.

Yang indah hanya sementara, yang abadi hanya kenangan...

Yang ikhlas hanyalah dari hati dan yang tulus adalah dari sanubari…

Bukan mudah mencari yang hilang,

Bukan mudah mengejar impian,

Namun jauh lebih susah adalah mempertahankan apa yang ada.

.

.


xXx

Naruto © Masashi Kishimoto

RedRabbit, (not so) proudly present:

"Orange Caramel"

Ch. 1

-Love is like war, easy to begin but hard to end-

xXx


Sakura menatap orang yang duduk di depannya. Seorang perempuan berambut pirang panjang dan bermata biru sebiru langit tak berawan. Mereka berdua sedang berada di sebuah restoran mewah bernuansa eropa.

"Jadi... hal apa yang ingin kau bicarakan, Sakura-san?" Perempuan berambut pirang itu membuka suara, memecah keheningan antara dirinya dan Sakura.

Sakura menggigit bibir bawahnya dan mencengkram rok yang sedang dikenakannya. Jujur, dia benar-benar bingung sekarang. Apakah tindakan yang dilakukannya ini adalah sebuah kebenaran? Apakah dia memang harus melakukannya? Meskipun hal ini akan membuatnya semakin terluka, dan kemudian menyesal.

Tapi...

Satu hal yang dimengerti oleh Sakura. Meskipun hatinya akan sakit dan terluka, pada kenyataannya dia memang harus melakukannya demi orang yang dicintainya. Terkadang, sebuah pengorbanan memang diperlukan dalam sebuah drama percintaan.

Mencintai.., memang tidak harus memiliki…

Tapi tetap saja, hal itu akan terasa sakit.

Sakura tersenyum miris begitu memikirkan kehidupan percintaannya. Hingga sampai akhirpun, sekeras apapun dia berjuang dan berusaha, Sakura tetap tidak bisa menggeser posisi perempuan di depannya ini, di hati pria yang dicintainya.

To love someone who does not love you, is like shaking a tree to make the dew drops fall.

Sometimes we have just to let go of someone who matters to us,

not because we want to, but because we have to.

and it's the right things to do…

Let us remember that we can't force anyone to love us…

We can't beg someone to stay when he wants to leave and be with someone else…

This is what live is all about, however the end of love is not the end of life, it should be the beginning of understanding that love lives for a reason and leaves with a lesson.

Sambil menunggu Sakura yang tidak kunjung membuka suara, perempuan berambut pirang itu mengambil minuman di depannya, kemudian meminumnya secara perlahan.

"Hal yang ingin aku bicarakan adalah tentang…" Jeda beberapa saat sebelum Sakura melanjutkan perkataannya.

"Uchiha Sasuke."

Gerakan perempuan berambut pirang itu terhenti seketika begitu mendengar nama 'Uchiha Sasuke' disebutkan. Keterkejutan melanda dirinya, sudah lama sekali dia tidak mendengar nama itu, dan selama itu juga dia selalu berusaha melupakan dan mengubur dalam-dalam semua kenangan tentang orang yang menyandang nama itu.

Sakura memandang perempuan di depannya, dia dapat melihat dengan jelas perubahan ekspresi terkejut perempuan berambut pirang itu begitu dia mengucapkan nama Sasuke. "Naruto-san, apa kau mengenal... Sasuke-kun?" Tanya Sakura kepada perempuan di depannya (Naruto).

Diam... adalah hal yang dilakukan oleh Naruto.

"Kau… mengenalnya'kan?" Ulang Sakura.

Naruto mengambil napas dalam dan menghembuskannya secara perlahan, berusaha menenangkan dirinya. "Ya, aku mengenalnya." Jawab Naruto. "Tapi sudah lama, aku tidak bertemu atau mendengar kabarnya." Tambah Naruto.

Mereka berdua kembali terdiam, entah kenapa, membicarakan tentang Sasuke membuat hati mereka sesak dan mengganjal.

