Title : Lost Time Memory

Cast :

Chen a.k.a. Kim Jong Dae (EXO-M)

Xiu Min a.k.a. Kim Min Seok (EXO-M)

And other…

Genre : Hurt/Comfort, Tragedy, little Mistery, Fantasy, Supernatural

Rated : T

Author : Rin Kim CM. KL. UT

.

Disclainmer : EXO ɷ SM • Lost Time Memoryɷ Rin Kim CM. KL. UT

.

Summary : "Selama ini, Jongdae merasa selalu melupakan sesuatu, melupakan seseorang… tapi ia tidak ingat siapa orang yang dia ingin ingat itu." EXO fic. ChenMin couple and other pairing. Warning! GS! Alur kecepetan, OOC, GJ, Typo(s), dll!

.

WARNING! TYPO BEREDAR DI MANA-MANA! EYD TIDAK BERATURAN! ALUR KECEPETAN! RIN RIN MASIH PEMULA! HARAP DIMAKLUMI!


Author P.O.V


"Jongdae…"

Suara halus menyapa telinga milik Jongdae. Jongdae berdiri membelakangi sang pengeluar suara tadi.

"… Ya?" balas Jongdae kecil.

Orang itu tersenyum, "Aku sungguh sedih, kau tidak mengingatku, Jongdae."

"…"

"Oh, dan aku senang, sekarang kau sudah memiliki banyak teman…"

"…"

"Kau tahu, Jongdae? Aku sungguh merasa kesepian, karena semua orang tidak bisa mengingatku, melihatku. Tapi aku bersyukur kau bisa melihat ku, walau kau tidak mengingatku…"

"… Maaf …"

"Tidak apa-apa…" orang itu mengangkat kepalanya, membiarkan rambut hitam legam dengan panjang hingga pinggang kebawah itu terbang terbawa angin.

"Nanti, kau akan mengingatku. Sedikit demi sedikit, kau akan mengingat kenangan kita saat bersama. Lambat laun, kau akan mengingatku dan tetap melihat ku."

"… kapan?"

Orang itu kembali menunduk, tersenyum kecil, "Aku tidak tahu, tapi aku yakin, hal itu akan terjadi. Tenanglah Jongdae, disaat kau masih mencoba mengingatku, disaat kau sudah mengingatku, aku tetap melihat mu."

Jongdae hanya terdiam, bibirnya sedikit digigit, "… aku mengerti …"


-0o0-


[story begin[;]


Jongdae menatap datar kejadian yang berada didepannya—begitupula dengan keadaannya sekarang.

Sekarang tanggal berapa? Oh, 21 September, pantas.

"HAPPY BIRTHDAY, KIM JONGDAE!" seru kesepuluh temannya sambil memegang kertas kerucut yang berhasil membuatnya hampir terpental—oke itu berlebihan.

"… Apa ini?" tanya Jongdae datar, menyingkirkan kertas-kertas kecil yang berada di pucuk kepala dan bahunya.

"Perayaan ulang tahunmu, bodoh!" si orang berwajah barat itu memukul pelan kepala kotak itu. Yang dipukul hanya meringis pelan.

"Lagipula tidak apa-apa kita merayakan ulang tahun salah satu teman kita, bukan?" ujar si muka bodoh dengan senyuman lebar diwajahnya.

"… Sebenarnya tidak perlu. Tapi karena kalian sudah repot-repot… terima kasih."

"Tidak apa-apa Jongdae Kim," ujar yeoja dengan eyeliner disekitar matanya, "kau teman kami!" lanjutnya.

Jongdae terdiam, namun punggungnya didorong oleh yeoja berwajah polos dengan namja berwajah angelic kedepan kue yang tengah menyala.

"Tiup, Jongdae! Buat permohonan mu!" seru namja angelic itu.

Jongdae berdecih, lalu menatup tangannya dan menutup mata. Setelah mengucapkan sedikit permohonan, ia meniup lilin yang menyala itu.

"Yosh! Sekarang kita ke acara inti!" seru namja yang paling muda diantara mereka.

Sungguh, merepotkan.

.

-0o0-

.

[four x three]

Itulah nama 'geng' mereka, entah mengapa diberi nama seperti itu. Apalagi Jongdae adalah anggota bernomor 8 yang datang ke geng ini, dengan penname Chen21.

Bisa dijelaskan, salah satu pendiri geng ini adalah Luhan dan Yifan. Lalu masuklah Tao, lalu Sehun, Jongin, dan Kyungsoo. Dan dia ditemukan dengan keadaan yang tidak terlalu mengenaskan, dan sisanya masuk secara bertahap. Hingga yang paling terakhir itu Baekhyun dengan penname 4 itu.

Entah mengapa Luhan mengatakan bahwa sebenarnya member dari four x three itu berjumlah dua belas, tapi nyatanya berulang kali Jongdae menghitung, jumlah member dari geng ini adalah sebelas.

Oh, apa sebenarnya ada seorang lagi, tapi menghilang?

Begitulah pertanyaan Baekhyun ketika diberi tahu sedikit penjelasan tentang four x three ini. Dengan senyum sedih, Yifan menjawab.

