'Like Him? Crazy..'
.
Cast : Super Junior and SHINee.
Summary : Keinginan membuatnya terpaksa menempuh jalan yang tidak masuk akal. Namun, perasaannya mulai berputar haluan saat dirinya mulai terbiasa dengan seseorang.
.
.
Warning!
This is Ffn GS, full typo, OOC, Gaje bin Ajaib!
…..
"Huhuhu.. akhirnya lulus."
"Wah.. nilai ku lumayan juga."
"Yeyy.. aku bisa dapat hadiah dari Appa."
Suara itu semakin riuh saat para siswa bergantian melihat papan pengumuman yang memuat daftar nama siswa yang lulus ujian nasional.
Mereka tersenyum bahagia karna semua siswa di Gyeongi Junior High School lulus dengan nilai yang cukup memuaskan.
Dari kejauhan nampak sepasang yeoja yang sedang memerhatikan riuhnya suasana yang ada di koridor perpustakaan sekarang dari bangku sudut koridor.
"Aku tahu dia yang terbaik."
Gumam yeoja mungil dengan rambut yang dikuncir seperti buntut kuda. Yeoja yang berada disebelahnya hanya bisa tersenyum melihat kepolosan temannya.
"Sekarang kita sudah lulus sekolah. Kau akan menyatakan perasaanmu padanya?"
Yeoja bernama Lee Sungmin itu menolehkan kepalanya dengan imut. Yeoja yang ditatapnya adalah Kim Ryeowook, tubuh mereka sama mungilnya namun pipi Sungmin lebih chubby ketimbang Ryeowook yang berpipi agak tirus.
"Aku masih tidak berani, Wookie-ah. Bagaimana kalau dia tidak menyukaiku? Kenal dengan ku saja tidak."
Ryeowook mengangguk, ada benarnya juga apa yang dikatakan Sungmin barusan.
"Lalu? Kau akan diam saja? Tapi, sampai kapan?"
"Entahlah.. dia terlalu sempurna untukku. Well, impossible."
"Tapi.."
"Tapi, apa Minnie?"
"Aku tidak bisa menyerah begitu saja. Lagian aku lumayan tidak rela kalau dia sampai jatuh ketangan orang lain."
"Hahaha.. kita ini baru saja lulus Junior High School, tapi kenapa pemikiranmu sudah terlalu dewasa?"
"Bukannya dewasa.. tapi, Sungmin hanya ingin memperjuangkan cintanya. Bukan begitu, Min?"
Ryeowook dan Sungmin menoleh kebelakang, mereka berdua saling menatap pada seorang namja yang tengah membawa akuarium kecil yang berisi sepasang kura-kura kecil.
"Yesung oppa.."
"Hehehe.. mian, kalau aku mengagetkan kalian berdua."
Namja yang dipanggil Yesung itu menggaruk tengkuk lehernya, kikuk.
"Sudah hampir tiga tahun kau menyukai Siwon, Sungmin. Tapi, kulihat kau dan dia belum ada perkembangan. Mau sampai kapan? Ku dengar dia akan melanjutkan studinya di KyungHaa High School dan itu adalah sekolah khusus namja."
Sungmin hanya diam membisu. Pupus sudah harapannya untuk mendapatkan Siwon sang pangeran hati. Yeoja mana yang tidak menyukai Siwon selain Ryeowook yang sudah pol mentok dengan Yesung Si kepala besar yang lumayan pintar dan terkadang bersikap aneh itu, namun hal itulah yang membuat Ryeowook betah berada didekatnya.
Siwon sang ketua club football yang tampan rupawan dan yang pastinya jago main bola ini membuatnya banyak digilai seluruh penjuru sekolah yang ada di Seoul, hal inilah yang membuat kedua orang tua Siwon menyetujui keinginan anaknya yang ingin bersekolah di asrama namja yang terkenal dengan kualitasnya itu.
"Oppa.. apa kau serius?"
Yesung mengangguk dengan wajahnya yang teduh.
"Jangan sedih. Mungkin jodohmu bukanlah Siwon. Tapi, aku serahkan semuanya padamu."
Yesung meraih pundak Sungmin lalu menepuk-nepuknya dengan pelan.
"Minnie-ah.. jangan sedih."
Ryeowook memeluk tubuh Sungmin yang seakan rapuh tanpa nafasnya lagi sekarang. Siwon benar-benar akan pergi dari ekor matanya dan entah dengan siapa Siwon akan melabuhkan cintanya.
Sungmin pasrah, "Aku mau pulang dulu. Eomma dan appa harus tahu tentang kelulusanku ini. Annyeong Yeppa, Wookie-ah."
"A-annyeong."
…..
"Yeobseo, eomma. Ini Sungmin. Aku hanya ingin mengatakan.. Aku tahu eommadan appa sedang sibuk tapi dengarkan dulu.. Aku sudah lulus sekolah, itu? Ne, arra. Annyeong."
Klikk..
Yeoja bertubuh mungil itu menghela nafas dengan cepat. Rasa gembira yang semula menyelimuti hatinya kian memudar saat kedua orang tuanya hanya mengucapkan selamat lalu menutup teleponnya secara sepihak.
"Kenapa aku tidak bisa hidup bahagia seperti Wookie? Kim ahjumma sangat perhatian dan sayang dengan Wookie begitu juga dengan Kim ahjussi, tapi kenapa kedua orang tuaku tidak bisa seperti mereka? Orang tuanya Wookie juga sibuk bekerja tapi, tidak ada yang seperti mereka. Merekalah yang paling parah."
Sungmin menghempaskan tubuhnya yang terasa pegal ke atas kasur tidur yang empuk. Sungmin kembali merogoh saku blazer sekolahnya.
Selembar foto berwarna menampakan raut wajah seorang namja yang tengah tersenyum sambil memegang kamera. Suasana hangatnya musim panas perlahan mulai Sungmin rasakan. Saat-saat bersama dengan orang yang disukainya itu begitu melumpuhkan sarafnya, walaupun sungai Han membeku bisa saja Sungmin bilang kalau air yang ada Sungai itu terasa hangat jika ia sedang bersama Siwon.
Foto namja tegap itu, ia dapatkan dari seorang kakak kelas yang kebetulan mengenal Siwon dan berteman dekat dengannya. Jung Ilwoo adalah mata-mata pribadi Sungmin, setidaknya itu dulu sebelum Ilwoo memutuskan untuk melanjutkan studinya di negara sakura, Jepang.
Sungmin menggembungkan pipinya yang chubby lalu menatap foto itu dengan kesal.
"Neo! Kenapa kau ingin bersekolah disekolah namja? Apakah yeoja begitu buruk untuk mu? Apa kau sudah tahu kalau aku menyukaimu makanya kau ingin menghindariku?"
