BROTHER-IN-LAW

Main Cast: Lee Donghae, Lee Hyukjae, Choi Siwon

Genre: Romance, Drama

WARNING!

BOYS LOVE

MAINSTREAM STORY

DON'T LIKE? DON'T READ PLEASE!

THE STORY IS MINE

Typo may applied, don't be silent reader please, NOT ALLOWED TO COPY PASTE WITHOUT MY PERMISSION ^^

TIDAK MENERIMA BASH DAN KAWAN-KAWANNYA. KRITIK DAN SARAN SANGAT DIBUTUHKAN.

THANKYOU ^^


.

.

The love that I want can't happen without you

.

.


Tampan, muda dan kaya raya. Semua orang pasti menginginkan kekasih atau bahkan pendamping hidup seperti itu. Di jaman seperti sekarang, cinta tak lagi menjadi yang utama. Asalkan kau mendapatkan apa yang kau mau dari pendamping hidupmu saat ini, maka semua selesai. Kau tidak perlu lagi cinta atau apapun itu, karena menjadi orang sentimental dan terlalu bergantung pada cinta hanya akan membuatmu sengsara dan terluka pada akhirnya.

Jatuh cinta itu hanya sesaat, kebahagiaan yang kau dapatkan saat jatuh cinta akan lenyap begitu saja saat kau patah hati. Jika kebahagiaan jatuh cinta itu hanya sesaat, maka luka yang di tinggalkan patah hati adalah selamanya. Meskipun luka itu akan sembuh dengan seiring berjalannya waktu, tapi ingatan soal luka itu tidak akan hilang begitu saja. Setidaknya, begitulah pola pikir Lee Hyukjae soal cinta. Laki-laki manis berusia duapuluh delapan tahun itu tidak pernah membiarkan dirinya terluka karena cinta. Pola pikir yang telah di tanamkan Hyukjae sejak dirinya menginjak usia remaja itu bukan semata-mata karena ia pernah terluka karena cinta tapi justru karena Hyukjae tidak pernah merasakan cinta yang sesungguhnya. Selama duapuluh delapan tahun hidupnya, Hyukjae tidak pernah mensia-siakan waktunya untuk cinta atau semacamnya. Berpacaran lalu putus sudah sering di alami Hyukjae, tapi tidak pernah sekalipun Hyukjae menangisi hubungannya ketika kandas. Itu karena Hyukjae selalu memegang teguh prinsipnya. Tidak ada cinta yang membuatmu bahagia selamanya.

Selama ini, Hyukjae tidak pernah menaruh sedikitpun cinta pada semua mantan kekasihnya. Meskipun ada banyak laki-laki tampan yang bersedia melakukan apapun demi mendapatkan cintanya, Hyukjae tidak bergeming sama sekali. Seperti halnya yang selalu dilakukan Choi Siwon, atasannya yang selalu memperlakukannya bak pangeran dalam dongeng. Semua yang dilakukan Siwon selalu membuat Hyukjae tersanjung, tapi sayangnya hati Hyukjae tak bergeming sama sekali.

Choi Siwon adalah laki-laki muda yang tampan dan sukses. Di usianya yang menginjak duapuluh delapan tahun, Siwon sudah mendapatkan posisi utama sebagai presiden direktur di perusahaan besar sekelas Hyundai. Siwon mampu menduduki posisinya sekarang bukan semata-mata karena menggantikan posisi ayah tirinya yang meninggal dunia dua tahun yang lalu karena kecelakaan, tapi juga karena kemampuannya mengelola perusahaan yang sudah diakui oleh banyak perusahaan besar yang pernah bekerja sama dengan Hyundai.

Laki-laki tampan, muda, berbakat dan kaya raya bernama Choi Siwon itu adalah tunangan Hyukjae saat ini. Mereka mengawali hubungan asmara tanpa cinta itu sejak mereka masih duduk di bangku kuliah, meskipun Hyukjae tidak pernah menunjukan ketertarikannya pada Siwon tapi Siwon tidak pernah menyerah hingga akhirnya mereka berakhir dengan satu ikatan yang pasti. Pertunangan. Selama berhubungan dengan Siwon, Hyukjae tidak pernah menunjukan perasaannya yang sesungguhnya. Meski sudah jutaan kata cinta di ucapkan oleh Siwon, tak sekalipun Hyukjae membalas kata-kata cintanya itu. Tapi meskipun begitu Siwon tetap yakin bahwa sesungguhnya Hyukjae mencintainya juga, hanya saja mungkin Hyukjae tidak tahu cara menyampaikan rasa cintanya.