"Aku…" Sakura kembali membuka suaranya.

"Aku adalah... istri Sasuke-kun."

Untuk kedua kalinya, perkataan Sakura membuat Naruto tertengun.

Naruto tidak mengerti, meskipun dia sangat membenci Sasuke dan berusaha untuk melupakannya. Tapi kenapa…?

Kenapa…?

Kenapa begitu Sakura mengatakan kalau dia adalah istri Sasuke, hati Naruto terasa sakit?

Sakit dan kecewa berkecamuk di hati Naruto.


Naruto menatap keluar jendela, menatap langit yang terlihat mendung dan siap meluncurkan hujan deras kapanpun. Di tangannya terdapat sebuah buku tebal bersampul biru dongker, Sakura yang memberikan buku itu kepadanya. Katanya buku ini adalah journal harian Sasuke, dan jika dia membaca buku ini, maka Naruto akan tau kejadian sebenarnya lima tahun yang lalu. Kejadian yang membuat semuanya berubah…

"Kenapa kau melamun di tempat seperti ini?"

Seseorang menegur dan berjalan mendekati Naruto. Naruto tersenyum begitu melihat orang itu. "Gaara." Sapanya.

"Kebanyakan melamun tidak baik untuk kesehatan." Kata Gaara menasehati.

"Aku bukannya melamun, tapi sedang berpikir." Bela Naruto.

"Memangnya apa yang kau pikirkan?" Tanya Gaara.

Naruto terdiam, tidak mungkin dia mengatakan kalau dia sedang memikirkan tentang Sasuke pada Gaara. "Aku memikirkan banyak hal. Seperti.. pernikahan kita." Kata Naruto berbohong sambil memandang ke luar jendela.

"Kenapa? Apa kau gugup, karena resepsi pernikahan kita tinggal sebentar lagi?" Tanya Gaara.

Naruto memandang cincin yang terlingkar manis di jari manisnya, cincin pemberian Gaara saat melamarnya dulu. "Aku hanya bingung, kenapa kau mau menikah denganku?" Tanya Naruto.

Gaara tampak bingung mendengar pertanyaan Naruto. "Apa maksudmu?" Tanyanya.

"Kenapa… kenapa kau mau menikah dengan perempuan cacat seperti diriku? Aku tidak bisa berjalan, dan hanya bisa duduk di kursi roda. Dan kau juga tau masa laluku, aku.. aku pernah..." Belum sempat Naruto menyelesaikan perkataannya, Gaara mengecup lembut bibir ranum Naruto, sehingga membuat Naruto terdiam.

Gaara tersenyum lembut. "Kau tau… aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu."

Naruto terdiam, dia memandang mata emerald Gaara yang terlihat bercahaya. "Tapi... kau berhak mendapatkan yang terbaik."

"Dan kaulah yang terbaik bagiku."

Naruto tersenyum mendengar jawaban Gaara. Gaara memang lelaki yang baik, dia sangat beruntung mendapatkan Gaara yang begitu mencintai dan perhatian padanya.

"Ayo, kau harus segera istirahat. Sepertinya kau kelelahan." Kata Gaara sambil mendorong kursi roda Naruto.

I was once broken, like an old toy that could never be fixed.

For I was destroyed. My whole life was nothing but a pile of shattered glass,

Worthless.

Until I found you.

.

.

.

.

.

.

Sakura duduk di kursi di samping tempat tidur berseprai putih, mengabaikan aroma tajam dari obat-obatan di ruangan yang hampir seluruhnya didekorasi dengan warna putih. Jemari lentiknya bergerak pelan, menggenggam tangan seorang pria yang tertidur lelap di kasur itu, Uchiha Sasuke, suami tercintanya.

Sakura memperhatikan suaminya yang tertidur lelap itu. Sudah lama Sasuke tidak bangun-bangun dari tidur panjangnya, bisa dibilang Sasuke sedang koma.