"Kenapa kau tidak memilih sekolah yang biasa saja?"
Satu pun pertanyaannya tidak ada jawabannya, yang terdengar hanyalah suara degupan jantung Sungmin.
"Apa aku sudah gila? Kenapa malahan bicara dengan foto?"
"Argghhh! Kau harus tanggung jawab! Kau membuatku gila sekarang."
….
Seorang namja berdiri dibawah pohon mahoni yang ada ditaman sekolahnya dengan raut wajah gelisah. Entah mengapa perasaannya tidak enak sama sekali. Namja itu dengan iseng menendang-nendang batu kerikil yang berada didekat kaki jenjangnya.
"Kyu~"
Yeoja dengan sweater berwarna cream dan skin jeans berwarna coklat tua datang menghampiri seorang namja jangkung yang dipanggilnya dengan nama 'Kyu' tadi. Namja itu mendongakan kepalanya lalu mengeluarkan kedua tangannya dari saku celananya.
"Noona! Kenapa lama sekali? Apa ada masalah?"
Yeoja itu tersenyum lalu mengambil selembar kertas dari dalam tas kotak yang dijinjingnya.
"Baca saja dulu. Kalau sudah paham, cepet masuk mobil. Noona tunggu didalam saja, disini dingin."
Yeoja itu segera melangkahkan kaki jenjangnya meninggalkan suara ketukan sol sepatu bot hampir selutut yang dipakainya.
Kyuhyun menatap selembaran itu dengan tampang linglung. Kepalanya terasa berdenyut dan jantungnya juga lumayan berdegup kencang. Kyuhyun menutup matanya sejenak lalu menghela nafasnya.
Kyuhyun membuka surat yang baru saja diberikan oleh Cho Ahra, Noonanya dengan mata tertutup dan kedua tangan yang gemetaran.
"Dengan ini, kami selaku pihak sekolah Eunhee Junior High School ingin memberitahukan bahwa siswa bernama Cho Kyuhyun dinyatakan LULUS."
"Huwaaa~~ aku lulus! Yeeeeyyyy… Noona, tunggu aku~~"
….
"Siwon sayang, apakah kamu sungguh-sungguh ingin melanjutkan sekolahmu di KyungHaa High School? Disana hanya akan ada anak namja dan sebuah gedung asrama. Apa kau yakin dengan pilihanmu sayang?"
Yeoja berumur 40 tahun namun masih terlihat muda itu menatap putra bungsunya yang sedang tersenyum simpul.
"Aku sudah mengambil keputusan, eomma. Mungkin dengan begitu aku bisa lebih fokus dengan pelajaran dan aku juga tidak akan kesepian."
Siwon melirik hyung-nya yang memasang tampang pura-pura acuh. "Hyung~ bagaimana pendapatmu?"
Namja yang dipanggilnya dengan sebutan 'hyung' itu menolehkan kepalanya dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Menurutku? Bagus saja, jika itu kehendakmu." Ujarnya datar lalu kembali memalingkan wajahnya seolah tidak peduli.
"Hmm.. sudah ada yang mendukungku untuk mengambil studi disana. Eomma dan appa setuju 'kan?"
Kedua orang tua Siwon saling bertatapan.
"Appa, terserah padamu saja. Yang penting kau bisa mencapai cita-cita mu kelak. Jadi, kau akan meninggalkan hyungmu?"
Siwon melirik Heechul yang masih saja membuang muka. "Heechul hyung juga akan menikah tahun depan. Aku tidak yakin dia akan kesepian. Kalau ada aku, mungkin aku hanya bisa mengganggu dan merepotkannya saja. Benarkan, hyung?"
Heechul sama sekali tidak menunjukan raut wajahnya, perkataan Siwon barusan pun tidak digubrisnya membuat Siwon dan kedua orang tua mereka merasa heran dengan sikap Heechul saat ini.
"Hyung!"
Siwon yang merasa dikacangi oleh Heechul itu pun dengan segera memutar tubuh Heechul sehingga dirinya bisa menatap dengan jelas raut wajah Heechul yang terlihat memerah. Dengan segera, Heechul menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Hyung! Kenapa kau menangis? Uljimma,ne."
Siwon memeluk tubuh ramping Heechul yang sedang menangis tanpa suara. Kedua orang tuanya kembali saling menatap, heran sendiri dengan sikap Heechul yang tidak seperti biasanya.
"Kau tega meninggalkan hyung mu ini? Kau benar-benar tidak setia!"
Heechul melepas pelukan Siwon dengan kasar. Siwon menatap Heechul aneh.
"Hyung! Setahun lagi kau akan menikah, apa gunanya aku berada ditengah-tengah keluarga barumu nanti? Lagi pula jika aku ada diasrama nanti, kau juga bisa mengunjungiku dan mengajakku jalan-jalan seminggu sekali. Kenapa kau seperti ini?"
"Kau bilang kau bosan jika sedang sendirian? Dan kau tega membuatku mati kebosanan dalam waktu satu tahun?"
Siwon menghela nafasnya, "Hyung, please. Kau itu bukan lagi namja yang baru saja masuk masa puber, kau itu namja dewasa. Jangan kekanakan, eomma dan appa saja setuju dengan pilihanku. Hyung, harus tetap disini dan terus melindungiku dari jarak jauh. OK!"
"Tapi.."
"Hyung, aku lelah. Besok aku harus berkemas karena lusanya aku sudah harus tinggal di asrama KyungHaa."
"Terserah kau saja lah."
Heechul bangkit duluan menuju kamarnya dengan pintu yang bertuliskan 'Don't disturb' lalu menutup pintu dengan kaki jenjangnya sehingga menimbulkan suara debuman yang cukup keras.
"Dasar aneh." Sahut Siwon saat melihat kelakuan abang tirinya.
Yaa.. Heechul bukanlah anak kandung dari keluarga Choi. Kedua orang tua Heechul sudah lama meninggal karena sebuah kecelakaan pesawat saat mereka ada sebuah kontrak kerja sama di Jerman. Heechul yang masih kecil dititipkan pada keluarga Choi yang dulunya masih belum mempunyai momongan.
Walaupun begitu, Heechul sudah dianggap sebagai bagian dari keluarga Choi. Dan saat Heechul berumur 17 tahun, dirinya memutuskan untuk menganti marganya menjadi Choi, itu semua dilakukannya untuk menghormati keluarga keduanya.
Siwon menatap kedua orang tuanya yang lebih dulu menatapnya dengan tatapan menuntut.
"Apakah hyungmu sudah lama seperti itu?"tanya Mr. Choi dengan suara berbisik.
"Apa ada yang salah?" tanya Siwon balik.
"Tentu. Kenapa hyungmu jadi bersikap aneh seperti itu? Biasanya juga dia orang pertama yang tidak perduli dengan masalah seperti ini."