Melihat kegigihan Siwon yang selalu percaya bahwa Hyukjae juga mencintainya, membuat Hyukjae ingin tertawa. Bagaimana tidak? Laki-laki modern setampan dan sekaya Siwon masih percaya pada cinta yang pada akhirnya akan membuatnya terluka. Sebenarnya, Hyukjae tidak pernah menginginkan hubungan ini terjadi tapi menolak Siwon yang berkuasa itu tidak ada gunanya sama sekali. Siwon punya segalanya dan Hyukjae bisa mendapatkan segalanya dari Siwon, hubungan simbiosis mutualisme yang sangat menguntungkan pihak Hyukjae. Jadi, Hyukjae tidak punya alasan untuk menolak Siwon. Selain karena Siwon bisa memberikan segalanya, Siwon juga laki-laki super baik yang tidak pernah menyakiti Hyukjae bahkan dengan kata-katanya sekalipun. Apapun yang dilakukan Siwon padanya hanyalah menyanjungnya dan mencintainya seperti orang gila.

"Adikku akan pulang dari Amerika sore nanti dan melanjutkan sekolah di sini."

"Adik tirimu itu, kan?"

"Hm."

Hyukjae tersenyum—palsu—di pangkuan Siwon. Sejak istirahat makan siang, Hyukjae sudah berada di posisinya sekarang. Duduk di pangkuan Siwon sambil menyuapinya.

"Istirahat makan siang akan segera berakhir, tapi aku tidak rela melepaskanmu."

Siwon melirik jam tangan mahalnya sekilas sebelum memeluk tubuh mungil Hyukjae dengan erat. Melihat kelakuan tunangannya yang manja, Hyukjae hanya mampu memutar bola matanya. Setiap jam istirahat makan siang tiba, Siwon memang selalu memintanya datang ke ruangannya dan menyuapinya makan. Tentunya dengan cara yang berbeda.

"Aku harus kembali bekerja, Sajang-nim."

Meskipun lengan Siwon terus menahan pinggangnya, Hyukjae tetap memaksa turun dari pangkuan Siwon. Tidak lupa Hyukjae memberikannya kecupan kecil di bibir tebal yang selalu mencumbunya itu sebelum benar-benar pergi meninggalkan ruangan presiden direktur yang di tempati kekasihnya sekarang.

"Aku mencintaimu, sekretaris Lee!"

"Aku tahu."

.

.


Sudah hampir satu jam Hyukjae menunggu kedatangan adik tiri kekasihnya itu di bandara, tapi yang di tunggu belum juga menunjukan batang hidung. Hyukjae menyandarkan kepalanya di bahu Siwon sambil menyedot Ice Choconya dengan bosan. Dari semua hal yang Hyukjae benci, menunggu adalah yang paling ia benci.

"Adikmu itu naik pesawat atau naik kura-kura? Kenapa lama sekali?"

Siwon hanya bisa tersenyum mendengar rengekan Hyukjae. Jemarinya meraih rambut cokelat Hyukjae lalu mengelusnya dengan lembut.

"Pesawatnya delay, sayang. Mungkin sebentar lagi sampai. Kau bosan? Mau di antar pulang oleh supir Kim?"

"Tidak mau, aku tidak suka berduaan dengan orang asing tanpa dirimu."

"Kalau begitu sabar sebentar."

"Ngomong-ngomong, kenapa adikmu memutuskan pulang ke Korea? Bukankah sebentar lagi dia lulus?"

Siwon menatap lurus ke arah Hyukjae yang sekarang sedang menatapnya dengan mata bening berbinar. Tatapan yang sangat disukai Siwon. Sejak awal bertemu, inilah yang membuat Siwon bertekuk lutut pada seorang Lee Hyukjae. Tatapan matanya yang bening dan berbinar benar-benar membuat siapapun terpikat.

"Pergaulannya akan semakin liar jika di biarkan terus di luar negeri. Lagi pula, sejak ayah dan ibu meninggal rumah jadi sangat sepi. Aku merindukan kehadiaran bocah nakal itu di rumah besar kami. Karena sekarang aku sudah mampu membuat perusahaan kembali stabil, aku rasa sudah saatnya menyuruh adikku pulang dan sudah seharusnya juga aku bertanggungjawab padanya sebagai seorang kakak."

