annyeong readers! Ini ff yaoi pertama aku semoga bisa diterima dengan baik oleh reader semua!

Please, be My Wife!

Cast:

Kim jaejoong

Jung yunho

Etc

1

2

3

Start!

Annyeong! Naneun kim jaejoong imnida. Aku adalah seorang mahasiswa seni semester akhir di Seoul university. Aku tinggal di sebuah flat kecil yang terletak sekitar 10 menit berjalan kaki dari kampus. Hidupku terbilang biasa saja mengingat ayahku yang hanya seorang pemilik toko roti kecil di busan dan Ibuku yang hanya seorang ibu rumah tangga. Aku tidak pernah merasa rendah akan hal itu. aku justru semakin bersemangat untuk bisa menyelesaikan kuliahku dan membuat omma dan appa bangga. Setiap pulang kuliah aku bekerja sampingan sebagai waiter di sebuah coffee shop yang tidak jauh dari kampus. Hari ini aku berencana pergi ke coffee shop untuk bekerja sambilan seperti biasa. Matahari bersinar dengan gagahnya membuat keringat bercucuran di kulitku yang seputih susu.

"hiks. Appa..." aku menoleh.

Seorang anak kecil bertubuh gempal dengan pipi chubby yang kemerahan sedang menangis di bawah pohon yang baru saja akan aku lewati.

"appa...waaa... changmin takuut..." aku berusaha mengabaikan anak kecil itu tapi hati kecilku yang sudah terlahir baik menahanku dan membimbingku untuk mendekatinya.

"annyeong...adik kecil, kamu kenapa?" aku berjongkok di hadapannya dan tersenyum tulus padanya.

Dia menatapku dengan tatapan menyelidik. Mungkin menduga2 apakah aku orang baik atau penculik. "ahjumma...hiks."

"mwo? Ahjumma?! Adik kecil, apa kau ini tidak bisa membedakan namja dan yeoja? Aku ini namja, seharusnya kau memanggilku ahjussi." Hufh. aku menghela nafas kecil. Ok, ini bukan pertama kalinya aku dikira seorang yeoja. Mungkin karena aku terlalu 'cantik' untuk ukuran seorang namja.

"ahjussi?" dia menatapku dengan tatapan tak percaya. Aish.

"nde. Tidak usah kau pikirkan. Sekarang, kenapa kau menangis eoh?" dia menundukkan kepala dan kembali menangis. Kali ini tangisannya jauh lebih nyaring dan membuat tanganku refleks menutup telingaku.

"okay...okay...dengar, ahjussi akan membantumu." Dia langsung berhenti menangis. "pertama2 kau harus memberitahu ahjussi namamu." Kataku sambil mengelus rambutnya lembut.

"naneun jung changmin imnida." Dia sedikit membungkukkan tubuhnya.

'wah, sopan sekali anak ini.' Batinku. "naneun kim jaejoong imnida. Sekarang minnie, apa yang bisa ahjussi bantu? Apa yang terjadi padamu?" dia mengusap air matanya dengan punggung tangannya.

"ahjum..eh ahjussi, aku tersesat. Aku ingin pulang ke rumah..."

Changmin lalu menceritakan semuanya dengan panjang lebar. Dia berniat pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki karena lelah menunggu appanya yang tidak kunjung menjemputnya. Tapi seperti yang readers ketahui. Hehe. dia tersesat. Hello, dia masih berumur sekitar 5 tahun menurutku, mustahil baginya mengingat alamat yang sepertinya tidak bisa dibilang dekat itu. buktinya dia tersesat kan?

"baiklah minnie... sekarang katakan pada ahjussi di mana alamatmu? Ahjussi akan mengantarmu pulang."

"minnie?"

"nde, minnie. Itu panggilan dari ahjussi untukmu. Apa kau tidak suka?" dia terlihat berpikir sejenak.

"aku suka. Appa tidak pernah memanggilku begitu." Dia tersenyum.

"jadi minnie? Di mana alamatmu?" matanya kembali memerah.

"aku tidak tau. Hiks." Ommo? Bagaimana ini?

"kau tidak tau? Bagaimana dengan nomor telepon?" changmin menggeleng. "telepon rumah? Appamu? Ommamu?" lagi, changmin hanya menggeleng dengan .

Author pov:

Jaejoong memutuskan untuk membawa changmin ke tempatnya bekerja.

"jadi, apa yang akan kau lakukan dengan anak itu?" yoochun, teman sekaligus pemilik cafe tempat jaejoong bekerja menunjuk ke arah changmin yang sedang duduk manis sambil asik menikmati es krim coklat yang jaejoong berikan di salah satu meja di cafe miliknya.