"Eomma saja yang tidak tahu luar dalamnya Heechul hyung. Heechul hyung itu sangat sayang padaku, makanya dia sedikit agak ragu untuk melepaskan ku pergi dan lebih memilih asrama dari pada hidup bersamanya."
"Ohh.. tapi, hyungmu stabil saja kan?"
"Hah?! Maksud appa?"
"Hyungmu itu masih menyukai yeoja kan?"
"Kalau appa tidak percaya, appa bisa lihat semua kontak yang ada di ponselnya hampir semua yang memenuhinya adalah yeoja. Dan hyung terkadang mengumpul kan majalah xxx."
"Kau serius?!" Mrs. Choi membulatkan kedua matanya yang semula sayu karena mengantuk.
"Aku berani sumpah. Hahaha.."
Mr. Choi dan Mrs. Choi hampir pingsan mendengarnya. " Sudahlah, Won. Sekarang kau masuk kamar dan istirahat karena besok kau sudah mulai sibuk berkemas."
"Ne arraseo, appa."
Siwon pun berjalan pelan munuju kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Heechul yang terdengar hening.
….
Sungmin duduk diam disebuah café cantik dengan berbagai funiture klasik. Sungmin memandang bubble milk teanya dengan tampang datar. Menunggu seseorang datang memanglah hal yang paling Sungmin benci, apalagi kalau sampai orang yang bersangkutan datangnya telat begini.
"Minnie-ah~~"
Dari kejauhan terlihat seorang yeoja bertubuh mungil mengenakan mantel berwarna ungu gelap sambil membawa sebuah kotak ditangan kanannya berlari mendekati Sungmin.
"Mianheo~~"
Sungmin pura-pura berwajah masam, "Gwaenchana," katanya datar lalu menyeruput bubble milk teanya yang sudah sisa setengah.
Yeoja itu duduk dibangku yang ada dihadapan Sungmin lalu menatap yeoja yang sama mungilnya dengan dirinya itu dengan tatapan bersalah. "Kau menunggu terlalu lama,ne?"
"Tidak juga," Sungmin menutup novel yang sudah 15 menit yang lalu tidak menarik perhatiannya karena menunggu Ryeowook.
"Minnie-ah, kau marah? Aku minta maaf,ne. Tadi aku membantu eomma mengantarkan pesanan cup cake."
Akhirnya, Sungmin menganggukan kepalanya dengan sepias senyum yang mampu memabukan seorang namja. Ryeowook ikut tersenyum lalu menaruh sebuah kotak berwarna putih diatas meja.
"Untukmu."
Ryeowook menyodorkan kotak putih bermotif kepala kangguru dihadapan Sungmin yang sedang mengerutkan dahinya.
"Ini apa?" tanya Sungmin dengan sebelah alis terangkat.
Ryeowook nyengir, "Hehehe.. bukan apa-apa. Ini hadiah dari eomma untukmu."
Sungmin tersenyum kecut saat Ryeowook bilang kalau sekotak cup cake itu pemberian ibunya. Kenapa? Tentu karena Sungmin iri pada keluarga Ryeowook yang hangat dan penuh kasih sayang itu.
"Benarkah? Kenapa Kim ahjumma repot-repot sekali? Aku jadi merasa tidak enak," Wajah Sungmin tiba-tiba memerah.
"Mungkin karena aku bilang aku ingin bertemu denganmu, tapi dengan terpaksa eomma menyuruhku untuk mengantarkan cup cake pesanan makanya eomma memberikan mu cup cake. Eomma juga titip salam untukmu."
Senyum Ryeowook membuat Sungmin semakin percaya, bahwa sebenarnya keluarga bahagia itu memang benar-benar ada mungkin bedanya hanyalah keluarganya yang tidak mempunyai atmosfer yang bisa disebut dengan keluarga hangat dan bahagia.
"Jeongmal? Ah.. aku benar-benar iri padamu, Wookie."
Ryeowook menepuk-nepuk lengan Sungmin sambil tersenyum manis.
"Kau juga akan mendapatkan kebahagiaan itu, percayalah. Tunggu saja waktunya."
Sungmin mengangguk sambil berdoa semoga perkataan Ryeowook bisa jadi kenyataan. Ryeowook sendiri menatap sahabatnya itu dengan kasihan. Dirinya sangat tahu kalau Sungmin memang kurang kasih sayang dari kedua orang tuanya yang sama-sama sibuk mengurusi bisnis mereka yang ada diluar negeri.
"Wookie-ah, aku ingin bicara mengenai… sekolah."
Ryeowook bangkit dari lamunannya lalu menatap Sungmin dengan tanda tanya.
"Sekolah? Memang ada apa?"
"Aku sudah memutuskan untuk bersekolah di KyungHaa High School. Aku benar-benar tidak bisa melepaskan Siwon. Aku selalu mendambakan saat-saat indah bersamanya. Memang berlebihan sih, tapi aku memang sudah tenggelam dalam lautan itu. Aku…"
"Aku mengerti Minnie. Jika aku jadi kau, aku juga tidak mau berpisah dengan Siwon. Tapi, bagaimana caranya kau bisa masuk kesekolah khusus namja itu? Kau itu mana ada tampang namja sama sekali."
Sungmin mengerucutkan bibirnya imut, "Apalagi dengan gaya dan aegyeomu itu," Sambung Ryeowook membuat Sungmin makin mengerucutkan bibirnya.
"Kau ini niat tidak sih untuk mendukungku?"
"Iya-iya.. sekarang bagaimana caranya kau bisa masuk kesana?"
"Ehmm.. Park ahjusshi sudah mengurus semuanya. Kebetulan ketua yayasan disana adalah teman dekatnya. Haha ternyata jalanku cukup dimudahkan."
Senyum Sungmin yang berkembang membuat Ryeowook ikutan tersenyum.
"Kau memang beruntung lalu kapan kau bisa masuk kesana?"
"Minggu depan. Semuanya sudah diurus Park ahjusshi."
"Wahh.. Park ahjusshi memang pengasuh yang bisa diandalkan."
"Wookie…"
"Ne?"
Ryeowook menatap wajah Sungmin bingung. Yeoja mungil didepannya ini sedang mengeluarkan jurus memohonnya yang sangat mematikan. Ryeowook menggelengkan kepalanya berkali-kali.
"Wookie-ah, temani aku kesalon yaa.. aku mau potong rambut."
"Mwo?! Kau sudah gila apa? Rambutmu itu sangat bagus, Minnie. Kenapa kau tega memotongnya?"
Sungmin diam sambil memikirkan perkataan Ryeowook yang seakan-akan seperti sebuah bandul besar yang siap menghantap kepalanya yang semakin terasa pening. Sungmin menutup matanya perlahan lalu memikirkan semuanya secara matang.