Dia sudah koma selama satu tahun.

Dan itu, bukan waktu yang singkat.

Wajah Sasuke terlihat begitu damai, seakan tidak terjadi apapun. Tapi Sakura tahu telah terjadi perubahan besar pada fisik suaminya itu. Kulit Sasuke yang putih terlihat semakin pucat, seolah tak ada darah di nadinya, tubuhnyapun semakin kurus hari demi hari.

Sasuke terlihat sangat rapuh...

Air mata jatuh membasahi pipi putih Sakura.

"Sasuke, hari ini aku berhasil menemui Naruto. Dia.. wanita yang cantik. Tidak salah jika kau begitu mencintainya, hehe..." Sakura tertawa dipaksakan.

"Aku memberikan buku harianmu kepada Naruto, agar dia tau seperti apa perasaaanmu kepadanya."

"Karena itu... aku mohon Sasuke. Bangunlah... bangun, hiks..hiks... Bangun Sasuke, kumohon bangunlah…" Lirih Sakura di tengah isakannya.


Naruto terbangun dari tidurnya begitu mendengar suara rintik hujan yang deras. Dia melihat ke arah Jam di samping tempat tidurnya. Jam menunjukkan pukul 00.01 am, dan itu menandakan kalau sekarang sudah lewat tengah malam.

Selalu seperti ini...

Selalu saja seperti ini, ketika Naruto mendengar suara rintik hujan di saat dia tidur, dia pasti akan terbangun dan tidak akan bisa tidur lagi sebelum hujan menjadi reda.

Baginya... hujan merupakan tangisannya...

Jika dia melihat langit mendung, maka mata biru Naruto juga akan turut menjadi mendung. Dan jika langit menurunkan rintik-rintik air yang membasahi tanah, maka mata Naruto juga akan mengeluarkan air yang membasahi kedua pipinya.

Hujan membawa seribu kenangan yang menyayat hatinya.

Mengorek lukanya.

Kenangan yang mungkin tidak akan pernah bisa dilupakannya... seumur hidupnya…

Naruto menghapus air mata yang mengalir di pipinya. Dia memejamkan matanya, dan berusaha menyamankan posisinya.

Uchiha Sasuke,

Entah kenapa, nama itu selalu terngiang di benak Naruto. Semenjak dia bertemu dengan Sakura dan berbicara dengannya, dia menjadi tidak pernah bisa berhenti memikirkan Sasuke. Padahal sudah bertahun-tahun lamanya Naruto tidak pernah bertemu Sasuke dan berusaha melupakannya.

Tapi kenapa?

Kenapa?

Kenapa bayangan Sasuke masih terlihat dengan jelas di benaknya?

Naruto melihat buku yang tergeletak di samping bantalnya. Sebuah buku tebal bersampul biru dongker, buku itu adalah journal harian Sasuke.

Perlahan... jemari Naruto menyentuh buku itu dan mengambilnya.

Apa benar? Jika dia membaca buku ini, maka dia akan benar-benar mengerti tentang kejadian lima tahun yang lalu? Bagaimana jika buku ini malah akan menambah lukanya? Menambah kekecewaan pada dirinya?

Naruto menarik napas dalam dan menghembuskannya, rasa penasaran telah menguasainya. Perlahan dia membuka sampul buku harian itu. Di halaman pertama terlihat tulisan tangan yang sangat rapi, Naruto mengenal tulisan tangan ini, ini memang benar-benar tulisan Sasuke.

Naruto mulai membaca setiap bait tulisan rapi yang tertera di buku itu…

.

