakang.

"Hei. Ada apa hm? Kau tidak lihat aku sedang pegang apa. Nanti kalau aku salah potong pohon bonsai nya bagaimana? Bisa-bisa aku dimarahi ayah" ucap Sehun menoleh kebelakang mendapati kekasihnya sedang menggesekkan pipinya dipunggungnya, jangan lupakan ditangannya ada gunting taman. Lalu memelan di kalimat akhir—berbisik.

"Kau salah memotong bosainya?" Tanya Jongin sedikit mendongak agar manik mereka bertemu satu sama lain.

"M-hmm. Hampir"

"AYAH! SEHUNIIE HAMPIR hmmphtt—" Sehun membekap mulut ember kekasihnya itu dengan telapak lebarnya.

Saat ini Sehun memang menemani—calon- ayah mertuanya itu untuk merapikan pohon-pohon bonsai yang mulai tidak teratur bentuknya tersebut. Ia tidak salah potong asal kalian tahu saja. Ia hanya terkejut saat Jongin memeluknya dan memekikan namanya lalu HAMPIR salah potong pada pohon bonsai tersebut. Hampir bukan berarti terpotong 'kan?

"Jongin. Aku tidak memotongnya. Itu hanya hampir Jongin, hanya hampir" bisiknya pada sang kekasih ember itu. Ember ember, tapi ia sangat mencintainya.

"Baiklah. Aku tidak akan mengadukannya pada ayah dengan satu syarat" Kedua tangan Jongin bersendekap.

"Apa?"

Tuk Tuk

Jongin mengetuk-ngetukkan jarinya pada bibir tebalnya. "Cium aku" kemudian wajahnya berhiaskan senyuman polos. Sehun tentu saja tidak menolak.

Chup

"Nah sud—"

"Aduuhhh mata ayah ternodai" mereka berdua sontak menolehkan kepalanya ke asal suara dan mendapati ayahnya sudah berlagak menutup kedua matanya. Membuat Jongin merengut lucu dan Sehun yang mati kutu.

"Ayah mengganggu saja. Aku kan sedang bermesraan dengan Sehuniie" Lalu Jongin memeluk Sehun seakan-akan Sehub akan lari darinya. "Iya 'kan Sehuniie?" sambungnya mendongakkan sedikit kepalanya. Sehun jadi salah tingkah sendiri.

"Ung.."

"Haha.. Sudahlah tidak perlu malu seperti itu Sehun. Ayo masuk, ibu sudah berteriak daritadi memanggil. Tapi kalian terlalu asik" Ayah Jongin berlalu masuk sambil terkekeh dan geleng-geleng kepala.

"Sehuniie~ Suapi aku ya" ucap Jongin memandang Sehun yang sudah hendak memasukkan nasinya kedalam mulut, lalu ia membatalkannya.

"Kau kan bisa sendiri Jongin. Sehun juga butuh makan" jawab ibunya dengan datar.

"Ah tidak kok bu. Ayo sini buka mulutmu" Sehun mengarahkan sendoknya kehadapan Jongin.

"Tunggu" dan Sehun tertahan melihat Jongin mengatupkan tangannya didepan dada. "Tuhan. Ini berkah bagimu pada kami dan kami sangat menyukuri apa yang engkau berikan. Dengan ini Jongin berdoa, sehatkanlah Sehuniie, ibu dan ayah. Jongin disini menyayangi kalian. Amin" Ketiga orang disana sempat tertegun dengan doa Jongin. Namun setelahnya kembali tersadar saar mendengar celetukan Jongin yang lucu. "Masakan ibu memang paling luar biasa!" Dan terciptalah suasana hangat disana.

"Ibu pulang dulu. Sebagian rumah sudah ibu bersihkan. Dan jangan lupa besok untuk kerumah. Ibu menunggumu dan Ibu mencintaimu" Ibunya berbisik ditelinga sang anak yang tengah terlelap. Setelah makan tadi Sehun disuruh ibunya untuk tidur dan ia hanya menurutinya dengan patuh tanpa membantah. Walaupun umurnya sudah hampir dua-puluh-satu. Ia tetap dimanja, apalagi jika ada Jongin. Mengingat Jongin, membuat wanita paruh baya tersebut tersenyum miris.

Ia tak menyangka kalau anak semata wayangnya akan mendahuluinya seperti ini. Tapi tidak ada yang disalahkan disini, karena Tuhan sudah menuliskan garis takdirnya.

BLAM

Setelah terdengar pintu ditutup Sehun membuka matanya. Sebenarnya ia tidak tidur. Dan ia tidak akan bisa tidur jika tidak ada Jongin disisinya.

Ia termenung cukup lama. Memutar beberapa kali ucapan cinta dari ibunya tersebut. Dan tiba saat nya. Ia mengambil sesuatu yang berada di bawah bantalnya sambil meneteskan air mata.

KREEKK

Itu Cutter

.

.

TBC

Oii.. Ovie bawain HunKai lagee niihh.. Ntah kenapa bikin yang galau galau-an. Hiks, kalian udah pada nge-feel gak tuh sih alur ff ini?

Ovie ngetik ini agak senyum-senyum aja pas bagian2 plesbek-nya HunKai haha. Tapi tunggu aja ye chapter dua HunKai nya pada kemana dengan Sehun yang megang cutter, duh. Sehun mau ngapain cobaaa~

Yang udah baca tinggalkan jejak pleas-eu~

Banyak review, fast update!

Salam

EXO-L Jjang!