"Ini sudah menjadi keputusanku, Wookie-ah. Kau maukan mendukungku sekali lagi?"
Ryeowook menghela nafasnya yang memburu. Mau tidak mau dirinya harus mendukung Sungmin. Ia juga tidak mau melihat teman yang sangat disayanginya ini berubah menjadi gila saat mengetahui Siwon sudah bersama yeoja lain dan meninggalkannya begitu saja. Toh, itu sangat merepotkan dan sanggup membuat kepalanya terasa pening setiap harinya.
"Wookie? Kau ke-kenapa?" tanya Sungmin terbata saat melihat wajah Ryeowook yang kelihatan pucat pasi. Ryeowook menggelengkan kepalanya, tak kuat juga berlama-lama membayangkan Sungmin yang tiba-tiba menjadi gila.
"Baiklah.. aku akan menemanimu."
Ryeowook hanya bisa pasrah dengan keputusan Sungmin yang satu ini. Ryeowook ingin menceritakannya pada Yesung, namjachingu-nya tapi itu tidak mungkin apalagi untuk saat-saat seperti sekarang. Biarlah ini semua menjadi rahasianya bersama Sungmin.
"Ahhh.. gomawo, Wookie-ah. Kau memang yang terbaik dan yang paling mengerti aku."
Ryeowook hanya bisa tersenyum sambil menatap Sungmin kaku. Dan saat itulah hujan salju mulai turun mengguyur negeri ginseng itu. Ryeowook dapat merasakan tengkuknya yang mulai terasa dingin.
….
Sekarang Sungmin dan Ryeowook sedang asik meniti jalan raya sambil meneguk sekaleng susu hangat yang baru mereka beli dikoridor jalan yang mulai tertutupi salju tipis. Ryeowook mencoba sekali lagi melupakan segala halusinasinya yang ia rasa terlalu berlebihan itu. Sekarang yang ada didalam benak Ryeowook adalah bagaimana caranya mendukung Sungmin tanpa berfikir negative.
Bunyi lonceng kecil yang tergantung diatas pintu salon berbunyi saat dua orang yeoja imut mulai memasuki salon dengan tampang takjub. Baru kali ini mereka secara pribadi masuk kedalam salon hanya untuk sekedar memotong rambut. Biasanya Ryeowook dan Sungmin lebih suka melakukan perawatan sendiri dan memotong rambut pun mereka lakukan sendiri.
"Sungmin, kau yakin?"
Ryeowook mencoba sekali lagi peruntungannya, berharap Sungmin akan berfikir ulang dan mengurungkan niatnya untuk melakuakan hal yang lumayan berisiko seperti ini.
Namun, keinginan Ryeowook belum juga terkabulkan. Sungmin malahan tersenyum sambil menganggukan kepalanya yang seperti terdapat per sialan yang menaik turunkan kepala Sungmin berulang kali.
Ryeowook kembali menghela nafas. 'Penantian bodoh' batinnya. Sungmin kelihatan girang sambil menatapi catalog yang memperlihatkan segudang gaya rambut yang menurut Ryeowook lumayan konyol jika rambut Sungmin berbentuk sepeti gambar-gambar yang ada di catalog sialan itu. Ryeowook bersumpah ingin membakar catalog berserta salon laknat ini.
Sungmin kembali tersenyum sambil menunjuk model rambut berponi yang segaris dengan alisnya namun helaian anak poni tersebut dibuat menyamping. Dan yang pastinya rambut yang ada dibagian belakang kepala Sungmin akan dipotong pendek membelai leher jenjang dan putih mulusnya. (bayangin Sungmin di mv no other!)
Tiga puluh menit sudah Ryeowook menunggu sambil meneliti catalog style yeoja Korea saat ini dan tak berminat menatap Sungmin barang sedetik pun. Ryeowook memutuskan untuk melihatnya nanti saat setelah semuanya selesai.
Ryeowook kembali mengingat Sungmin-nya yang dulu yang sebelum memotong rambutnya dan bahkan saat Sungmin belum mengenal Siwon, namja yang mampu membuat Sungmin mabuk dan gila seperti sekarang. Ryeowook berjanji akan menghabisi Siwon dengan sekuat tenaga jika Siwon menolak cinta Sungmin yang begitu besar padanya.
Dua jam pun telah berlalu dengan cepat, kepala Ryeowook yang masih menunduk menatap layar ponselnya lumayan terganggu dengan sepatu kets yang berdiri tepat didepannya. Ryeowook tahu ini pasti sepatu Sungmin, Ryeowook masih tidak mau mendongakan kepalanya. Takut sesuatu yang buruk akan terjadi saat dirinya mendongakan kepala untuk menatap Sungmin.
"Wookie-ah.."
Ryeowook ingin menulikan pendengarannya saat ini juga. Suara Sungmin yang lembut bagaikan kapas mana mungkin akan cocok menjadi seorang namja walaupun itu hanyalah tipuan Sungmin belaka.
Sungmin yang merasa lelah karena tidak mendapat respon berharga dari Ryeowook mencoba menepuk bahu yeoja yang sama mungilnya dengan dirinya itu.
"Wookie-ah.. lihat aku."
Mau tak mau, Ryeowook terpaksa mendongakan kepalanya.
Ryeowook terperangah, Sungmin tampak berbeda dengan Sungmin yang selama ini dikenalnya. Sungmin terlihat tampan walau tak merusak kepolosan wajahnya yang bag malaikat. Ryeowook meneguk salivanya susah payah, Sungmin terlalu menggoda.
Sungmin tersenyum sambil memutar-mutar badannya kesana kemari. Rambut pendeknya sama sekali tak terganggu dengan gerakan lincahnya, t-shirt hitam berlapis jaket kulit senada dengan warna t-shirt yang pas dibadan mungilnya serta skin jeans yang membentuk sempurna bentuk kakinya yang lumayan berisi itu membuatnya tampak sempurna ditambah dengan sepatu kets hitam putih yang bersih dan sepertinya baru keluar dari kotak sepatu.
"Gimana? Cocok tidak?"
Ryeowook menelan salivanya. Kalau Sungmin benar-benar namja, mungkin Ryeowook akan jatuh hati padanya. Sungmin tampak tampan melebihi Yesung yang memang dandanannya sebelas dua belas dengan style Sungmin saat ini. Tapi, Sungmin jauh lebih menarik ketimbang Yesung. Setidaknya itulah pikiran Ryeowook.
"Min… kau kah ini?"
Sungmin mengangguk sambil tersenyum ramah memperlihatkan sepasang gigi kelinci dibalik bibir plump merahnya yang menggoda iman.
"Kau.. kau sangat cocok. Tapi.."
"Tapi? Apa?"
"Suaramu jangan seperti yeoja dong! Kalau ketahuan bagaimana?"