Dia sudah mati.

Dan sejak itu yeoja cilik itu tidak pernah menanyakan tentang pemimpin pertama mereka ini.

.

-0o0-

.

Sudah dua jam yang lalu, pesta ulang tahun Kim Jongdae ini selesai. Semuanya tertidur diruang tengah, dengan dua kubu berbeda—yeoja dan namja. Jongdae sendiri masih terjaga, memikirkan sesuatu. Memikirkan sesuatu yang terlupakan.

'Apa yang kulupakan?'

Batin Jongdae bingung, dia seperti melupakan sesuatu, tapi tidak tahu apa yang dia lupakan.

Ironis…

Jongdae mengacak rambutnya frustasi. Hari sudah malam, dan tidak baik untuk keluar dengan cuaca yang cukup dingin ini—walah sekarang masih awal musim gugur.

Oh, sungguh. Jongdae ingin membenturkan kepalanya ketembok paling keras yang ada didunia ini, supaya rasa penasaran dan kejanggalan yang berada dikepalanya dan hatinya hilang tak tersisa.

Dan sekelebat bayangan yeoja dengan rambut panjang dan leher ditempati oleh syal merah berada lagi dipikirannya.

"Siapa kau… sebenarnya…?" desis Jongdae.

.

-0o0-

.

Semua member sedang berkumpul diruang tengah. Tidak ada yang berbicara, semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing.

'Padahal sekarang hari libur. Kalau begini lebih baik aku dirumah saja.'

Umpat Jongdae kesal, melipat tangan didepan dadanya sambil melihat satu-persatu teman-temannya yang tengah merenung bosan.

"Aku penasaran," ujar Chanyeol, yang tengah mengganti-ganti channel tv, "siapa orang yang disebut Xiumin99 itu." Lanjutnya.

Seketika semuanya memandang Luhan dan Yifan yang tengah membeku. Sedikit ada rasa sedih hadir dikedua mata mereka.

"Nanti kita akan mengunjungi makamnya." Ujar Yifan, menghela nafas. Memang seharusnya dia sudah memberitahu ini kepada member lain sejak lama.

"Chanyeol, kau mengetahui penname itu darimana?" tanya Luhan, yeoja dengan rambut coklat bergelombang sedada itu.

"He? Aku melihat sekilas dari buku yang tergeletak di kamar Yifan ge. Karena dikita tidak ada penname yang seperti itu, maka aku simpulkan kalau itu adalah penname pemimpin pertama." Jawab Chanyeol lancar.

Jika hanya berdua, Luhan ingin membanting Yifan dengan 'kekuatan'nya, sekeras-kerasnya.

"Sejak kapan… dia tidak ada…?" tanya Yixing hati-hati.

"Dua tahun yang lalu, dia memilih bunuh diri dari atap sekolah." Jawab Yifan.

Jongdae membelakkan mata, menajamkan pendengarannya.

"Bunuh… diri…? Mengapa?" tanya Joonmyeon.

Luhan menutup matanya, "Tidak ada yang tahu. Begitupula kami."

Yifan menghela nafasnya, lalu memulai ceritanya, "Namanya adalah Kim Minseok, dia yang tertua diantara kami. Sedikit kekanakan, tapi sebenarnya dia begitu tegas dan lembut. Yeoja ini… memiliki banyak kemisterius-an didalamnya."

Jongdae menundukkan kepalanya, Kim Min… seok? Rasanya dia pernah mendengar nama itu…

'Suatu saat nanti, kau akan mengingat diriku. Sedikit demi sedikit, kau akan mengingat semua kenangan kita bersama…'

Oh tidak, suara itu lagi.

Umpat Jongdae, meremas rambutnya kesal, kesakitan. Tidak mendengarkan cerita lanjut dari Yifan.

'Siapa kau… sebenarnya…?'

Batin Jongdae, dari hal yang ia dikatakan dibatinnya itu, dia tidak menunjukkan emosi apapun. Bahkan sekarang tatapan matanya kosong.

Sebuah memory yang sangat berharga, menjadi sebuah kunci dari sebuah kejadian, harus hilang dan membayangi Jongdae terus-menerus.

'Bukan kah ini menyenangkan…?'

Tidak. Kau malah membuat ku ingin mati daripada menerima ini.

Balas Jongdae dalam batin.

.

-0o0-

.

Senyuman yeoja itu terlihat blur oleh namja dengan kantung mata dimatanya itu. Senyuman tulus yeoja itupun hanya dibalas seringai namja itu.

Dan dilanjutkan dengan obrolan hangat, dengan teman-teman sekelasnya yang entah mengapa diabadikan menjadi vas bunga.

Hanya ada namja dan yeoja.

Yeoja dengan rambut lurus sampai pinggang kebawah itu sungguh manis. Dengan sabar mengajak namja yang terkenal dingin itu dengan mengobrol.

"Kau benar…" guman yeoja itu, memandang keluar jendela kelas.

"Hm?"

"Tidak, bukan apa-apa… Jongdae-ya, kau tahu? Suatu saat nanti, kau akan mengerti."