"Kau hanya kakak tirinya."

"Setidaknya kami di lahirkan oleh orang yang sama."

Sejak awal berpacaran dengan Siwon, Hyukjae memang sudah tahu seluk-beluk keluarga kekasihnya itu. Siwon dan adiknya memang hanya saudara tiri berbeda ayah, tapi kasih sayang Siwon pada adiknya melebihi kasih sayang seorang kakak pada adik kandungnya. Siwon sangat menyayangi adiknya, bahkan saat Siwon mengirim adiknya untuk sekolah di luar negeri, dia sempat menangis di pelukan Hyukjae karena tidak sanggup melepaskan kepergian adik semata wayangnya itu.

Ayah kandung Siwon meninggal karena sakit yang di deritanya duapuluh tahun yang lalu, tepatnya saat usia Siwon baru menginjak delapan tahun. Setelah setahun sejak kematian ayah kandungnya, ibunya memutuskan untuk menikah lagi dan di karunia anak laki-laki yang sekarang menjadi adik tiri Siwon. Ayah tirinya adalah seseorang yang hangat dan sangat berbakat dalam mengelola bisnis, dia mampu membangun perusahaan kecil yang di bangun ayahnya menjadi perusahaan yang lebih besar dan sukses. Bahkan Siwon mendapatkan kemampuan berbisnisnya sekarang karena banyak belajar dari ayah tirinya. Meskipun Siwon bukan anak kandungnya, ayah tirinya itu tidak pernah membeda-bedakannya dengan anak kandunganya. Perlakuannya terhadap Siwon dan anak kandungnya selalu sama. Jika Siwon melakukan kesalahan maka ayah tirinya itu akan menegurnya dengan tegas dan jika anak kandungnya yang melakukan kesalahan, maka dia juga tidak akan segan-segan untuk menegurnya.

Meski tidak ada ikatan darah dengan ayah tirinya, Siwon sangat menyayangi dan menghormati ayah tirinya. Selain mengajari banyak hal soal bisnis dan perusahaan, ayah tirinya juga mengajarkannya nilai-nilai kehidupan yang tidak ia dapatkan dari ayah kandungnya. Hari-hari yang Siwon lalui bersama keluarganya sangatlah berkesan dan meninggalkan kenangan yang indah, sampai akhirnya ayah dan ibunya mengalami kecelakaan mobil yang mengakibatkan keduanya meninggal saat itu juga. Kejadian naas itu jelas meninggalkan ingatan buruk untuk Siwon apa lagi adiknya yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Setelah kejadian buruk menimpa kedua orangtuanya, Siwon di limpahi tanggung jawab untuk melindungi perusahaan dan adik tirinya. Sementara Siwon melanjutkan apa yang sudah di kerjakan oleh ayah tirinya, ia mengirimkan adiknya ke luar negeri untuk melanjutkan sekolahnya di sana dan melupakan kejadian buruk di sini. Siwon pikir, ia telah mengambil keputusan yang benar dengan mengirimkan adiknya ke luar negeri. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, adiknya yang dulu sangat pendiam dan jarang bicara itu menjadi sangat agresif dan suka sekali berkelahi. Entah sudah berapa kali Siwon mendapat panggilan dari sekolah adiknya di Amerika dan mendapat peringatan karena ulah adiknya yang mulai kelewat batas itu. Akhirnya, setelah dua tahun membiarkan adiknya hidup bebas, Siwon memutuskan untuk membawa kembali adiknya pulang dan mulai mendidiknya agar kembali ke jalan yang seharusnya.

"Hyung!"

Siwon mengalihkan pandangannya ke depan saat mendengar suara yang sangat ia kenal memanggil namanya. Siwon tersenyum melihat adiknya yang sekarang terlihat lebih tinggi dan semakin mirip ayahnya. Tanpa banyak kata-kata lagi, Siwon melepaskan rangkulannya pada Hyukjae dan berlari memeluk adik semata wayangnya yang sangat ia sayangi itu.

"Lee Donghae! Kau dasar bocah nakal! Harus ku paksa dan ku ancam tidak akan di kirim uang dulu baru kau mau pulang! Kau pikir kakakmu ini mesin uang? Kau tidak rindu padaku?"