Sungmin menepuk jidatnya, "Oh iya, aku lupa."
….
Seminggu kemudian…
"Kyu, gimana semuanya sudah kamu bawa? Tidak ada yang ketinggalan?"
Kyuhyun diam sambil berfikir kira-kira masih ada tidak barang berharganya yang ketinggalan. Tak lama Ahra keluar dari kamarnya sambil menenteng mantel tebal berwarna pink cerah.
"Kyu, kau yakin hanya segitu saja? Kau ini akan tinggal diasrama, tapi kenapa kau hanya membawa dua koper saja?"
Kyuhyun memalingkan wajahnya saat sebelumnya memandangi sang appa yang sudah memperingatkannya terlebih dahulu.
"Biar aku cek dikamar dulu."
Kyuhyun segera berlari menuju kamarnya. Sesampainya disana..
'Pluk..
"Kyuhyun bodoh! Kenapa koper yang isinya game malahanku tinggal?!"
Kyuhyun berlari menuju tempat tidurnya lalu menggeret sebuah koper besar berwana biru tua sambil menepuk-nepuk koper itu.
"Sayang, appa tidak akan meninggalkan kau lagi sendirian. Appa janji." Monolog Kyuhyun rada-rada ngawur.
Kyuhyun segera turun dan menghampiri Ahra dan appanya yang telah menunggunya sedari tadi.
"Appa, dimana eomma?"tanya Kyuhyun setelah melihat disekelilingnya tidak ada sosok sang eomma.
"Eomma mu ada didalam kamar. Coba kau cek sana." Kata Cho Young Hwan sambil melipat koran paginya.
"Baiklah."
Kyuhyun menuju kamar utama yang ada dirumahnya, Kyuhyun membuka pintu kamar dengan perlahan. Sekilas hembusan angin dari jendela kamar menerpa wajah Kyuhyun yang kontan memejamkan matanya. Hawa pagi memang sangat menenangkan.
"Eomma." Kyuhyun menolehkan kepalanya kesamping dan mendapati sang eomma yang sedang memandangi album foto dirinya yang diabadikan sejak ia kecil hingga sekarang.
"Kyu, kemarilah."
Dengan wajah bingung Kyuhyun mendekati sang eomma yang masih sibuk dengan album foto dirinya.
"Kau ingat saat-saat seperti ini? Kau itu paling suka musim dingin dan kau akan menangis sekencang-kencangnya jika eomma dan appa meninggalkanmu."
'deg..
Kyuhyun tahu maksud eommanya. Eommanya memang tidak terlalu setuju dengan pilihan Kyuhyun yang ingin melanjutkan sekolahnya di KyungHaa High School. Tapi, mau bagaimana lagi, Kyuhyun ingin merasakan sebuah ketenangan dengan cara hidup mandiri dengan teman-temannya.
"Eomma, aku akan pulang sebagai Kyuhyun mu yang dewasa dan aku akan selalu membawa cinta kalian dimana pun kakiku berpijak. Eomma, Appa, dan Noona adalah harta berhargaku jadi mana mungkin aku meninggalkan kalian semua."
Yeoja paruh baya bernama Cho Hana itu mulai menampakan senyumnya. "Eomma kira hartamu adalah satu koper yang sudah kau persiapkan sejak tadi malam."
"Hah? Yang mana eomma?"
"Koper yang berwarna biru itu." Kyuhyun nyengir kuda, "Itu juga berharga, tapi tentunya setelah kalian semua dong."
"Kau ini bisa saja. Eomma akan selalu berdoa untuk mu, sayang. Kau baik-baik yaa disana dan jangan membuat kegaduhan ditengah malam dengan game-game mu itu."
"Aku berjanji eomma. Kajja kita keluar, semuanya sudah menunggu."
….
Kyuhyun membuka pintu mobilnya dengan perasan yang bercampur aduk. Kyuhyun sendiri tidak tahu harus merasa senang atau sebaliknya. Kehidupannya akan dimulai dari sekarang, semuanya akan berubah. Tidak akan ada lagi orang yang disayangnya berada dalam jarak dekat dengannya.
Kyuhyun menutup matanya sejenak demi merasakan hembusan angin yang menerpa kulitnya yang pucat dari lahir. Beberapa detik berikutnya, Kyuhyun membuaka kedua matanya. Dia tidak sedang bermimpi,semuanya nyata. Sekarang Kyuhyun memandang nanar gerbang bertuliskan KyungHaa High School yang mampu membiusnya sekarang juga.
Kyuhyun melangkah perlahan menuju ruang kepala sekolah masih dengan satu koper berisi sejibun konsol game yang sangat berharga untuknya. Kedua kopernya sudah dikirim keruang kepala sekolah. Kyuhyun adalah murid khusus disini.
Setelah menyusuri koridor yang sepi, karena hari ini bukanlah hari belajar jadi para siswa banyak yang berlibur kerumahnya masing-masing. Kyuhyun sama sekali tak asing dengan tempat ini, dulu ia pernah kemari hanya untuk sekedar jalan-jalan itupun dipaksa oleh ayahnya yang gila pendidikan.
Kyuhyun menatap datar pada daun pintu beraromakan jati yang menyeruak saat angin bertiup kencang. Kyuhyun mengetuknya ragu, namun tak berapa lama pintu yang beratnya lebih dari dua kilo gram itu terbuka dan memperlihatkan ruang dalam yang didesain klasik tanpa meninggalkan unsur tradisional khas Korea.
"Ahh.. Kyuhyun-shi, masuk lah." Intruksi seorang namja dari arah dalam ruangan membuat Kyuhyun kembali ke alam nyata. Kyuhyun melangkahkan kakinya dengan perlahan.
"Silahkan duduk." Kyuhyun dipersilahkan duduk disofa putih yang sangat empuk. Kyuhyun sekali lagi hanya diam sambil tersenyum samar. Bingung mau melakukan apa.
"Kau senang dengan sekolah ini?"
Kyuhyun menatap namja itu lekat-lekat. Namja itu terlihat canggung saat Kyuhyun menatapnya dengan foxy eyesnya yang menawan.
"Ahh.. mianhae, Kyuhyun-shi. Saya belum memperkenalkan diri, nama saya Kim Young Woon saya kepala sekolah yang baru menjabat dua tahun yang lalu. Saya harap kau akan betah dengan sekolah yang appa anda.."
"Ahh.. saya mengerti. Tapi, bisakah anda tidak memberitahukan siapa saya kepada siapa pun? Termasuk guru-guru dan staf lainnya?"
Kim Young Woon yang kerap disapa Kangin itu menyipitkan matanya, merasa bingung dengan perkataan Kyuhyun barusan.
"Emm.. simplenya saya tidak mau ada satu orang pun yang tahu siapa saya kecuali anda."