"M—Minseok…"

"Dan tenang, aku masih hidup."

DEG

Mata Jongdae terbuka, dan langsung duduk tegak.

Menatap kesepuluh temannya yang menatapnya khawatir.

"Ada… apa?" tanya Jongdae datar.

"Kau tidak apa-apa, Jongdae?" tanya Baekhyun, terlihat wajahnya khawatir.

Jongdae menggelengkan kepalanya dan mengguman 'tidak apa-apa', lalu berdiri hendak mengambil minum di dapur.

"Jongdae, sehabis ini kita akan ke makan pemimpin pertama!" teriak Chanyeol, sebelum tidak melihat Jongdae di balik pintu dapur.

Semuanya terdiam setelah kalimat yang diteriakkan oleh Chanyeol. Masih memikirkan cerita Yifan…

Mereka mengatakan, dua tahun lalu ketika mereka masih bersekolah disekolah yang berbeda, Minseok dekat dengan seorang namja yang katanya sangat jenius. Dan katanya pula, namja itu adalah kunci dari semua misteri yang mereka coba patahkan.

Tapi sampai sekarang, namja itu tidak ditemukan.

Padahal namja itu sangat berharga karena mengetahui informasi yang sangat dibutuhkan.

Semuanya menguras otaknya guna mencari jawaban.

Tidak menyadari bahwa Jongdae sudah duduk kembali diantara mereka.

"Jadi, kita tidak jadi kemakan pemimpin pertama. Oke, aku akan pulang." Ujar Jongdae malas, menunggu selama lima belas menit itu sungguh menyebalkan ketika orang-orang didepanmu tetap terdiam dengan posisi yang sama.

"J—Jongdae oppa! Sekarang kita akan pergi!" tahan Kyungsoo, menyadari bahwa mereka masih tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

Semuanya berdiri dan bersiap-siap untuk kemakam pemimpin pertama, dan Jongdae hanya duduk di sofa, menunggu bosan kesepuluh temannya.

Kapan ini akan berakhir? Ngomong-ngomong, apa yang tadi mereka bicarakan, dan mengapa aku bisa tertidur?

Tanya Jongdae dalam pikirannya.

.

-0o0-

.

Sekarang ada misi untuk four x three, katanya.

Tidak terlalu berbahaya kok, hanya menggagalkan transaksi pedagang nikotin dan senjata api yang berada ditempat sepi.

Itu diketahui oleh Luhan yang tengah berjalan-jalan disudut kota, dan setelah itu memberi tahu Yifan.

Tapi, four x three bukanlah bagian dari kepolisian atau penegak hukum legal lainnya, hanya tempat berkumpulnya anak-anak remaja dengan 'kelebihan'nya.

Sebenarnya, Jongdae tidak seperti kesepuluh temannya yang memiliki 'kelebihan'. Dia hanya seseorang yang sial karena tidak sengaja berurusan dengan salah satu dari mereka. Karena mengetahui hal ini secara tidak sengaja, jadi dia dipaksa masuk.

Cara tutup mulut yang aneh.

Kembali ke misi ini.

Jongdae hanya bertugas dibagian pengintai dari mesin yang dinamakan computer. Toh dia mempunyai kelebihan dibidang computer itu, mengotak-atiknya dengan tumpukan angka dan huruf yang rumit.

Jangan lupakan bahwa Jongdae sejak kejadian dimana dia kehilangan beberapa ingatannya, dia terlalu sering berada dirumah, hanya beberapa kali saja keluar rumah selama dua tahun.

.

-0o0-

.

'Dimana si Kim itu berada, Jongdae?'

Suara berat Chanyeol menyapa earphone yang berada dilubang telinga Jongdae. Jongdae hanya memindahkan beberapa slide dan menampilkan sosok pria tua yang tengah berlari ketakutan.

"Gang A, barat darimu." Jawab Jongdae pendek, terlalu malas untuk mengatakan sesuatu yang panjang.

Setelah mendengar suara 'klik', Jongdae kembali menyadarkan punggungnya yang terasa pegal. Untuk tugas kali ini cukup melelahkan, ternyata target cukup cerdik untuk menghidar dari namanya pengganggu.

Teet teet

Dengan segera Jongdae duduk tegak dan mengklik tombol untuk kembali berhubungan dengan anggota lain.

'Anak buah Kim yang membawanya. Ciri-ciri, badan besar, memakai pakaian formal hitam-biru, kacamata hitam—'

Sambil mendengar ciri-ciri yang diberitahukan oleh Luhan, Jongdae mencarinya dengan sedikit malas.

"Jalan raya utama, depan HOT'S CAFÉ, menuju arah selatan. Tenggara darimu."

Semoga hari ini cepat berakhir…

.

-0o0-

.

Jongdae mengeryit, bingung sebenarnya, ada apa dengan artikel ini?

Jongin yang kebetulan sekali berada disebelahnya ikut menatap tab yang berada ditangan Jongdae.

"Ini apa, hyung?" tanya Jongin.

Jongdae menggeleng, tidak tahu.

