Be Careful

Summary: Sekumpulan cerita horror yang saya dapat dari teman saya, imajinasi, bahkan pengalaman saya sendiri.

Disclaimer: Vocaloid bukan punya saya, tapi punya Yamaha.

Warning: Alur gak nyambung, aneh, abal sangat.

Don't like, don't read. Thanks.

.

.

.

Multichapter.

.

.

.


Sebagian dari kisah ini adalah kisah nyata dan tentu saja di sini ada sebagian dari pengalaman menyeramkan saya.


Lihat Sekali Lagi

"Ah, sial! Hanya karena remedial aku harus pulang sesore ini?" keluh pemuda berambut blonde yang tengah berjalan menuju rumahnya. Namun, ia terpaksa harus melewati jalan lain yang sepi agar lebih cepat sampai di rumah.

Tap… tap… tap…

Langkah kaki Len terdengar sangat jelas di jalanan sepi itu. Bahkan dia bisa mendengar suara rumput yang tertiup angin yang begitu semilir. Jam sudah menunjukan waktu setengah 6 sore. Dibutuhkan sekitar 20 menit lagi agar Len sampai di rumahnya. Sedangkan, warna lembayung bercampur warna oranye menghiasi langit sore –hari semakin gelap. Matahari pun juga tampak semakin tenggelam. Lampu-lampu jalan juga sudah mulai dinyalakan. Tapi, Len melihat sosok perempuan yang tampaknya seumuran dengannya –memakai baju SMA lain di pojok jalan dekat lampu penerangan. Len pun menghampiri perempuan itu. Rambut pink-nya yang indah berkibar terkena hembusan angin.

"Kau tidak melanjutkan perjalananmu?" Tanya Len. Gadis itu menggeleng.

"Aku tersesat," gadis itu tersenyum lemah.

"Kau sepertinya sakit. Wajahmu pucat sekali," ujar Len."Biar kuantar sampai rumahmu." Gadis itu mengangguk setuju. Mereka pun berjalan menuju ke rumah si gadis tersebut. Dan itu artinya… Len akan pulang lebih malam karena ia mulai melewati jalan lain untuk menuju ke rumah gadis itu.

"Ano… apakah rumahmu masih jauh dari sini?" Len tampak asing dengan situasi di sekitarnya. Padahal, dulu dia pernah melewati jalan ini. Tapi, ingatan Len kabur tentang jalan ini.

Sepertinya aku pernah melewatinya… tapi aku tak ingat.

"Tidak begitu jauh lagi kok," beberapa detik kemudian, gadis itu berhenti di sebuah perumahan. Yang membuat Len heran, kenapa perumahan itu seperti tak berpenghuni? Dan semua lampunya mati.

"Terima kasih ya. Sampai sini saja. Jaa," gadis itu terus berjalan ke depan ke arah perumahan itu. Len merasakan ada yang tidak beres. Tapi, ia cuek saja dan akan pulang.

Tap… tap… tap… terdengar suara langkah kaki yang berat. Len yang terkejut langsung membalikan badannya ke arah suara tersebut.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya seorang pria yang membawa senter.

"Eh… aku habis mengantar seorang gadis di perumahan ini," jawab Len heran. Perasaan Len tak nyaman berada di tempat ini.

"Perumahan katamu?" Tanya pria itu sekali lagi. Len terkejut dan menoleh—

"Lihat sekali lagi…" suara itu terdengar menggema dan—

Len sangat terkejut ketika melihat perumahan tadi berubah menjadi jejeran batu nisan. Dan tepat di depannya tertuliskan nama—mungkinkah itu...?

RIP Megurine Luka.


Nenek?

Rin merengganngkan otot-otonya yang pegal karena duduk di kursi belajar terlalu lama. Dan sekarang jam sudah menunjukan angka 10 malam. Tapi, masih ada 1 mata pelajaran lagi yang harus ia pelajari.

Kriet… kriet… Lagi-lagi suara berdecit dan gesekan terdengar dari atas lemari. Yah, Rin menganggap itu semua adalah perbuatan tikus-tikus nakal yang bersarang di atas lemari kayunya. Sungguh menyebalkan. Memang di rumahnya ada beberapa tikus. Tapi, ini terlalu menyebalkan karena lemari bajunya jadi korban.

"Duh, aku lapar… Aku ingin makan cemilan dari kulkas…," gumam Rin. Tapi, ketika Rin membukakan pintu kamarnya, adiknya yang bernama Yuki itu sudah berdiri di depannya.

"Kakak, lihat Nenek tidak?" tanyanya.

"Eh? Nenek kan sedang menginap di rumah paman. Tadi, baru saja pergi jam 8 malam. Kau tadi tidur sih, jadinya kau tidak dipamiti," jelas Rin.

"Bukan."

"Eh?" jantung Rin berdegup kencang.

"Nenek yang suka duduk di atas lemari kakak. Sekarang kakak ke manakan? Aku tak melihatnya hari ini."

Sebaiknya Kau Tidur

"Yuki-chan! Sudah jam 11 malam. Ayo tidur! Besok kan kau sekolah!" seru ibu Yuki dari arah dapur. Ibunya memang suka memasak malam-malam. Yuki yang tengah menonton tv di ruang tamu itu pun akhirnya terpaksa beranjak pergi dari tempat duduknya. Tentu saja ia tak lupa mematikan tv-nya.