Kyuhyun menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal itu. Kangin menganggukan kepalanya paham.
"Tapi, kalau boleh saya tahu. Apa penyebabnya kau tidak ingin satu orang pun tahu siapa kau sebenarnya?"
"Karena saya ingin, saya diperlakukan sama dengan siswa namja lainnya. Saat saya salah kalian semua berhak menghukum saya tanpa pengecualian termasuk anda."
"Ahh.. saya mengerti. Kau masih sangat muda, tapi kau sudah berfikir dewasa."
Kyuhyun kembali menggaruk tengkuknya salah tingkah. "Bukan itu maksud saya. Tapi, saya tidak ingin mencapai semuanya hanya karna saya berbeda dengan mereka semua."
"Saya mengerti dan saya bangga bisa menjadi kepala sekolah disaat sekolah ini menjadi tempatmu menimba ilmu."
Kyuhyun tersenyum ragu. Masih salah tingkah. Kangin menatap koper biru milik Kyuhyun.
"Ahh.. ini konsol game." Kyuhyun yang mengerti akan pandangan Kangin menjawabnya gugup. Kangin tersenyum untuk yang kesekian kalinya.
"Kau penggila game?" Kyuhyun hanya sanggup mengangguk tanpa mengatakan sepatah katapun untuk menyatakan 'iya, benar saya penggila game'
"Wahh.. tapi, kau juga pintar dibidang akademis. Kau sangat sempurna."
Kyuhyun membulatkan kedua matanya. Memang bukan kali pertama Kyuhyun dinyatakan sempurna oleh seseorang, tapi bukan kali pertama juga Kyuhyun harus menyangkalnya.
"Tapi, fisik saya lumayan lemah…"
"Ahaha.. kau bisa memanggil saya dengan panggilan Pak Kang seperti kebanyakan siswa dan staf yang memanggil saya dengan nama tersebut. Saya sering dikenal dengan nama Kangin dari pada Kim Young Woon."
Kyuhyun mengangguk mendengar riwayat hidup Kangin sang kepala sekolah. Kangin menatap Kyuhyun yang sedang melamun entah apa yang sedang menjadi lamunan namja yang baru menginjakan umurnya di angka 15 itu.
"Emm.. pak Kang, dimana letak asrama saya?" akhirnya Kyuhyun membuka pembicaraan mereka yang sempat terhenti.
"Khusus malam ini, kau menginap dirumah saya. Ini keputusan dari ayahmu."
Kyuhyun memincingkan matanya, "Kenapa begitu?"
"Karena jam belajar baru akan dimulai besok. Jadi para siswa baru akan merasakan asrama mulai besok setelah pulang sekolah. Barang-barang mereka pun akan kami antarkan besok pagi sebelum jam pelajaran dimulai."
Kyuhyun yang tidak mau ambil pusing hanya mengangguk setuju. "Kita akan kerumahku sekarang. Kau akan ku kenalkan dengan keluarga kecilku."
"Pak Kang sudah menikah?" tanya Kyuhyun lumayan kaget. Wajah Kangin terlihat sangat muda jadi kesimpulan Kyuhyun adalah Kangin belum menikah.
"Ahh.. umur saya sudah dua puluh sembilan tahun. Jadi, tidak ada salahnya dong saya menikah?"
"Ahh.. benar juga. Saya kira Pak Kang baru berumur dua puluh lima tahun."
"Kau ini bisa saja. Tidak lihat apa kalau saya mulai kerutan begini."
"Ehmm, mungkin karena lampunya yang kurang terang."
Kangin cengo, baru kali ini dia mendengar ucapan Kyuhyun yang lumayan mengena dihatinya. Jadi sebenarnya Kyuhyun cukup menyadarinya tapi karena lampu diruangan itu cukup minim dan hanya mengandalkan sinar matahari yang tertutup oleh dahan pohon mahoni yang besar itu membuat Kyuhyun kurang menyadari kerutan yang mulai muncul disekitaran wajahnya.
"Baiklah.. mari kita jalan."
"Ahh.. ehmm." Kyuhyun mengangguk lalu berdiri mengikuti langkah Kangin sambil kembali menggerek koper birunya.
….
Pagi yang cerah menjadi penghantar untuk para murid baru di KyungHaa High School. Semua murid baru tidak perlu menjalani MOS atau masa orientasi siswa seperti sekolah kebanyakan, karena sekolah yang tergolong elit ini tidak mau para muridnya membuang-buang uang mereka untuk keperluan properti yang pada akhirnya hanya akan menjadi sampah. Setidaknya kebijakan ini membuat beberapa murid KyungHaa merasa lega karena tidak perlu bertindak konyol selama satu minggu penuh.
Hari ini adalah hari terakhir untuk para murid KyungHaa bertemu dengan keluarga mereka, karena selama beberapa bulan kedepan mereka akan hidup bersama dengan teman-teman mereka yang baru.
Siwon turun dari mobil putih susu yang mengantarnya hingga di depan gerbang hitam yang berdiri kokoh. Gerbang besi dingin itu seakan-akan memberikan ucapan selamat datang padanya. Siwon tampak takjub dengan bangunan sekolah bertaraf Internasional yang terlihat megah dan mewah itu.
Sekolah yang lumayan dibanggakan oleh Republik Korea ini tidak hanya diisi dengan murid-murid yang berkantong tebal saja, namun juga banyak murid-murid yang tidak mampu tapi memiliki segudang prestasi yang pantas mendapatkan acungan jempol. Hebatnya lagi disekolah ini, semua bakat para muridnya baik secara akademis maupun non akademis akan selalu mereka dukung dengan sejibun fasilitas yang mereka miliki.
Siwon membalikan tubuh tegapnya lalu memadang keluarga kecilnya yang tampak sedih untuk melepas kepergiannya. Siwon menatap ayahnya, ibunya, lalu hyungnya.
"Siwon-ah.. baik-baiklah disekolahmu yang baru ini. Kau bisa janji itu pada appa?"
Siwon tersenyum haru lalu memeluk tubuh renta ayahnya dengan sayang dan penuh derai airmata haru. Semua murid yang bersekolah disini juga melakukan hal yang sama dengan dirinya.
"Woonie~~ jangan lupa selalu hubungi eomma, ne. Eomma sayang padamu." Siwon beralih memeluk ibunya dengan sayang dan tak ayal airmatanya kembali tumpah membasahi mantel sang ibu yang ikut menangis haru.
"Aku akan selalu menyayangi kalian semua. Aku tidak akan mengecewakan kalian semua. Aku janji… Hyung."
Siwon menatap Hyungnya yang tengah membuang muka. Takut raut wajah sedihnya terlihat oleh Siwon.
"Heechul hyung! Jangan main-main. Kau tidak ingin memeluk dongsaengmu untuk yang terakhir kalinya?" tanya Siwon sambil tersenyum jahil.