/ Sasuke Journal, Desember 25, 2012 /

Bagiku, kehidupan itu seperti sebuah sandiwara yang sudah dirancang oleh Tuhan, dan setiap kejadian adalah merupakan takdir yang harus dijalani. Terkadang aku berpikir kalau Tuhan itu sama sekali tidak adil, jika Tuhan memang adil. Lantas kenapa? Di saat orang-orang sedang berbahagia karena merayakan natal setiap tahunnya. Maka setiap tahun jugalah aku berdiri seorang diri di sini, berdiri di depan batu nisan orang yang paling aku cintai di dunia ini. Batu nisan ibuku... 'Uchiha Mikoto'.

/

Sasuke berdiri di depan sebuah batu nisan, matanya menatap sendu deretan huruf yang tertera di batu nisan itu. 'Uchiha Mikoto' Nama ibunya.

Sudah sepuluh tahun lamanya ibu Sasuke meninggal karena sebuah ledakan bom besar di kota Oto. Pemboman itu terjadi karena suatu perselisihan dan sengketa antara dua Negara besar, yaitu Otonagakure dan Konohagakure.

Sasuke memejamkan matanya. Tak bisa Sasuke pungkiri, kalau kematian ibunya adalah karena kesalahannya. Seandainya dulu Sasuke tidak merengek pada ibunya untuk dibelikan sebuah mainan di salah satu mall besar di kota Oto sebagai hadiah natal, seandainya Sasuke tidak egois dan kekanankan, maka pasti ibunya masih hidup sampai sekarang.

Pemboman itu menewaskan ribuan banyak nyawa, dan menjadi pertanda dimulainya perang besar antara Negara Oto dan Konoha. Dan peperangan itu berlangsung hingga sampai sekarang.

Tiba-tiba ponsel Sasuke berdering. Dia melirik nama si pemanggil sekilas dan kemudian mengangkatnya.

["Sasuke, kau dimana?"] Sebuah suara berat, dingin dan datar terdengar dari ponsel Sasuke.

"Di makam." Jawab Sasuke singkat dan tak kalah dingin.

["…"] Orang di balik ponsel Sasuke terdiam untuk beberapa saat. ["Jangan lupa, kau harus ke kediaman Hyuuga hari ini."]

"Hn." Jawab Sasuke.

Sambungan teleponpun terputus.

Sasuke terdiam, wajahnya dingin dan tanpa ekspresi. Tapi jika kau memperhatikan sorot matanya, maka kau akan melihat sorot mata kekecewaan di sana.

Orang yang menelpon tadi adalah Uchiha Fugaku, ayahnya. Fugaku adalah seorang kepala milliter yang mengepalai dan memimpin peperangan di Negara Oto. Fugaku adalah orang yang sangat sibuk, dan tidak pernah pulang ke rumah, bahkan Fugaku tidak hadir disaat pemakaman ibunya sepuluh tahun yang lalu, dan sampai saat ini pun, dia tidak pernah mengunjungi makam Mikoto. Dan Sasuke yakin, lelaki itu bahkan tidak tau di mana istrinya dimakamkan.

Sasuke berjalan meninggalkan makam ibunya. Sesuai perintah ayahnya, dia akan ke kediaman Hyuuga hari ini, dia akan menemui tunangannya, yaitu Hyuuga Hinata.

/

- Naruto Side –

Naruto menghentikan kegiatan membacanya begitu dia melihat nama Hyuuga Hinata tertulis di journal harian Sasuke. Ingatannya menerawang untuk mengingat sosok perempuan itu. Naruto tidak akan mungkin lupa mengenai Hyuuga Hinata. Hinata adalah seorang perempuan cantik, manis, anggun, baik, dan sedikit pemalu, atau lebih tepatnya amat sangat pemalu.

Hinata adalah anak dari kepala Negara Otonagakure, President Oto, yaitu Hiashi Hyuuga. Dan Naruto juga tau, alasan kenapa Sasuke dan Hinata bertunangan adalah karena paksaan orang tua mereka berdua. Uchiha dan Hyuuga, mereka memang kolaborasi yang hebat.