Yuki pun merebahkan diriya di atas kasur empuk. Kemudian, ia memejamkan matanya perlahan. Namun, beberapa detik kemudian terdengar suara berisik dari luar kamar. Seperti suara acara idol dari tv. Yuki pun membuka pintu kamar. Tapi, sekarang yang ia dengar hanyalah suara gerak-gerik masakan ibunya.

"Kenapa Yuki-chan? Kau belum tidur juga?"

"Ibu sempat menyalakan televisi tadi ya?" Tanya Yuki takut-takut.

"Eh? Tidak. Ibu dari tadi di sini," Ibu Yuki heran."Paling itu suara Sakine-san yang sedang menonton televisi di kamarnya." Yuki lega. Ia pun segera masuk kamarnya dan tidur lagi.

Tapi, kali ini suara itu terdengar lagi. Lebih keras. Yuki membuka matanya dan segera mengecek keluar kamar.

Oh iya ya… itu suara televisi dari Sakine-san. Tapi, kenapa keras sekali? Tumben ia bergadang batin Yuki. Yuki pun masuk kamar lagi dan segera menutup matanya. Tapi, suara itu terus terngiang di kepalanya. Dan ini terjadi berkali-kali.

Yuki memutuskan untuk menuju kamar Sakine.

"Sakine-san… sakine-san…," Yuki mengetuk pintu kamar Sakine.

"Ah, ada apa Yuki? Kau belum tidur? Ini sudah larut malam," jelas Sakine.

"Aku tak bisa tidur. Bisakah kau mematikan televisimu? Suaranya sangat keras," jelas Yuki.

"Televisi? Kau bicara apa Yuki? Aku sudah mematikan televisiku sejak jam 9 tadi dan aku langsung tidur." Yuki tercengang—tapi, siapa…? Lalu Yuki menuju ke kamarnya dengan lemas. Lalu, samar-samar suara televisi itu terdengar lagi. Yuki menutup telinganya. Namun percuma.

"Sebaiknya kau tidur."

Lagi-lagi suara itu—

Lagi-lagi terdengar—

Lagi…

–dan lagi…


Jangan Buka Tirainya

Lelah. Satu kata yang sudah mendeskripsikan keadaan seorang Hatsune Miku. Ia sudah memasuki kelas 3 SMP sekarang. Dan itu artinya ia akan menjalani 'Pelajaran Tambahan', mendapat setumpuk pekerjaan rumah, les tambahan, dan kertas-kertas latihan soal yang hampir membuatnya gila. Apalagi, ia bukanlah tipe orang seperti Luka yang selalu mendapat juara 1 di kelas, atau bahkan ia bukanlah seorang Kagamine Rin yang terkenal akan nilai sains-nya yang menjulang tinggi. Sedangkan dirinya sendiri? Hanya bidang olahraga dan music saja yang bisa dibilang 'jago'. Itupun tidak semua.

"Ya, pelajaran selesai. Kalian boleh pulang sekarang," ujar sensei yang mengajar di tempat les Miku. Sebagian murid mendesah. Pulang malam lagi, pikir Miku.

"Aduh… bahkan tempat les menambahkan pelajaran tambahan tadi… jadi telat 30 menit untuk pulang," desah Miku sambil mengotak-atik ponselnya. Ia berjalan melewati jalanan yang ramai. Untunglah jalur ini selalu ramai sampai larut malam. Arloji Miku menunjukan jarum pendek menunjuk ke arah angka Sembilan dan jarum panjang menjukkan angka 30.

Miku membuka pintu rumahnya. Tak ada orang. Memang. Karena orang tuanya yang kaya raya sedang pergi ke luar negeri karena urusan kerja. Miku langsung memasuki kamarnya dan segera mengganti baju.

Tok… Tok.. Tok… bunyi ketukan kaca terdengar sangat jelas di telinga Miku. Miku mulai mengeluarkan keringat dingin. Ia tak peduli. Ia ingin langsung tidur. Hanya itu.

Tok… Tok… Tok…

Tok… Tok… Tok…

Ah, lagi-lagi bunyi itu mengganggu dirinya. Sebenarnya, Miku tak berani membuka tirai jendelanya yang besar itu. Tapi, jujur itu sangat mengganggu. Miku mendesah. Barangkali tentangga sebelah Miku berpikir positif karena memang jarak antara rumanya dan rumah tetangganya sangat dekat.

Miku membuka tirai itu.

Jantung miku berdetak kencang setelah mendapati tak ada siapapun di balik tirai itu. Tubuh Miku lemas dan langsung terduduk di lantai.

Miku mendengar suara dari belakang. Suara lirih dan pelan yang seakan membisikinya. Darah Miku terkesiap.

"Makanya, jangan buka tirainya.."


Yosh... masih ada beberapa cerita lagi yang akan saya publish di chapter 2. Kalian jangan kaget kalau cerita di atas ada pengalaman saya. Dan saya juga memasukan pengalaman teman saya juga sih. Sambil mikir ide chapter 3 Halloween Night saya iseng-iseng buat cerita ini. Tungg chapter 2 cerita ini dan chapter 3 dari Halloween Night ya (kalau ada yang mau nunggu /plak).

Review?