Heechul masih kekeh membuang muka. Siwon yang kehabisan akal, terpaksa menempuh jalan pintas.
'Grep..
"Ahhh.." gusar Heechul, namun Siwon tetap memeluknya dengan erat.
"Hyung, mianhae. Aku akan kembali menjadi Siwon yang dewasa dan baik hati. Hyung maukan menungguku? Aku akan datang dipesta pernikahan, hyung. Aku janji."
Heechul melepaskan pelukannya bersama Siwon lalu memandang lekat namja yang lebih muda darinya itu. Siwon menatap Heechul jahil.
"Kalau kau mengingkarinya kau tak akan pernah selamat dariku."
"Hahaha.. aku janji."
Siwon dan Heechul kembali berpelukan, namun kali ini Heechul yang memeluknya terlebih dahulu. Siwon dan Heechul sama-sama tersenyum kecut. Perpisahan mereka akan segera dimulai. Jalan hidup mereka akan berubah haluan. Heechul akan sendirian dirumah bersama segudang file-file yang selalu mengusik hidupnya. Dan bodohnya dia suka dengan keadaan seperti itu.
"Semuanya.. aku pergi dulu,ne. Aku akan selalu mengabari kalian semua."
Siwon melambaikan tangannya sambil menangis haru. Keadaan seperti ini cukup membuat hatinya remuk. Siwon memang sudah terbiasa terpisah dengan kedua orang tuanya yang workaholic, namun berpisah dengan Heechul.. sepertinya baru kali ini.
….
Tiupan angin pagi terasa segar membelai wajah Sungmin. Sedari rumah tadi, Sungmin membuka jendela kaca mobilnya hingga menampakan wajahnya yang terlihat imut sekaligus tampan. Semua penyamarannya sukses berat, terbukti dengan beberapa yeoja yang berteriak-teriak histeris saat berpapasan dengan mobil audi yang dikendarai Sungmin bersama Ryeowook dan Yesung.
Akhirnya namja berkepala besar itu tahu semuanya. Respon Yesung hanyalah mengangguk kikuk sambil menelan salivanya kelu. Nasi sudah menjadi bubur, batinnya saat Ryeowook dan Sungmin bergantian menceritakan kehendak Sungmin.
Ryeowook memilih duduk disamping Sungmin dan membiarkan Yesung berada didepan menjadi seorang supir sehari untuk Sungmin. Ryeowook menatap Sungmin dari belakang, karena Sungmin membelakanginya.
"Minnie.."
Sungmin menolehkan kepalanya. Detik berikutnya Sungmin terkejut saat melihat wajah Ryeowook memerah dengan aliran sungai yang membasahi pipi tirusnya.
"Wookie? Uljimma.. kenapa kau menangis?"
Yesung yang mendengar pekikan suara Sungmin yang terdengar seperti suara yeoja itu menggema didalam mobil. Cepat-cepat Yesung menaikan kaca mobil yang berada disamping Sungmin. Yesung melirik kedua yeoja itu dari balik kaca spion tengah.
"Kau benar-benar akan meninggalkanku,ne? Huwee~~ teganya." Sungmin yang tadinya mengangguk polos mulai risih dengan suara tangisan Ryeowook yang kelewat berlebihan.
"Wookie chagi. Kau ingin melihat Sungmin bahagia kan? Biarkanlah dia meraih apa yang dia mau, kita hanya perlu mendukung dan memberinya semangat."
"Nah.. Yesung benar, Wookie-ah." Sungmin menepuk tanganya sambil tersenyum salah tingkah.
"Baik-baik.. tapi, jangan lupakan aku. Minimal kau memberi kabar dua hari sekali dan jangan sampai lupa. Arraseo?"
Sungmin mengangguk sambil mengacungkan dua jarinya, "Aku Lee Sungmin, berjanji akan selalu memberikan kabar pada Kim Ryeowook, minimal dua hari sekali. Kau puas nyonya Ryeowook?"
Ryeowook tersenyum, "Sangat puas." Keduanya pun berpelukan hangat dan tak terasa mobil Yesung berhenti.
"Nyonya.. sudah sampai." Kata Yesung bercanda.
"Ahh.. satu jam terasa begitu singkat." Komen Sungmin sambil melepas shift bell yang dipakainya. Ryeowook dan Yesung pun melakukan hal yang sama.
Sungmin turun duluan lalu diikuti Yesung dan Ryeowook. Ketiganya saling menatap satu sama lain. Rasanya sungguh berbeda, waktu terasa bergulir begitu cepat sampai-sampai suara dentingan jarum jam tak terdengar di indera pendengaran mereka bertiga yang saling tak ingin berpisah.
"Sungmin-ah.. jaga dirimu baik-baik. Jika ada apa-apa segera menelfonku atau Ryeowook. Jangan sungkan pada kami.."
Sungmin memberi hormat pada Yesung, "Siap boss. Aku titip temanku yang cerewet ini yaa…"
Yesung terkekeh mendengar candaan Sungmin sementara Ryeowook sudah asik dengan sikap aegyonya yang manis dan imut.
"Wookie-ah.. kabari aku, ne. Saat kau dan si kepala besar ini sudah masuk sekolah. Dan semoga kalian langgeng."
"Ah.. kau ini. Baiklah, tidak akan ada satupun moment yang akan aku lewatkan untukmu. Kau juga jangan lupa katakan padaku semuanya tentang kehidupanmu selama berada disini. Okee.."
Sungmin tersenyum lalu memeluk Ryeowook. Entah mengapa saat menatap pemandangan itu, hati Yesung merasa sedikit terusik. Mungkin karena perawakan Sungmin yang dibuat seperti namja yang cool dan pastinya banyak digilai oleh ribuan yeoja yang melihatnya. Hal itu sudah terbukti saat diperjalanan menuju KyungHaa banyak sekali yeoja yang sempat histeris saat Sungmin menampakan wajahnya dibalik pintu mobil yang kacanya terbuka lebar.
"Sampai jumpa Wookie.. Yesungie.."
Sungmin melambaikan tangannya sambil meneteskan airmata haru. Ryeowook dan Yesung balas melambai. "Sampai jumpa Sungminie~~ jaga kesehatanmu!" Sungmin hanya mengangguk sambil tersenyum dan berjalan kebelakang.
Sungmin pun menghilang dibalik gerbang sekolah yang tinggi dan juga kokoh itu. Yesung menatap Ryeowook yang entah sejak kapan sudah menundukan kepalanya.
"Kau baik-baik saja, Chagi?" tanya Yesung lembut sambil memegangi bahu Ryeowook. Ryeowook mendongakan kepalanya, menatap wajah khawatir Yesung yang disembunyikan dibalik senyum polosnya.