"Jangan tanyakan aku jika aku sendiri tidak mengetahuinya, Jongin." Jawab Jongdae, memutuskan untuk menekan back.

Jongin cemberut, "Tapi hyung, mengapa artikel tadi menyangkut 'dunia itu'? Apa orang lain menemukan 'dunia itu' dan memutuskan untuk membuat artikel ini supaya diketahui oleh dunia luar?"

Jongdae menggeleng, "Belum tentu, Jongin. Mungkin ini hanya cerita karangan seseorang yang kebetulan mirip dengan 'dunia' yang kalian sering bicarakan itu."

"Kalau begitu mengapa ada di web yang menjadi nama koran lokal kita?" tanya Jongin.

Jongdae mengindikkan bahu.

"Aku tidak tahu, dan aku tidak peduli."

Jongin mendengus dan memutuskan untuk memainkan gamenya lagi.

Jongdae sebenarnya tidak terlalu akrab dengan Jongin—tidak, malah tidak akrab dengan semua orang yang berada disini.

Bayangkan, kau yang normal, tidak memiliki kekuatan, harus dikelilingi orang-orang yang sebenarnya menderita namun diberikan kelebihan.

Sungguh mengerikan.

Ingin rasanya Jongdae kembali dimana 3 bulan yang lalu dia masih manusia normal, tidak menuju taman yang dia benci karena mempertemukan dirinya dengan Kyungsoo. Ceritanya panjang, apa kalian ingin mendengarnya?

Di musim panas yang sangat panas. Jongdae terpaksa keluar dari apertementnya untuk membeli beberapa minuman—bukan beberapa lagi, namun banyak. Persediaan sebulan, mungkin. Jadi dia akan membeli tiga kardus minuman kesukaannya. Semoga itu cukup.

Dan jarak antara minimarket dengan apertement Jongdae sedikit jauh. 500 m. Dan itu melewati sebuah taman yang cukup luas, harus menyebranginya jika ingin sampai cepat dan pulang cepat.

Ketika berada dipusat taman dimana air mancur berada, Jongdae harus dikagetkan dengan getaran yang cukup membuat keseimbangannya hampir jatuh. Jongdae mencoba seimbang, mata elang yang terlihat sayu itu melirik ke segala arah, mencari sesuatu—oh, ada seorang yeoja yang tengah berlari kearahnya, tapi semakin mendekati dirinya, getaran ini semakin kencang.

"O—oy, ada apa ini?!" pekik Jongdae, sungguh, bagaimana jika tempat yang ia pijak terbelah dan Jongdae masuk dalam lubang yang mungkin saja sampai ke inti bumi yang panas itu—oke, itu terlalu berlebihan.

Yeoja itu mendekati Jongdae, dan berteriak, "Tolong aku!"

Oke, sekarang Jongdae benar-benar ketakutan.

Walau dia namja yang dingin dan cuek, tapi tetap saja dia akan ketakutan disaat seperti ini.

Disaat yeoja itu berhenti, getaran besar berhenti. Dan mengapa yeoja ini berhenti didepan Jongdae? Tigaperempat meter darinya.

"Tolong aku, kumohon!"

Pekik yeoja itu.

Tunggu…

Mengapa warna matanya menjadi abu-abu seperti serigala dan mengapa pipinya ada garis-garis hitam?

Mengapa yeoja ini…?

"Kyungsoo, namaku Kyungsoo! Bisa kau menolongku dari semua ini?!"

Pekiknya ketakutan.

Oh, bahkan yeoja itu ketakutan dengan dirinya sendiri. Bahkan Jongdae juga ketakutan dengan sosok yang berada didepannya ini.

"Kau… siapa?" tanya Jongdae.

"Kyungsoo! Bagaimana cara menghentikan ini? Semua orang ketakutan dan berlari menjauhi ku! Aku sungguh takut dengan diriku sendiri!"

Kyungsoo menjambak rambutnya sendiri—dan mengapa rambut hitamnya lama-lama berubah menjadi perak…?

Ini mengerikan, sungguh.

Jongdae dengan sedikit takut menjawab kalimat-kalimat frustasi yeoja yang bernama Kyungsoo ini.

"Pertama, kau harus tenang. Mungkin kau seperti ini karena terbawa emosi mu—entah sedih, senang, marah, dan lain sebagainya." Jelas Jongdae.

Kyungsoo jatuh terduduk membuat getaran tanah kembali terjadi, namun kembali berhenti. Kyungsoo menangis.

Hei, itu salah satu dari emosi. Jongdae kan bilang untuk menenangkan dirimu supaya tidak seperti ini.

Jongdae menghela nafas, lalu duduk dihadapan yeoja itu.

"Tenang." Ucap Jongdae datar.

Kyungsoo mengangguk, mencoba tenang dan menghentikan tangisnya.

Cukup lama, namun semua yang ganjil dalam manusia dalam umumnya, menghilang. Mata abu-abu—atau perak?, garis-garis hitam dipipinya, dan rambut yang tadi hampir menjadi perak sepenuhnya menjadi hitam legam kembali.

Nah, ini terlihat normal.

"Te—terima kasih… etto…"

"Jongdae, kau bisa memanggil ku Jongdae."