"Aku rindu padamu dan kartu ajaibmu, Hyung!"

"Dasar bocah nakal! Ngomong-ngomong, kenalkan ini calon kakak iparmu."

Masih dengan senyum yang sumringah, Siwon mengenalkan Hyukjae pada Lee Donghae adik kesayangannya. Sebenarnya Hyukjae pernah bertemu dengan Donghae beberapa tahun yang lalu saat ia dan Siwon masih kuliah dulu, tapi waktu itu Hyukjae tidak sempat berkenalan dengannya secara resmi dan baru sekarang di kenalkan secara resmi sebagai tunangan Siwon, kakaknya.

Hyukjae membungkuk ramah pada bocah bermata bening itu. Secara fisik, Siwon dan Donghae memang tidak mirip. Tapi menurut Hyukjae, Siwon dan Donghae memiliki mata yang sama. Bening dan bersinar. Hyukjae rasa, mata yang di miliki oleh Siwon dan Donghae sekarang mungkin di turunkan oleh ibu mereka. Meskipun berbeda ayah, tapi mata mereka benar-benar terlihat sama.

"Dia tidak sesexy yang kau ceritakan padaku."

Sialan!

Komentar yang pendek dan mampu membuat Hyukjae meremas gelas plastik yang ada di tangannya.

"Dan kau benar-benar seperti yang kakakmu ceritakan. Bandel dan urakan."

Hyukjae berdecih melihat penampilan Donghae dari atas sampai ke bawah. Bagaimana tidak? Kakaknya seorang presiden direktur yang sangat sukses tapi penampilan Donghae sama sekali tidak menunjukan bahwa dia adalah adik dari seseorang yang sukses. Wajahnya yang lumayan tampan dan seperti anak-anak itu di hiasi beberapa luka dan sudut bibirnya seperti baru saja terbentur sesuatu. Selain itu, ia membiarkan rambut cokelat gelapnya berantakan yang membuatnya semakin terlihat seperti berandalan.

"Kau pikir kau pantas menjadi pendamping hidup kakakku? Bermimpilah terus!"

Melihat kekasih dan adiknya saling memelototi seperti hendak saling memakan, Siwon menarik Hyukjae ke dalam rangkulannya dan memberikan Donghae tatapan yang tajam.

"Berhentilah bertengkar! Dan kau Lee Donghae, ada apa dengan wajahmu? Kau berkelahi lagi? Bajingan mana kali ini?"

"Hanya beberapa preman di jalanan. Sudahlah, aku lelah dan ingin segera sampai di kamar."

"Kau akan aku daftarkan di sekolah elit di sini, aku harap kau tidak menimbulkan banyak masalah. Jangan samakan pergaulanmu di Amerika dengan di sini, paham?"

"Aku tahu, Hyung."

.

.


ooODEOoo


Setelah dua tahun hidup bersenang-senang di luar negeri sebagai remaja yang bebas dan selalu di dukung secara finansial oleh kakak semata wayangnya, akhirnya Donghae di panggil pulang oleh kakaknya. Donghae bukannya tidak senang kembali ke Korea dan hidup bersama dengan kakak yang sangat ia hormati dan ia sayangi, hanya saja Donghae tidak menyukai kenyataan bahwa kakaknya sekarang adalah orang yang sukses dan terkenal. Bukan karena Donghae iri, tapi karena orang-orang di sekitarnya yang selalu membanding-bandingkannya dengan kakaknya dan selalu membicarakan keburukan keluarganya di belakang punggungnya.

Sejak kecil, Donghae memang tidak tertarik dengan bisnis atau sejenisnya. Donghae hanya tertarik mengikuti kakaknya kemana pun dia pergi dan bermain bersamanya. Tidak ada sedikitpun niat merebut posisi kakaknya atau menginginkan kekuasaan kakaknya, yang Donghae inginkan hanyalah hidup bahagia dengan kakaknya tanpa campur tangan bajingan-bajingan berjas yang selalu menjilat kakaknya. Dan salah satu penjilat yang di benci Donghae adalah Lee Hyukjae, tunangan sang kakak.