Ryeowook mengangguk sambil tersenyum. "Kalau begitu kita pergi sekarang. Kita juga harus menyiapkan peralatan sekolah kita. Kajja~~"
….
At KyungHaa High School…
Sekarang adalah suasana yang berbeda bagi para murid baru KyungHaa. Semuanya tampak canggung dan mulai asik dengan pikirannya masing-masing. Ada yang sibuk menilai gedung sekolah, lapangan bola, lapangan basket, cafetaria, perpustakaan, ruang belajar, ruang musik, sampai parkiran mobil para guru dan tamu.
Ada yang terkesima dengan suasana musim gugur, ada yang sibuk menggerutu, dan ada pula yang mulai berkenalan satu sama lain. Cuman ada tiga namja.. opps yang satu maksudnya namja jadi-jadian (read: Sungmin) malahan asik dengan denah sekolah.
Walaupun Kyuhyun pernah datang kemari, tapi sebenarnya Kyuhyun kurang tahu mengenai fungsi dari setiap gedung yang ia lewati. Maklum Kyuhyun kurang tertarik dengan hal-hal seperti itu.
Siwon sibuk mencari lapangan bola indoor yang terkenal memiliki fasilitas yang paling bagus dari seluruh High School yang ada di Seoul dan lapangan itu hanyalah dimilik KyungHaa High School. Siwon, si namja bertubuh tegap itu memang paling suka pelajaran olahraga terutama football dan basket sejak ia berumur tujuh tahun, maka tak heran tubuhnya tinggi tegap walaupun umurnya masih sangat muda.
Sungmin.. yeoja yang menyamar menjadi namja itu, kini tengah sibuk dengan denah sekolahnya yang baru sambil duduk di sudut taman sekolah. Jarinya yang mungil sibuk menunjuk-nunjuk deretan gedung sekolah sambil menyocokan dengan nama gedung yang tertera di denah sekolah itu, satu per satu.
"Gedung musik.. yang itu lab bahasa.. dan.."
"Hai!"
Sungmin menghentikan ejaannya lalu terkesima dengan sesosok namja tampan yang sekarang tengah tersenyum padanya. Wajah Sungmin terasa memanas, Sungmin bersumpah akan rela jatuh dari kursi ini sekarang juga asalkan yang menolongnya nanti adalah namja yang berada didepan wajahnya sekarang.
Sungmin masih melongo, "Haii~~ kau dengar aku?" namja itu melambaikan tanganya tepat dihadapan Sungmin yang sedang melongo hebat.
"A-apa ada yang aneh dengan ku?" Sungmin menggeleng dengan tampang pengen.
"La-lu kenapa kau menatapku sepeti itu?"
"Pangeran~~" ucap Sungmin tanpa sadar.
"Opps.." Sungmin menutup mulutnya. Ia lupa kalau sekarang ia sedang menyamar sebagai namja. Kalau Sungmin bersikap seperti ini, pasti Sungmin di kira…
"Ahh.. maksudku, wajahmu seperti pangeran yang aku lihat di komik yang sering dibaca adikku." Elak Sungmin.
"Oh.." namja itu mengangguk tanpa rasa curiga.
"Sejak kapan aku punya adik yang suka baca komik? Sungjin? Melihatnya memegang buku saja tidak pernah apalagi membaca komik anime yang ada pangerannya?! Ngomong-ngomong jadi kangen Sungjin.. dia apa kabar yaa?" batin Sungmin.
"Aku boleh duduk disebelahmu?" Sungmin mengangguk sambil tersenyum lalu menggeser sedikit bokongnya ke kanan.
"Silahkan."
Setelah namja itu duduk disampingnya, Sungmin pun pura-pura sibuk dengan denah sekolahnya. Sebenarnya, Sungmin sendiri sudah tidak bisa lagi fokus dengan denah sekolahnya karena apalagi kalau bukan karna namja yang sekarang sibuk mengorek-ngorek isi tasnya itu.
"Kau mau ini?"
Namja itu menyodorkan sebuah kotak bekal pada Sungmin yang sebenarnya dari tadi melirik namja itu terus dengan ekor matanya. Lagi-lagi, Sungmin tersenyum canggung.
"Wahh.. kimbab. Kau bisa membuatnya?" namja itu menggeleng.
"Bukan. Ini buatan hyungku. Dia lumayan pintar masak, dicoba deh pasti ketagihan."
Sungmin pun mulai memakan kimbab yang diberikan oleh namja tampan yang sekarang berada disebelahnya. Senyumnya yang manis seakan-akan tak pernah lepas dari raut wajahnya yang tampan dan teduh itu.
"Hidungnya mancung sekali.. seperti prosotan Sungjin waktu masih TK."
"Gimana?"
Sungmin melirik namja disebelahnya yang masih betah senyum. "Biasa aja.. apa istimewanya?"
"Mwo?!" namja itu membulatkan kedua matanya.
"Ahahaha~~ kau itu lucu sekali. Kimbab ini enak, kok. Aku cuman ingin menggodamu saja. Habisnya kamu senyum terus sih kaya orang kurang mental aja."
"Yee.. senyum itu ibadah kali!" belanya dengan tampang sewot.
"Hahaha.. oh iya, kamu asal mana?"
"Hah?!"
"Mampus! Kenapa yang keluar suara yeoja?! Aish.. Lee Sungmin, pabbo!"
"Ehem.. maksudku, kau asal sekolahnya dari mana?"
"Oh.. aku dari SungHee Junior High School, Mokpo. Kalau kau darimana?"
"Aku dari Gyeongi Junior High School, masih di Seoul."
"Ahh.. kemarin hyungku lulusan dari sana."
"Wahh, berarti hyungmu satu sekolah denganku." Namja itu mengangguk sambil memasukan kembali kotak bekalnya kedalam tas.
"Hari ini pembagian kelas kan?" namja itu bertanya pada Sungmin yang sempat melamun.
"Ah, Ne. Ini sudah jam sembilan kurang sepuluh menit dan pembagian kelas serta sambutan kepala sekolah akan berlangsung pukul sembilan di aula sekolah."
"Kau benar. Kajja kita sama-sama ke aula. Oh iya, namamu siapa?"
Sungmin tersenyum ramah, "Lee Sungmin imnida. Kau?"
"Lee Donghae imnida."
'Ahh.. jadi namanya Donghae~~ Marga kita sama! Apa ini artinya kami berjodoh? Sungmin pabbo, kau kemari untuk Siwon, bukan untuk namja bag pangeran yang ada didepanmu ini.'
"Kajja!"
Donghae menarik tangan Sungmin untuk segera mengikuti langkahnya menuju aula sekolah super besar ini. Sambutan dan pembagian kelas untuk para murid baru akan segera dimulai kurang dari sepuluh menit dari sekarang.
….
Lanjut?