Kyungsoo menatap Jongdae sejenak, lalu tersenyum, "Terima kasih, Jongdae oppa! Mungkin aku terlalu panik karena 'teman' ku mati. Sekali lagi, terima kasih!"

Jongdae hanya mengangguk lalu berdiri, meninggalkan Kyungsoo.

"Sampai bertemu lagi, Jongdae oppa!"

Dan bertemu yeoja yang bernama Kyungsoo itu menghabiskan dua puluh lima menit yang seharusnya dia sudah kembali ke apertement dan mendekam didalam sambil memainkan gadget dan barang-barang elektronik kesayangannya dalam waktu 30 menit.

'Semoga aku tidak bertemu yeoja itu lagi—atau orang semacam yeoja itu.'

Batin Jongdae berharap.

.

Jongdae sudah kembali ke apertement nya dengan tiga kardus dan satu kresek berisi 10 botol minuman kesukaannya.

Dan barang-barang itu sudah berada dilemari pendingin, sebagian.

Jongdae lalu memeriksa lemari penyimpanan makanannya—kosong.

Jongdae berdecih kesal, "Sial, aku lupa kalau makanan ku habis."

Tidak ada pilihan lain, selain membeli ke minimarket yang jaraknya 500 m itu. Semoga tidak bertemu orang aneh lagi—amin.

.

Jongdae kini membawa tiga kresek besar yang berisi makanannya untuk satu bulan. Dan sekarang dia melewati taman itu lagi.

Sepi. Tenang. Dan Jongdae suka ini.

Dia membenci keributan, keramaian. Sungguh.

Jongdae masih berjalan dengan tenang. Kadang keringat mengucur karena cuaca disiang hari ini sangat panas.

Dan Jongdae menentukan untuk beristirahat dibangku taman dengan pohon rindang menghalangi sinar matahari yang terik itu.

"Haah…"

Desah lega Jongdae, beristirahat selama lima menit tidak masalah baginya.

Jongdae menutup matanya, dia kurang tidur—tentu saja, hampir setiap hari ia selalu berada didepan benda-benda elektronik kesayangan nya.

Dan saat membuka matanya—

"HUAA!"

Tiga yeoja, tiga namja berada didepannya. Entah mengapa.

"Ya! Kenapa kalian tiba-tiba berada didepan ku!" protes Jongdae, kesal.

Yeoja yang memiliki rambut coklat bergelombang itu mendekati Jongdae, "Kau… mengetahui yeoja ini—namanya Kyungsoo?"

Jongdae sedikit mengeryit lalu menatap satu-persatu orang-orang yang berada didepannya, dan melihat satu orang yang familiar.

Oh, Kyungsoo?

Orang yang berlari ketakutan kearahnya dengan backsound suara-suara guncangan bumi itu.

Jongdae mengangguk.

"Dia mengetahuinya."

Desis salah satu dari mereka.

Jongdae kembali mengeryit.

"Kau tahu Jongdae-ssi?" tanya yeoja yang belum memperkenalkan dirinya itu, "aturan di kelompok kami, tidak boleh ada orang luar yang mengetahui 'kekuatan' kami, kukira kau sama seperti kami—tapi kau hanya manusia biasa. Jadi, kau harus masuk kedalam four x three. Tidak ada penolakan." Lanjut yeoja itu, tersenyum—mengerikan.

Jongdae hanya bingung dengan perkataan orang yang berada didepannya ini. Kekuatan? Oh, apa maksudnya berubah memiliki mata perak, rambut perak, dan garis-garis hitam dipipi nya itu? Oh, dan apa mereka setiap berjalan ketika menggunakan kekuatannya itu bumi bergetar?

"Tentu saja tidak, Jongdae-ssi. Masing-masing memiliki 'kekuatan'nya." seakan membaca pikiran Jongdae, yeoja itu menjawab pertanyaan yang tadi Jongdae pikirkan.

Jongdae semakin mengeryit.

"Lebih baik kita bawa ke markas saja, noona." Ujar namja yang… hitam.

Yeoja itu melirik ke orang yang sangat tinggi. Hampir dua meter.

"Ya."

"Kau sedang belanja? Sepertinya kita juga membawa belanja mu ini."

SPLASH

Dan ketujuh orang itu menghilang seperti ditelan angin.

.

WHT THE…

"MENGAPA AKU ADA DISINI?" seru Jongdae kaget. Hei, tadi dia berada ditaman dengan kepanasan yang menyapa kulitnya. Dan sekarang dia berada di ruangan… ruang tamu? Dan dingin yang menyapa pori-porinya!—oh, ini mungkin pendingin ruangan.

"Berisik." Cibir namja yang putih pucat.

Jongdae menatap tajam namja yang mencibirnya tadi. Keterlaluan!

"Baiklah, sepertinya kita harus memperkenalkan diri!" seru yeoja tadi.

"Namaku Xi Luhan. Lalu dia Wu Yifan, Huang Zi Tao, Oh Sehun, Kim Jongin, dan Do Kyungsoo—oh, sepertinya kau mengetahui Kyungsoo." Ujarnya.