Melihat tingkah Hyukjae yang sok manja dan selalu bergelayut mesra di lengan kakaknya membuat Donghae muak dan ingin sekali menghajarnya. Donghae membencinya bukan tanpa alasan, bahkan dari cara Hyukjae memandang kakaknya pun Donghae sudah tahu bahwa Hyukjae tidak benar-benar mencintainya. Tatapan orang yang sedang jatuh cinta tidak mungkin sedingin dan sedatar itu.

"Saat di bandara tadi, kau sedikit keterlaluan pada kakak iparmu. Kau tidak menyukainya?"

Donghae beringsut dan menyingkap selimut yang sejak tadi menutupi seluruh tubuhnya, saat mendengar suara Siwon. Donghae menghembuskan nafasnya sambil menatap Siwon yang sekarang sedang duduk di samping tempat tidurnya.

"Bukan begitu, aku hanya tidak menyukai tatapannya. Dia seperti tidak tulus mencintaimu, tatapannya terlalu datar dan dingin. Aku tidak mau dia menyakitimu pada akhirnya."

Siwon ikut menghembuskan nafasnya, ia kemudian mengulurkan tangannya untuk mengelus rambut cokelat gelap Donghae.

"Hyukjae memang seperti itu, dia bukan tipe laki-laki yang menunjukan sisi lembutnya pada setiap orang. Hyukjae juga bukan tipe laki-laki yang mudah di baca kepribadiannya, kau harus mengenalnya lebih dekat lagi agar bisa memahaminya dan merasakan sisi lembutnya."

"Maaf."

"Kau tidak perlu minta maaf. Sekarang, kita turun untuk makan malam dan kita obati luka-luka di wajahmu itu."

Bujukan Siwon memang selalu mampu meluluhkan Donghae yang keras kepala. Setelah di bujuk dengan lembut, akhirnya Donghae mengangguk patuh dan mengikuti langkah kaki kakaknya menuju ruang makan di lantai bawah.

"Lama sekali turunnya."

Mata bening Donghae menatap Siwon dengan tatapan bertanya. Donghae pikir, malam ini ia hanya akan makan malam berdua dengan kakaknya tapi ternyata Hyukjae juga ada di sana nampak sedang sibuk menata makanan yang sudah di masak oleh koki khusus di meja makan. Hyukjae benar-benar bertindak seolah-olah dia adalah istri Siwon yang sesungguhnya.

"Duduklah, aku akan mengobati luka di wajahmu. Kakakmu bilang, dia takut menyakitimu bila dia yang mengobatimu."

Masih dengan tatapan bertanya pada Siwon, Donghae terpaksa duduk di hadapan Hyukjae dan membiarkan calon kakak iparnya itu menyentuh kulit wajahnya. Donghae meringis saat telapak tangan Hyukjae yang halus menyentuh lukanya. Rasanya canggung sekali duduk berhadapan tanpa jarak dengan calon kakak iparmu.

"Ini terbentur atau di pukul orang?"

"Di pukul lalu terbentur meja."

"Wajahmu cukup tampan, tapi luka-luka ini membuatmu sedikit menyedihkan."

Sial!

Donghae mengerjapkan matanya beberapa kali saat tidak sengaja mereka saling bertatapan. Donghae tidak percaya, di dunia ini ada laki-laki yang memiliki kulit sehalus Hyukjae. Wajah Hyukjae begitu putih dan bibirnya merah merona alami, menambahkan kesan cantik pada sosok yang sekarang sedang sibuk menutupi luka-luka di wajah Donghae dengan plester.

"T—terima kasih."

Hyukjae tersenyum, kemudian ia mengelus rambut Donghae dengan gemas.

"Selama di sini, jangan membuat kakakmu dan aku susah! Besok aku yang akan mengantarmu ke sekolah baru karena kakakmu ada rapat penting yang tidak bisa di tinggal."

Kening Donghae berkerut, bingung. Di hari pertamanya pindah ke sekolah baru, kakaknya justru sibuk dan tidak bisa mengantarnya. Donghae mendengus kemudian mengalihkan pandangannya pada kakaknya yang sedang menikmati makan malamnya dengan serius.

"Kau besok sibuk?"

"Maaf, besok aku benar-benar sibuk. Jangan nakal dan patuhi semua kata-kata Hyukjae, mengerti?"

"Hm."