"molla." Jaejoong hanya menggedikkan bahu. Tidak terlalu mau ambil pusing akan apa yang terjadi ke depannya, yang dia tau sekarang dia harus menyelesaikan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

"kau ini!" yoochun menjitak kepala jaejoong lumayan keras yang membuat si pemilik kepala-jaejoong- mengaduh lalu mengusap2 bagian kepalanya yang baru saja dijitak dengan tanpa perasaan oleh park yoochun sahabatnya.

"ottoke? Kau tau kalau aku harus bekerja sekarang..." jaejoong mempoutkan bibir pink alaminya masih sambil mengusap bagian kepalanya yang terasa sakit.

"YA! Siapa bosmu?!" yoochun menempelkan ujung jari telunjuknya ke dahi jaejoong. Yang ditanya hanya mempoutkan alis dan menjawab. "kau..."

"nah, maka dari itu sebagai bosmu yang amat sangat baik dan penyayang anak kecil, aku memberimu hari libur. Khusus hari ini! Bukan karena kasian padamu! Tapi karena aku tidak tega pada anak kecil yang manis dan lucu itu. ARRA?" jaejoong melongo sebentar lalu tersenyum lebar, memperlihatkan sederetan giginya yang rapi dan putih mengkilat. *kayak iklan pemutih ya...wkwkwk

"jjinja? Jjinja?!" jaejoong terlalu bahagia sampai2 dia tidak sadar kalau yoochun meringis merasakan nyeri pada kedua bahunya yang diremas oleh jaejoong.

"YAA!" yoochun menepis kedua tangan jaejoong. "aku sudah bilang kalau ini demi anak manis itu. KKA! Pergi sebelum aku berubah pikiran."

Jaejoong langsung menemui changmin yang baru saja menyelesaikan es krim keduanya. "wah, kau suka sekali dengan es krim ya?" changmin hanya menanggapi pertanyaan jaejoong dengan anggukan. Tangan mungilnya sibuk mengusap kasar bibirnya yang penuh dengan sisa2 es krim dengan tisu.

"sini." Jaejoong mengambil tisu yang ada di tangan changmin dan menggantikan changmin mengelap bibir mungil yang belepotan es krim itu.

"aigoo. Bagaimana mungkin sekolah sebesar sekolahmu tidak ada security penjaganya? Kepada siapa lagi aku harus bertanya?" jaejoong sibuk berceloteh sendiri karena si kecil dan imut changmin hanya menunduk menatap tanah.

Ya begitulah, jaejoong dan changmin sekarang sedang berada di depan pagar sekolah changmin and guess what? Tidak ada penjaga sama sekali di sekolah itu. ke mana jaejoong harus mengantarkan changmin? Itulah yang ada di pikiran kim jaejoong sekarang. Bagaimana kalau orang tua changmin melaporkan kehilangan changmin pada polisi dan jaejoong dikira sebagai penculik? Semua pikiran2 buruk melayang di kepala jaejoong.

"mmm...ottoke?minnie ya...aish..." jaejoong memutar dan memaksa otaknya bekerja keras saat ini. Dia harus mencari ide untuk menemukan rumah changmin.

TING! Sebuah lampu yang tidak kasat mata muncul dari kepala jaejoong.

"minnie ya... apa kau tau nama toko atau tempat besar yang dekat dengan mungkin dekat dengan kantor appamu. Anni, akan lebih baik kalau kau tau nama kantor tempat ayahmu bekerja." Mata jaejoong berbinar menatap changmin yang baru saja menengadahkan kepala dari fokusnya menatap tanah.

"jung colpolasion. Appa bekerja di jung colpolasion."

"jung apa? Jung...aish. apalagi itu." jaejoong berusaha mengingat2 nama perusahaan yang berawalan jung.

"di depannya ada sebuah tempat belanja besar. Hyundai depalmen stol." Jaejoong sedikit mempoutkan alisnya lalu AHA. Kata itu yang keluar dari dalam otak jaejoong.

"hyundai? Hyundai department store?!" jaejoong sedikit memekik mengingat betapa jeniusnya dia saat ini. Changmin yang ada di depan jaejoong hanya dapat menahannya dengan memejamkan mata. *haha.

"kurasa begitu cara menyebutnya yang benar." changmin mengangguk2 kecil layaknya orang bijak, bahkan sambil mengelus dagunya dengan jari jempol dan telunjuknya.

"ok ok. Hyundai department store bukan hanya satu. Ada banyak. Tapi yang paling dekat dari sini ada di... tapi kalau yang berada di komplek perkantoran... kalau begitu kita coba ke yang paling dekat saja dulu..." jaejoong menarik paksa changmin dan membawanya ke halte bis terdekat.

Jaejoong pov:

Anni, ternyata bukan di sini. Jaejoong meringis mendapati changmin yang menggeleng. Mereka baru saja tiba di hyundai department store terdekat.

"jangan sedih, ayo ke tempat selanjutnya!"