Jongdae hanya diam, bingung sebenarnya.

"Biar kuperjelas. Kau, melihat Kyungsoo yang sedang—bahkan baru memakai 'kekuatan' nya, bukan? Mata perak, garis-garis hitam di pipi, dan rambut yang berubah menjadi perak?" tebak Luhan, Jongdae hanya mengangguk, "well, itu adalah tanda-tanda dimana kami memakai 'kekuatan' kami—"

"STOP!" Jongdae memotong penjelasan Luhan, "apa maksudnya dengan kekuatan? Aku tidak mengerti, yang kumengerti hanya 'kalian-bukan-manusia-normal-seperti-diriku', dan sekarang kau memaksa diriku masuk ke kelompok mu yang bernama—sialan dengan nama yang aneh itu, aku tidak peduli dan aku tidak ingin berhubungan dengan dunia aneh kalian!"

Semuanya terdiam.

"Baiklah, akan kujelaskan dari awal." Luhan berdeham, "'kekuatan' ini adalah kelebihan kami. Diberikan oleh 'monster' bermulut besar yang berhasil memakan kita dan membawa ke 'dunianya', disana kami ditanyakan derita kami, dan kemauan kami. Dan kami diberi kekuatan. Kekuatan ku adalah 'Telekinesis', Yifan, 'Dragon', Tao 'Time Control', Sehun 'Wind', Jongin 'Teleport', dan Kyungsoo 'Earth'. Kami akan berubah menjadi—seperti serba perak ketika memakai kekuatan kami. Perubahan sempurnanya adalah dimana mata perak bagaikan mata serigala, rambut perak, dan garis hitam mengikat tubuh. Ditambah terdapat sayap kelelawar keluar dari punggung. Dan kadang jika emosi menguasai atau 'kekuatan' sudah dikuasai sepenuhnya, kuku panjang dan tajam. Itulah kami. Kurang jelas seperti apa kami jika ditanyakan 'makhluk apa'. Tapi kira-kira begitulah. Ada yang ingin ditanyakan lagi tentang 'kekuatan' kami?" tanya Luhan.

Jongdae hanya menganga… makhluk apa yang ada didepannya ini? Sosok? Untuk sekarang, manusia. Tapi katanya… sayap kelelawar? Serba perak?

"Oh, dan perlu ditambahkan, kadang kulit kami juga berwarna perak ketika memakai 'kekuatan' itu." Tambah Yifan.

Mengapa mereka harus membuat Jongdae berpikir keras dengan segala ketidak logika-an ini?!

"Jadi, apa mau kalian? Bisakah aku pulang?" decih Jongdae.

Luhan menggeleng, "Tidak semudah itu, kau sudah mengetahui 'kekuatan' kami. Dan sangat berbahaya bagi orang awam yang mengetahui 'kekuatan' ini. Jadi, kau harus masuk ke geng four x three ini. Aku memaksa."

'Pemaksa.' Batin Jongdae kesal.

"Kami memang pemaksa." Tambah Luhan.

Jongdae menghela nafas kasar, "Kalau aku tidak mau? Memasuki dunia kalian membuat hidup tenang ku terganggu."

"Kau harus mau." Balas Tao datar.

Jongdae berdecak, "Tapi itu sungguh merepotkan!"

"Tidak ada pilihan." Balas Sehun.

Ditanggapi dengan nada datar plus wajah datar oleh kedua orang berbeda gender itu sungguh memuakkan. Ingin rasanya Jongdae pergi dari sini, secepatnya.

"Tidak." Jawab Jongdae datar.

"Ma—maafkan aku, Jongdae oppa. Kau harus seperti ini karena bertemu dengan ku…" cicit Kyungsoo.

Jongdae menghela nafas, walau bertemu, Kyungsoo orang yang akrab—menurutnya. Masih terlihat lebih normal daripada yang lainnya.

"Ya, ini salah mu." Balas Jongdae pelan.

Sepertinya tidak ada pilihan lain…

Selamat tinggal, kehidupan tenang ku…

Cicit Jongdae sambil menangis dalam hati.

Jadi, singkat nya seperti itu.

.

-0o0-

.

Jongdae menatap figura foto yang berada disudut ruangan, cukup tersembunyi dari ruang tamu. Berisi 'seseorang', Luhan, dan Yifan.

Pernah Jongdae melihat wajah yeoja yang familiar.

Yang selalu mengisi hari-harinya.

Tapi dia tidak ingat siapa yeoja itu.

Kata Tao yang kebetulan sedang lewat sih, itu pemimpin pertama, namanya Kim Minseok.

NGGIIING

Mendengar namanya membuat kepala Jongdae sakit.

Sepertinya Jongdae akan membenci siapapun yang menyebutkan nama itu. Itu membuat kepalanya sakit tidak menahan sampai membuatnya pingsan.

Dan membuat Kyungsoo dan Yixing yang berada dibelakangnya menjerit kaget.

.

-0o0-

.

'Sial, mimpi itu lagi.'

Jongdae bangun dari pingsan mendadaknya. Kyungsoo dan Yixing yang tengah menunggu Jongdae bangun langsung menghela nafas lega, dan Yixing bertanya.

