Inamorate

Disclaimer: Magi © Shinobu Ohtaka. Tidak ada keuntungan material apapun yang didapat dari pembuatan karya ini. Ditulis hanya untuk hiburan dan berbagi kesenangan semata.

Pairing: Alibaba Saluja/Morgiana. Genre: Romance. Rating: K+. Other notes: for alimorweek.

(Dari kilat tatap merah magenta hingga ke hati sang Raja Saluja, dari senyum bak surya hingga hati Nona Merah Muda—Alibaba dan Morgiana; buah dongeng padang pasir yang penuh suka.)


alimorweek day #1: chain/rantai


Detik dan detik melangkah. Lalu-lalang di depan Istana Balbadd sudah berhenti. Mendung bertarung dengan bulan, andai saja bulan punya tangan untuk menyingkirkan gumpal-gumpal menghitam yang mengejeknya, langit Balbadd pasti akan lebih indah lagi dan Morgiana jadi punya pemandangan untuk ditatapi selama menanti.

Morgiana adalah satu-satunya manusia di sana. Andai saja pohon-pohon kurma bisa berbicara, maka pasti rasa bosannya akan terbayar. Andai kaktus-kaktus kecil tanpa bunga itu dapat bercengkerama, kesal Morgiana karena penantian yang tak pasti tepinya pasti perlahan menyurut.

Alibaba mana?

Keperluan apa yang menjadikannya berani membuat Morgiana menunggu di halaman sendirian? Memang, Morgiana bukan gadis penakut yang akan melanggar janji begitu saja hanya karena dia diharuskan menanti seorang diri, tetapi, siapa yang tidak senewen dibuat menunggu seperti ini? Alibaba tidak juga menunjukkan dirinya demi menyuguhkan kepastian—Morgiana jadi semakin jenuh.

Andai penantian ini dibayar dengan uang setiap menitnya, Morgiana pasti sudah kaya. Tapi, dia bukan lagi seorang budak yang mengharap uang. Tinggal bersama raja baru—Alibaba Saluja—dengan status sebagai kawannya di istana, tidak lagi menuntutnya untuk mencari harta. Alibaba sudah mencukupi dia dan Aladdin dengan uang yang lebih dari sekadarnya.

Tunggu, ditunggu, tidak ada juga.

Morgiana sudah memutuskan untuk kembali ke kamar, meninggalkan bangku, dan memulai langkahnya ketika ada panggilan mendadak, "Morgiana!"

Akhirnya.

Morgiana menoleh. "Ya?" sambil berucap, dia telan rasa kesal. Mungkin Alibaba punya urusan mendadak lainnya yang membuat dia datang terlambat.

"Maaf, maaf terlambat," jubahnya jatuh dari bahu, dibenarkannya ala kadarnya. Itu indikasi bahwa dia amat terburu-buru. "Ada utusan yang tiba-tiba datang dan aku harus melayani urusannya sampai selesai."

Morgiana memaklumi. Dia pun kembali ke bangku, tempat Alibaba sekarang duduk sambil meredakan napasnya yang berpacu, terlepas dan ditarik pendek-pendek.

"Padahal, kita bisa berbicara di dalam, Alibaba-san."

Alibaba menggeleng. Hidungnya berkerut. "Aku bosan di dalam. Suntuk. Capek. Aku mau cari angin di luar. Yah, awalnya aku mau mengajakmu jalan-jalan sebagai dalihku untuk kabur dari tugas. Ternyata—aku malah membuatmu menunggu."

"Tidak apa-apa," Morgiana menenangkan. Bohong kalau dia tidak keberatan. Tapi, bukan Morgiana namanya jika dia tidak memperlihatkan sikap terbaiknya di depan Alibaba.

"Maaf, ya."

"Jangan minta maaf lagi, Alibaba-san."

"Hmh, oke," Alibaba menggaruk bagian belakang kepalanya. "Ah, pasar dan tempat hiburan sudah tutup, ya."

"Besok saja, kalau begitu."

"Tidak, tidak," tolak Alibaba. "Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Sekarang saja," dia mengambil sesuatu dari saku yang tersembunyi di balik jubahnya. "Nih, untukmu. Kuberikan di sini saja. Maaf bukan dalam momen yang spesial."

Mata Morgiana tidak berkedip selama beberapa saat. "Cincin?"

"Kautahu, salah satu tamu yang datang tadi adalah seseorang yang akan mengurus pernikahan kita."

"Apa ...?"

Alibaba mengangguk. "Jadi pakailah ini sementara kita mempersiapkan semuanya. Yah—anggap saja, aku mengikatmu."

"Tapi ..." Morgiana mencoba menutupi rasa tersipunya dengan berbicara, namun apalah hasilnya, terbata-bata. "Apa itu tidak terlalu ... cepat? D-dan ... aku—aku tidak terbiasa dengan perhiasan ..."

"Apalagi yang kita tunggu?" Alibaba menyisipkan senyum kecil di antara kalimat-kalimat bervolume rendahnya, "Lagipula, raja butuh permaisuri. Segera."

Morgiana menunduk.

"Ini," Alibaba segera menaruh cincin itu di jari Morgiana. "Tidak terbiasa dengan perhiasan? Mmh, kurasa ini cocok untukmu."

"Tapi ..."

"Lalu, ini apa?" Alibaba menunjuk kalung metal vessel Morgiana, dan melirik rantai di kakinya.

"Ah, itu ..."

"Kau terbiasa dengan rantai saja, huh?" Alibaba mengambil tangan Morgiana, sengaja menyematkan jemarinya di milik Morgiana. Dipandanginya cincin itu, "Kalau begitu, anggaplah ini juga salah satu bentuk rantai dariku."

Morgiana turut menatap cincin itu. Manis. Permatanya delima, nyaris sewarna dengan mata Morgiana. Dan, ada dua permata bercahaya kuning yang amat kecil mendampingi sisi kiri-kanan batu delima tersebut. Perlahan, sekarang pipinya hampir menyaingi warna permata itu.

"Ini rantai yang mengikatmu pada diriku, hatiku, dan semua yang kupunya."

Morgiana tidak jadi mengeluarkan kata-kata lanjutan bermakna terima kasihnya sebab Alibaba sudah merantai dirinya—bibirnya—dengan kecup panjang dalam mata yang tertutup. Dan Morgiana menerimanya—menyambutnya, membalasnya.


A/N: happy alimorweek! 19 sampai 25 mei bakal didedikasikan khusus buat pair ali/mor, digagas oleh fans di tumblr, dan kuputuskan buat bikin ini juga di fandom indonesia (selain di tumblr dan ao3) karena—heiah, fandom alimor indo butuh lebih banyak asupan ;;;;A;;