"itu! itu kantor appa! Aku sering ikut appa ke sana!" anak manis di sebelahku itu tersenyum bahagia sambil menunjuk ke arah sebuah perusahaan yang menurutku sangat besar itu.

"di sana?" aku berusaha memastikan pernyataan changmin. Jujur saja aku sedikit risih, perusahaan sebesar itu? dengan tampilanku yang hanya memakai kaos lengan panjang v neck putih dan celana jeans hitam bahkan sepatu kets? Pasti penjagaan di perusahaan ini sangat ketat kan? Aku sedikit takut membayangkan itu. Tapi bagaimana? Minnie harus dipertemukan dengan appanya.

Minnie mengangguk dan menarik tanganku menuju pintu masuk perusahaan itu.

GRAB! Sebuah tangan menghentikan langkahku. Seperti yang aku duga!

"anda mau ke mana? Maaf, di sini lingkungan kerja jadi semua yang masuk ke sini diwajibkan berpakaian rapi." Seorang yang kuperkirakan berumur 40an dengan gaya rambut rapi disisir ke belakang berpakaian serba hitam dengan tanda pengenal yang bertulis staff keamanan menahan lenganku.

"mmm...naneun...naneun..."

"aku ingin bertemu appa." Staff keamanan itu memandang ke arah minnie yang baru saja bicara.

"aigoo. Tuan muda! Kenapa bisa berada di sini? Semua staff keamanan di kerahkan untuk mencari anda!"

Tampan, itulah kata pertama yang bisa kuucapkan dalam hati saat melihat namja yang ada dihadapanku sekarang. Wajahnya yang kecil dengan hidung mancung dan mata musang yang membuatnya terlihat mempesona ditambah warna kulitnya yang tan menambah kesan jantan yang aku yakin disukai semua wanita.

Dia merengkuh dan mengangkat tubuh minnie ke dalam pelukannya. Mengecup pipi minnnie berkali2 yang membuat mini risih dan mengelap bekas ciuman namja itu dengan kasar.

"appa. Jangan membuatku malu. Aku sudah besar!" changmin sedikit meliukkan tubuhnya pertanda kalau dia ingin turun dari gendongan namja itu yang memeluknya seperti koala.

"appa. Ini adalah calon istriku."

"MWO?!" aku terkesiap melihat telunjuk changmin yang mengarah kepadaku. "ISTRI?" changmin mengangguk. "YAA JUNG CHANGMIN. Sudah kubilang kalau aku ini namja, bagaimana mungkin seorang namja bisa menjadi istri!"

"Apa itu berarti kalau kau seorang wanita kau bersedia menjadi istri anakku? Haha." Aku menoleh ke arah namja itu, appa changmin.

"A-anni. Andwe! Ah, mianhae." Aku buru2 membungkukkan badan.

"jung yunho imnida." Dia mengulurkan tangannya padaku.

Author pov:

Changmin menceritakan semua kejadian yang menimpanya kepada yunho-appanya yang hanya ditanggapi anggukan dan senyuman kecil oleh yunho. Sementara jaejoong hanya duduk manis sambil memandang wajah yunho-changmin-entahlah.

"gomawo karena sudah menyelamatkan anakku jae." Yunho menggenggam tangan jaejoong yang duduk di sampingnya.

"n-nde. Itu bukan apa2." Jaejoong yang merasa risih melepaskan tangannya dengan perlahan dari genggaman yunho yang menurutnya tampan. Terlalu tampan. Hingga membuat jantungnya berdegup kencang dan salah tingkah.

"appa, aku ingin jaejoongie menjadi istriku...bolehkan?" changmin memeluk yunho manja.

Jaejoong membulatkan mata mendengar pernyataan changmin. Dia nyaris kena serangan jantung walaupun itu bukan pernyataan yang pertama kali diungkapkan changmin.

"waeyo? Apa kau tau istri itu apa?" yunho mengelus rambut changmin lembut.

"mmm. Seseorang yang menyayangiku, menemaniku dan membacakan cerita sebelum aku tidur?"

Jaejoong menghembuskan nafas lega, setidaknya jaejoong lega karena changmin tidak mempunyai kelainan, bocah itu hanya bingung membedakan peran seorang eomma dan seorangt istri.

Yunho tertawa. Dan itu membuat jantung jaejoong berdegup kencang. "anniya. Kalau yang menyayangi, menemani dan membacakanmu cerita sebelum tidur, itu adalah eomma. Kalau kau ingin jaejoong melakukan itu, jaejoong harus menjadi ibumu. Itu berarti dia harus menjadi istri appa, bukan istrimu."

BLUSH. Pipi jaejoong mendadak merah mendengar pernyataan yunho barusan.

"jjinja? Kalau begitu aku ingin appa menikahi jaejoongi!"

TBC/DEL?

Ditunggu reviewnya^^