"Ada apa Jongdae? Kau akhir-akhir ini sering pingsan…"

"Dan perasaan ku atau memang iya, oppa selalu pingsan setelah beberapa detik mendengar nama pemimpin pertama. Kim Minseok, bukan?" tanya Kyungsoo.

NGGIIING

Oh tidak, apa ini? Atap sekolah? Senyuman siapa itu? Mengapa gurunya berada didepannya? Mengapa ada ular yang mengelilinginya dan… orang itu…?

BRUK

"JONGDAE OPPA!/JONGDAE!"

.

-0o0-

.

Jongdae kembali bangun dengan kepala yang sedikit pusing—oh, Kyungsoo menangis. Ada apa?

"Hiks—maafkan aku oppa, gara-gara aku oppa kembali pingsan, maafkan aku oppa."

Lugu sekali kau, Kyungsoo.

Yixing yang disebelahnya menatap tajam Jongdae.

"Ada apa Jongdae, kau benar-benar pingsan setelah mendengar nama pemimpin pertama." Tanya Yixing dengan pandangan penuh selidik.

Beruntung sekarang mereka berada dikamar Jongdae—kadang dia terpaksa harus menginap disini, jadi disediakan kamar khusus untuknya yang menyimpan barang-barang elektronik kesayangannya.

"… entahlah, aku juga bingung. Selalu ada bayangan-bayangan yang sepertinya masa lalu ku, dan seorang yeoja… entah siapa." Desis Jongdae.

"Tampang?"

"Tidak terlalu jelas. Blur."

"Ciri-ciri…?"

"… merah."

Sungguh membingungkan.

Yixing tengah memikirkan sesuatu, Kyungsoo mencoba menenangkan dirinya sendiri.

.

-0o0-

.

Kadang Jongdae iri. Mengapa mereka mempunya 'kekuatan' itu.

Sungguh, dia begitu iri.

Walau harus diresiko-i dijauhi oleh orang-orang yang takut dengan hal yang seperti itu.

Tapi tidak bisa dibohongi bahwa dirinya pun saat pertama kali bertemu Kyungsoo juga ketakutan—tapi lama-lama juga terbiasa.

Perubahan ringan, hanya mata yang berubah menjadi perak.

Cukup tidak menakutkan. Hanya tatapan tajam yang seakan-akan membunuhmu langsung.

Dan Jongdae sekarang tidak mempermasalahkan itu.

.

-0o0-

.

"Hari ini, mengapa kau menyuruh kami berkumpul disini?" tanya Jongdae kesal.

"Hanya pembicaraan ringan." Jawab Yifan santai, pemilik penname Kris00.

Tidak ada yang keberatan sebenarnya, hanya Jongdae saja yang keberatan.

"Apa kita akan jalan-jalan?!" seru Baekhyun, yeoja cilik dengan seluruh energy semangat begitu mengalir dalam dirinya.

"… aku tidak ikut."

Desisan Jongdae yang pasti terdengar oleh Baekhyun yang berada disebelahnya.

"Kau harus ikut, Jongdae! Kau sudah seminggu tidak keluar dari sini!" pekik Baekhyun histeris.

'Hei, biasanya juga dia tidak keluar selama sebulan.'

Batin semua orang yang berada disekitarnya.

"Diluar, panas—"

"Hanya baru awal musim gugur! Nanti juga dingin!"

"Tidak."

Bujukan dan rayuan Baekhyun memang sama sekali tidak mempan pada Jongdae. Dan memang tidak ada yang mempermasalahkan bahwa Jongdae tidak ikut sama sekali—toh biasanya dia selalu mendekam diri didalam kamar.

"Nanti akan kubelikan game keluaran terbaru! Ini sangat langka!"

"Aku bisa beli sendiri."

"Ini benar-benar tidak bisa kau dapatkan!"

"Tidak."

"Bullet II!"

"… baiklah."

Dan memang game tu sangat sulit didapatkan. Jongdae pernah mencari series I nya itu sampai berbulan-bulan—walau akhirnya dapat juga.

"Yosh! Sekarang kita semua bisa keluar bersama!" seru Baekhyun girang.

Tidak ada yang mempermasalahkan keberisikannya untuk saat ini. Entahlah.

.

-0o0-

.

"Ini pertama kali aku datang ke taman bermain!" seru Kyungsoo, terdapat binar-binar kesenangan-kekaguman didalamnya.

"Yang kutahu, roller coster sangat menyenangkan! Ayo kita coba!" seru Jongin—yang entah mengapa selalu berada disamping Kyungsoo.

Semuanya mengangguk setuju saja. Sebagai awal permainan mereka ditempat yang baru mereka pijak—kecuali Jongdae yang sejak kecil kadang datang ketempat laknat ini.

.

"Aku tidak tahu bahwa kau takut juga dengan yang seperti ini." tawa Sehun, mengejek Jongdae yang ketika berhenti langsung muntah ditempat.

Jongdae mendelik kearah orang yang awal bertemu itu sangatlah dingin, "Jangan mempertawakanku, Sehun-ssi, aku mudah mual jika diputar-putar seperti itu." Cibir Jongdae, menyeka mulutnya.