Menjadi adik dari seorang presiden direktur sukses seperti Siwon sangatlah tidak enak. Sekarang, Donghae tidak bisa lagi leluasa berbicara atau bermain bersama kakaknya. Sepanjang hari Siwon akan di sibukkan dengan setumpuk dokumen yang harus ia tanda tangani dan tidak punya waktu lebih untuk bermain dengan Donghae.

.

.


Pagi-pagi sekali, Donghae sudah di bangunkan oleh suara—tidak—merdu Hyukjae. Calon kakak iparnya itu berteriak-teriak seperti ibu-ibu yang baru kerampokan. Hyukjae berjalan kesana kemari mengelilingi kamar luas Donghae dengan sebuah kemeja dan jas sekolah yang Donghae yakini adalah seragam sekolahnya yang baru.

"Pagi-pagi begini kenapa ribut sekali? Berhentilah berputar-putar di kamarku! Kau membuat aku pusing!"

"Kau tidak lihat? Aku sedang membereskan barang-barangmu yang tercecer di mana-mana. Sekarang, cepat mandi dan pakai seragammu sebelum kita kesiangan!"

Dengan mata yang masih terpejam, Donghae berjalan malas-malasan menuju kamar mandi. Di pagi secerah ini, Donghae ingin sekali kembali ke tempat tidurnya dan kembali bergulung mesra dengan selimut bermotif ikan-ikan kecil miliknya.

"Hyukjae Hyung! Aku meninggalkan handuk dan seragamku di tempat tidur, tolong ambilkan kemari."

"Ambil sendiri! Aku masih sibuk merapikan barang-barangmu."

Donghae mendengus, bagaimana bisa ia mengambil sendiri handuknya sementara keadaannya sedang telanjang bulat seperti ini.

"Jadi kau ingin melihatku telanjang, sekarang?"

"A—aku akan aku ambilkan! Kau dasar bocah manja!"

Hyukjae menyerahkan handuk dan seragam Donghae dengan wajah yang ketus.

"Kakakmu terlalu memanjakanmu! Lihat dirimu, apa-apa ingin di layani."

"Pergi kau!"

Setelah melalui pagi yang begitu menghebohkan, akhirnya Donghae sampai di sekolah barunya. Donghae turun dari mobil Hyukjae tanpa memandangnya lagi, bahkan tidak ada ucapan terima kasih atau ucapan basa-basi lainnya. Donghae hanya diam dan turun dari mobil dengan sedikit malas-malasan.

"Kau sudah tahu dimana kelasmu?"

"Ada beberapa teman yang ku kenal bersekolah di sini, kau tidak perlu cemas."

Meskipun Donghae sudah memberitahunya agar tidak cemas, nyatanya Hyukjae tetap mengikutinya turun dari mobil dan ikut masuk ke gedung sekolah yang tentu saja langsung mengundang tatapan dari banyak orang.

"Jangan nakal, aku akan menjemputmu nanti."

Hyukjae mengusak rambut Donghae dan merapikan dasinya. Sekarang Hyukjae sedang bertingkah seperti seorang ibu yang sebenarnya lebih terlihat seperti istri yang akan melepaskan suaminya pergi ke kantor. Pemandangan romantis cuma-cuma ini jelas saja mengundang bisik-bisik dari berbagai sudut ruangan. Bagi orang yang tidak mengenal siapa Hyukjae, mungkin akan berpikir bahwa Hyukjae adalah kekasih Donghae.

"Aku tahu, sekarang pergilah. Semua orang sedang memandang ke arah kita, aku tidak nyaman!"

"Okay, aku pergi dulu. Ingat! Jangan nakal dan jangan berulah!"

Setelah Hyukjae pergi, Donghae masuk ke kelasnya dan mengundang sorak-sorak dari teman sekelasnya. Donghae tidak mengerti, apa yang perlu di soraki? Memangnya Donghae selebriti? Pada dasarnya Donghae sama saja dengan siswa lainnya, yang membedakan hanyalah status kakaknya saat ini. Donghae memperkenalkan dirinya dengan singkat dan langsung duduk di bangku kosong di belakang tepat di sebelah Jung Yunho dan Cho Kyuhyun yang menjadi teman mainnya sejak kecil.

"Kau bajingan kecil akhirnya kembali juga!"

Yunho menoyor kepala Donghae sebelum memeluknya seperti orang kesetanan. Bagaimanapun, Donghae adalah sahabat terbaiknya selain Kyuhyun dan ia merasa kehilangan saat tiba-tiba saja Donghae memutuskan untuk pindah ke Amerika.