Bagi Naruto, Hinata adalah sosok perempuan yang patut dicontoh. Meskipun dia terlihat lemah dan pemalu, tapi dia adalah perempuan yang paling tegar yang pernah Naruto temui. Hinata menjungjung tinggi arti sebuah perdamain, dengan caranya sendiri, Hinata selalu berusaha membuat Negara Oto dan Konoha berdamai.

Jika Naruto ditanya : Siapa pahlawan perempuan yang paling dikaguminya, maka Hinata Hyuuga'lah jawabannya.

Naruto tersenyum begitu mengingat Hinata. Dia jadi teringat bagaimana dirinya dulu lima tahun yang lalu. Naruto sangat berbeda dengan Hinata. Jika Hinata penyabar, maka Naruto amat sangat tidak penyabar, sifatnya meledak-ledak dan sangat sulit mengendalikan emosinya, dan terkadang tindakannya tidak pernah dipikirkan secara matang, dan sering kali membuat orang lain kesusahan.

Hal yang sama dari mereka berdua adalah mereka sama-sama Putri dari seorang President.

Yang berbeda adalah negaranya. Jika Hinata adalah anak President Oto, maka Naruto adalah anak President Konoha.

Oto dan Konoha.

Naruto, Sasuke dan Hinata...

Mereka musuh... dan bertemu di medan pertempuran.

.

/ Flashback in Naruto side

Seorang pemuda dengan bekas luka melintang di wajahnya nampak berlari tergesa-gesa, wajahnya menampakan kepanikan yang luar biasa, dan sesekali dia menabrak orang-orang yang dilaluinya.

"Minato-sama, gawat!" Teriak pemuda itu kepada seorang pemuda tampan berambut pirang.

"Hn? Iruka, ada apa? Kenapa kau tergesa-gesa seperti itu?" Tanya Minato.

Iruka tampak kelelahan karena sejak tadi dia terus berlari sekencangnya untuk menemui Minato. "Naruto-sama, dia tidak ada di kamarnya." Kata Iruka dengan ekspresi pucat dan kelewat panik.

Minato tampak bingung mendengar perkataan Iruka. "Apa maksudmu?" Tanyanya memastikan.

"Dia... dia kabur." Kata Iruka dengan ekspresi takut-takut.

"Kabur?" Minato tampak terkejut mendengar informasi yang diberikan oleh Iruka. Anak perempuan satu-satunya kabur? Oh my God! Itu kabar buruk.

"Cepat cari dia, dan seret dia pulang!" Perintah Minato dengan segala kewibaannya. Dia tidak bisa membiarkan anak perempuannya berkeliaran tanpa pengawal di saat situasi Negara yang sedang kacau karena disibukkan oleh peperangan.

End of Flashback /

.

Naruto tersenyum begitu mengingat hal gila yang pernah dia lakukan. Dia pernah kabur dari rumahnya demi mewujudkan impiannya, yaitu membela negaranya.

Naruto berpendapat sebagai seorang Putri President Negara Konoha, dia punya kewajiban untuk melindungi Negaranya dari berbagai serangan musuh. Dia tidak bisa tinggal diam saja melihat rakyatnya bertempur mempertaruhkan nyawanya, sedangkan dirinya hanya duduk diam di rumah sambil menyaksikan? Baginya, hal seperti itu sama sekali tidak benar. Seharusnya, para pemimpin negaralah yang melindungi rakyat, bukan rakyat yang melindungi pemimpin. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berdiri langsung di tengah-tengah rakyatnya, bukan bersembunyi di tempat rahasia karena takut terluka.

Naruto masih ingat dengan jelas, apa yang dilakukannya saat itu. Dia ikut pelatihan militer di kota Konoha sebagai sukarelawan, dia memotong rambutnya menjadi pendek, dan menyamar menjadi seorang pria...

Benar-benar gila.

.