"Maaf hyung, aku hanya tidak tahu bahwa orang sedingin kau mempunyai ketakutan luar bias—ADAW!"

Ternyata Jongdae menginjak keras kaki besar Sehun, "Berhenti mengejek ku atau kau mati."

"Kau lupa hyung? Aku kan pernah mati." Ujar Sehun tenang.

DEG

"Ah ya, kau benar. Maaf."

"Tidak apa-apa…," Sehun mengibaskan tangannya, "aku tidak akan tersinggung dengan hal itu."

Jongdae lupa, bahwa semua orang yang berada di four x three—kecuali dirinya, pernah mati.

.

-0o0-

.

Teka-teki ini, sangat membingungkan.

Dimana sebenarnya kau adalah korban yang menjadi pahlawan.

Pahlawan untuk melawan 'seseorang' disuatu hari nanti.

Tapi tidak tahu, kapan hari itu.

Tapi, ada rumor yang mengatakan, bahwa hari itu akan datang ketika 'kunci' sudah mengingat semuanya.

Orang-orang dari four x three mencari secara diam-diam dari semuanya untuk menemukan 'kunci' itu.

'Kunci' itu adalah seorang namja yang dulu dekat dengan pemimpin pertama—Kim Minseok.

Sebenarnya pula, Kim Minseok adalah salah satu kunci dari 'kunci' yang dimaksud. Namun dia berbagi dengan namja yang menurutnya sangat menarik. Jadi ya… 'kunci' yang katanya masih hidup itu adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan dunia dari permainan waktu.

Walau sebenarnya, anggota-anggota four x three yang selalu terkena dalam permainan waktu itu. Tidak pernah orang awam biasa yang terkena dalam permainan waktu tersebut.

Dipermainan waktu itu, hanya satu orang yang akan terus hidup. Dan yang lain akan mati. Dan orang yang akan terus hidup itu adalah makhluk 'setengah-manusia-setengah-monster'.

Dan… four x three sama sekali tidak menyadari, bahwa 'kunci' yang selama ini dicari ada ditengah-tengah mereka.


-0o0-


"Aku berhasil mendapatkannya, Jongdae!"

Seru yeoja bersyal merah itu, terlihat girang.

Jongdae hanya diam, tidak menanggapi yeoja yang berada didepannya itu.

"Kau tahu, aku mendapatkan apa?" tanya yeoja itu, mencoba memberikan pertanyaan kepada pemuda jenius yang berada didepannya.

"… hadiah …?"

Yeoja itu menggeleng, "Bukan! Aku mendapatkan sebuah kesempatan untuk menyelamatkan kalian! Dan kau harus tahu, aku bisa menghubungkan kalian dengan dunia ini; dunia milik Hyukjae!"

Jongdae masih diam.

"Dan… kau juga mendapat 'kekuatan'mu, Jongdae."

Kali ini Jongdae menanggapi, "… 'kekuatan' …?"

Yeoja itu mengangguk semangat, "Yup! 'kekuatan'! kau sama seperti ku, kau sama seperti teman-teman mu!"

Jongdae masih terdiam. Bingung dengan maksud yang dibicarakan yeoja yang berada didepannya.

"Tidak perlu bingung," yeoja itu mengeluarkan senyum manisnya, "kau akan mengerti."

"…"

"… dan …," yeoja itu menunduk, namun masih tersenyum, "… kau akan segera mengingatku. Ini sangat menyenangkan ..."

Jongdae melirik, "… benarkah?"

"Yup!" balas yeoja itu senang, "aku sangat senang, tapi aku tidak tahu, apa kau akan peduli dengan ku atau tidak—"

"Bodoh," desis Jongdae, "aku tidak akan tidak peduli padamu lagi. Waktu itu, adalah pelajaran bagiku."

Yeoja itu sedikit terkaget, namun tertawa senang, "Terima kasih, Jongdae. Dan waktu itu, hanya ragaku yang mati. Tapi jiwa ku tidak—walau nanti aku akan memiliki raga yang sama…"

"… Minseok …"

"Aku mencintai mu… Jongdae…"


.

.

.

[TBC[;]

Yosh, ini Fanfic yang terinspirasi dari manga Kagerou Project, walau Rin ubah dan hanya mengambil beberapa bagian yang juga diubah sedikit._.

Ngutang-ngutang~ ~:v~

Tapi gimana lagi, Rin lagi tergila-gila sama manga ini. Mendebarkan!

Untuk FF ini, hanya potongan-potongan cerita kehidupan dari seorang Kim Jong Dae!

Untuk Chap depan [ini hanya twoshoot], akan lebih banyak karena masuk ke inti!

Rin tidak akan berbicara banyak. See you!

Jangan lupa review, favorite, dan follow. Rin akan sangat menghargai orang yang membuang waktu singkat nya untuk itu. Rin membuat ini berhari-hari loh, masa hal yang seperti itu yang dilakukan beberapa detik kalian tidak bisa :v

[review] [favorite] [follow] [please~]