"Aku kehilangan pesaing belajarku."

Donghae hanya melemparkan senyum pada Kyuhyun yang menyambutnya dengan tenang, berbeda dengan Yunho yang selalu berisik dan grasak-grusuk. Sejak kecil, Kyuhyun memang yang paling tenang di antara mereka bertiga.

"Jadi, bagaimana Amerika?"

Mendengar pertanyaan retoris Yunho, Donghae hanya bisa berdecih sambil memukul kepalanya sekuat tenaga. Yunho bertanya seolah-olah dia adalah anak dari pelosok Negara yang tidak pernah ke luar negeri sama sekali. Padahal sebelum Donghae pergi ke Amerika, Yunho adalah orang yang sering berlibur di sana selama liburan musim panas. Anak seorang presiden direktur Jung's Company tidak mungkin tidak tahu-menahu soal Amerika.

"Kau sedang meledekku sekarang? Kau bahkan tahu lebih banyak soal Amerika!"

"Aku hanya tahu soal berlibur tapi tidak tahu rasanya menetap di sana? Sudah berapa banyak orang yang kau tiduri?

Pertanyaan vulgar Yunho barusan mengundang tatapan mematikan dari Donghae dan Kyuhyun. Di tengah-tengah kelas yang sedang berlangsung, Yunho menanyakan sesuatu yang tidak seharusnya ia tanyakan. Dan sekali lagi, Yunho mendapatkan pukulan di kepalanya. Kali ini, Kyuhyun ikut serta memukul kepalanya dengan buka matematikanya yang tebal.

"Kau pikir aku hidup bebas tanpa pengawasan? Kakakku selalu mengawasiku! Dasar bodoh!"

"Kenapa kau datang dengan sekretaris kakakmu?"

Kyuhyun yang sejak tadi diam saja akhirnya angkat bicara. Donghae lebih suka mendengar pertanyaan Kyuhyun yang tidak pernah bertanya macam-macam seperti yang Yunho lakukan. Laki-laki tampan berkaca mata itu selalu membicarakan hal yang rasional dan tidak pernah aneh-aneh.

"Oh, itu karena kakakku ada rapat penting hari ini. Jadi dia mengantarku dan siang nanti dia akan menjemputku."

"Setiap hari?"

"Hanya hari ini, besok aku sudah mendapatkan surat ijin mengemudiku dan aku akan membawa mobilku sendiri!"

Baik Yunho maupun Kyuhyun hanya diam sambil meneguk ludahnya dengan susah payah. Mereka menatap Donghae horror saat Donghae mengatakan soal mengendarai mobilnya sendiri. Di Korea ini, siapa yang tidak tahu kemampuan Donghae dalam berkendara? Donghae memang mendapatkan surat ijin berkendaranya secara legal, dia juga mengikuti prosedur yang ada, tapi kemampuannya berkendara di jalanan sungguh mengerikan. Jika masih ingin berumur panjang, sebaiknya tidak membiarkan Donghae berkendara sendiri.

"Kalian boleh menumpang di mobilku nanti."

Kyuhyun dan Yunho langsung menggeleng.

"Tidak usah! Kami bisa naik mobil kami sendiri."

.

.


Tepat pukul dua siang, Hyukjae benar-benar datang menjemput Donghae. Lagi-lagi Hyukjae bertingkah seolah-olah dia adalah istri dan kakak ipar yang baik. Sebenarnya kalau Donghae boleh jujur, ia merasa risih saat harus berduaan dengan Hyukjae. Bukan karena Donghae membencinya, tapi karena perhatian Hyukjae yang berlebihan membuatnya sedikit tidak nyaman. Donghae bukan lagi anak-anak yang perlu di perhatikan setiap detailnya, sekarang Donghae laki-laki berusia sembilanbelas tahun yang sudah bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar.

"Kita akan langsung ke kantor kakakmu dan makan siang bersama."

"Hm."

"Bagaimana hari pertamamu? Aku dengar kau satu kelas dengan Jung Yunho dan Cho Kyuhyun, benar?"

"Lumayan. Ya, aku satu kelas lagi dengan mereka. Oh, besok tidak perlu mengantarku lagi karena Siwon Hyung sudah mengurus surat ijin mengemudiku. Mulai besok aku akan membawa mobilku sendiri."