/ Flashback in Naruto side

"Konoha adalah Negara kita, rumah kita, kita harus melindunginya dengan segenap kemampuan kita, meskipun nyawa kita taruhannya." Seorang pemuda berambut hitam dikuncir menyerupai nanas memberikan pengarahan kepada para relawan perang yang baru saja bergabung.

Dia adalah Nara Shikamaru, seorang Sersan mayor yang terkenal akan kejeniusannya.

"Apa kalian siap berkorban demi Negara Konoha?" Tanya Shikamaru dengan aura ketegasan yang begitu kuat terpancar.

"SIAP!" Teriak para relawan perang secara serempak.

"Silahkan perkenalkan diri kalian masing-masing. Di mulai dari kau!" Tunjuk Shikamaru kepada orang yang berdiri di barisan terujung.

"Sa-saya, Uzumaki Naruto, umur 20 tahun, saya siap membela Negara Konoha!"

End of Flashback /

.

Masih tergambar dengan jelas di ingatan Naruto, saat-saat dia menjalani latihan militer untuk mengikuti perang. Itu adalah hari yang sangat melelahkan, tiada hari tanpa berlari, shit up, push up, merangkak dan sebagainya, belum lagi beratnya baju yang mesti dia pakai. Tapi satu hal yang benar-benar merepotkan bagi Naruto adalah menyembunyikan identitas aslinya.

Identitas aslinya sebagai seorang perempuan, anak dari President Konoha, yaitu Namikaze Naruto.

Naruto melihat keluar jendela. Hujan masih terlihat mengguyur, tapi kederasannya sudah mulai berkurang, nampaknya sebentar lagi hujan akan segera berhenti.

Naruto kembali melihat buku journal Sasuke yang ada di tangannya.

.

/ Sasuke Journal, Desember 27, 2012 /

Tujuan hidup?

Hn, bagiku itu adalah sebuah pertanyaan yang sulit untuk di jawab. Aku sama sekali tidak memiliki tujuan hidup atau keinginan apapun. Aku bahkan tidak memiliki sesuatu yang berharga dalam hidupku. Aku tak punya keluarga yang kucintai, karena satu-satunya orang yang ku anggap keluarga telah tiada. Aku tidak punya teman dan bahkan hidupku tidak berarti banyak untukku.

Mungkin satu-satunya hal yang memotivasiku untuk hidup adalah keinginan untuk balas dendam. Balas dendam, itulah tujuanku. Aku akan menghancurkan Negara yang telah merenggut nyawa ibuku, yaitu Konoha.

/

Kejeniusan sudah menjadi ciri khas bagi sang penyandang marga Uchiha. Di usianya yang tergolong muda, yaitu 20 tahun. Sasuke sudah menjabat sebagai Perwira pertama (Kapten) di kemilliteran Negara Oto.

"Sasuke, kali ini kau mendapatkan misi untuk menggagalkan pengiriman barang di Negara Konoha. Pengiriman barangnya menggunakan alat transportasi kapal, yaitu Poseidon. Kita akan menjalankan rencana kita pada tanggal 29 Desember, dua hari dari sekarang." Kata seorang pria berambut putih dan diikat serta memakai kacamata. Dia adalah Kabuto, seorang Mayor Perwira Tengah di dunia militer.

/

- Naruto Side –

Naruto menghela nafas setelah membaca journal harian Sasuke. 'Poseidon – Pengiriman barang' itu merupakan misi pertama Naruto selaku sukarelawan militer.

Naruto yang bertugas melindungi...

Dan Sasuke yang bertugas menggagalkan...

Sejak awal mereka memang berbeda jurusan.

Naruto memang masih mengingat semuanya dengan jelas. Pertemuannya dengan Sasuke adalah sesuatu yang tidak bisa dilupakan.

Benar-benar tak bisa dilupakan…

-Love is like violin. The music may stop now and then, but the strings remain forever-


~ TBC ~


Karena ada yg minta fic ini buat dilanjutin, makanya aku publish ulang, hehe...