Tidak ada jawaban, Hyukjae hanya mengangguk sambil tersenyum. Senyuman tipis yang entah kenapa tampak manis sekali.

"Apa kau benar-benar mencintai kakakku? Mencintainya sebagai Choi Siwon, bukan sebagai presiden direktur yang sukses."

"Apa aku harus menjawab pertanyaanmu yang satu itu? Kenapa tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?"

Donghae berdecih, ia sudah tahu jawaban Hyukjae akan seperti itu. Donghae yakin, Hyukjae tidak benar-benar mencintai kakaknya.

"Kau bukan berasal dari keluarga susah, ayah dan ibumu pengelola restoran mahal yang sudah memiliki cabang di berbagai kota. Aku rasa, uang bukanlah tujuan utamamu. Kau memiliki dendam pada kakakku?"

Hyukjae menepikan mobilnya, ia mulai merasa tidak nyaman dengan pertanyaan Donghae yang terdengar mengintimidasi itu. Setelah menepikan mobilnya Hyukjae menatap Donghae serius, mungkin sudah saatnya ia menganggap calon adik iparnya itu sebagai laki-laki dewasa dan tidak meremehkannya.

"Aku memutuskan bertunangan dengan kakakmu memang bukan karena aku sangat mencintainya. Tapi, aku juga tidak menginginkan hartanya. Untuk apa? Aku sudah memiliki segalanya. Dendam? Aku tidak memiliki dendam apapun padanya, kenapa aku harus mendendam pada laki-laki yang selalu menyanjungku dan memperlakukan aku dengan baik?"

"Lalu apa alasanmu?"

"Aku merasa nyaman saat berada di dekatnya, dia laki-laki yang baik. Aku memang orang yang seperti ini, aku tidak pernah menaruh banyak cinta pada seseorang. Bukan karena aku trauma pada cinta atau pernah terluka karena cinta, aku hanya berusaha melindungi diriku sendiri agar tidak terluka karena cinta. Orang yang terlalu larut dalam cinta adalah orang yang lemah, cinta itu omong kosong dan hanya akan memberimu luka pada akhirnya."

Jawaban Hyukjae benar-benar unik, bahkan Donghae hanya bisa menatapnya tidak percaya dan kehilangan semua kata-katanya. Di dunia ini, ternyata ada laki-laki senaif Hyukjae yang tidak mau jatuh cinta.

"Jadi kau belum pernah mengalami yang namanya cinta pertama? Kau laki-laki dingin yang mengerikan."

"Setidaknya karena aku yang seperti ini, aku tidak pernah membuat diriku sendiri terluka karena cinta."

Setelah obrolan mereka selesai, Hyukjae kembali menjalankan mobilnya. Sementara itu Donghae masih memandangi Hyukjae dengan tatapan yang sulit di artikan. Donghae melihat Hyukjae sebagai laki-laki aneh yang takut jatuh cinta dan terlalu berlebihan. Dia melindungi dirinya sendiri seolah-olah cinta adalah penyakit yang akan membuatnya mati.

"Kakakmu sudah menunggu, masuklah duluan aku menyusul setelah memarkirkan mobil."

Donghae bergegas turun dari mobil tapi sebelum itu, ia mencengkram lengan Hyukjae dan memaksanya untuk menatap ke dalam mata cokelat hazelnya.

"Aku tidak peduli padamu yang menganggap cinta itu sesuatu yang mengerikan, tapi aku peduli pada kakakku yang sangat mencintaimu. Aku harap, kau tidak akan menyakiti kakakku. Setidaknya, berikan dia sedikit cinta karena dia telah mencintaimu dengan sepenuh hati."

.

.

TBC


Bawa cerita baru lagi ^^

seperti biasa, saya ingin tahu tanggapannya dulu. ini layak lanjut apa ngga?

sebelumnya maaf karena gak bisa memenuhi keinginan kalian untuk bikin sekuel Way Back Into Love ^^ saya biasanya kl bikin sekuel suka aneh dan malah gak rame jadi ngebosenin gitu ceritanya ^^

nah, sebagai permintaan maaf saya bawa fanfict baru aja hehehe semoga suka ya sama ceritanya ^^

review, ya?

thank you dan love you ^^

.

.

With Love,

Milkyta Lee